"Wow? Cupang?" Tonya menggoda Ioanis saat sedang bersantai di jacuzzi.
"Haha. Apa sih yang gak bisa kudapatkan?" kata Ioanis yang sesungguhnya malu pada diri sendiri karena berbohong pada Tonya.
"Bagaimana performanya? Si orang Rusia itu?"
"Aku bahkan gak bisa melupakan ciumannya..." kali ini dia menjawab cepat dan jujur. Namun langsung menggelengkan kepalanya pelan.
'Apa ini? Mengapa aku jawab kayak gitu?' batin Ioanis.
"Hm? Hanya ciumannya saja? Bagaimana bercintanya? Apa dia liar?"
Ioanis diam, bingung harus berbohong bagaimana lagi...
"Ah. Rahasia!" jawabnya asal.
Tonya mendengus, "Sialan. Pasti sangat menggairahkan ya kalau kau sampai gak mau cerita."
Dia menjawab dengan tawa kecil. Meski rasa kesal tiba-tiba melanda di hatinya.
"Tonya,"
"Ya?"
"Dia mengajakku pacaran."
Tonya melotot, kaget bukan main. "Seriously?"
Ioanis mengangguk dan melanjutkan, "Tapi demi bisa tidur dengannya, aku setuju untuk pacaran dengannya."
"Ya well, aku tidak heran sih kalau kau begitu. Tapi bagaimana kalau dia serius?"
"Serius? Haha. Bodoh kamu." jawab Ioanis mendorong temannya.
Temannya reflek memutar bola matanya, "Ayolah bergerak. Siapa tahu dia orang baik."
"Baik? Cih. Laki-laki licik seperti itu."
"Whoaaa? Bagaimana kamu bisa langsung menyimpulkan seperti itu?" Tonya membenarkan posisi duduknya sambil menuangkan wine ke gelasnya dan Ioanis.
"Dia mengajakku pacaran hanya supaya aku setuju jadi investornya."
"Dan kau?"
Ioanis menyipratkan air ke wajah Tonya, "Ini gara-gara kamu! Kamu yang balas emailnya!"
Tonya tertawa, "Haha. Mampus."
"Tapi... ayo dong cerita! Gak biasanya kamu main rahasia-rahasia seperti ini."Ioanis berbisik, "Pokoknya... wajahnya benar-benar sexy."
"Lalu?"
"Gentle. Dia sangat gentle. Sangat peka, mengerti keinginanku. Ah! Beda dengan laki-laki yang biasanya deh." jawab Ioanis menerawang, tapi apa yang dia ucapkan semua bohong. Sengaja dia mendeskripsikan segalanya supaya sahabatnya diam. Supaya gak bertanya lebih lanjut.
Dalam hatinya, ada rasa sedih karena harus berbohong. Ini pertama kalinya dia merekayasa, pertama kalinya merasa ditolak.
***
"Fuck!" wanita itu menjerit histeris.
"Aaaaaaaah ya! Right there.... Hmphh!"
Austin memompanya tanpa ampun, tak ada rasa kasihan, tak ada jeda, tidak memberi kesempatan. Egonya ketika bercinta benar-benar tinggi. Apa itu gentle? Menurut Austin, bercinta dengan gentle itu sama dengan tidak puas, tidak bernafsu, tidak menggairahkan!
Kedua tangannya terikat, begitu juga kakinya. Maka dengan leluasa Austin bisa mempermainkannya, hingga wanita itu menangis kelelahan bercampur nikmat namun tidak berdaya.
Kali ini dia memungutnya dari pinggir jalan. Homeless woman. Meski compang-camping, wanita ini terlihat menawan terutama ketika telanjang.
"Apa kau akan membunuhku setelah ini Sir?" tanyanya masih terengah-engah, bertumpu pada sikunya. Tubuhnya terombang-ambing tak beraturan. Austin menjilati putingnya dengan rakus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...