"Aku dapat bantuan." kata orang yang duduk di samping meja Austin.
"Seriously? From who?"
"Ioanis Griff. Semalam asistennya menghubungiku untuk membuat jadwal meeting."
Austin diam-diam menguping pembicaraan itu dari tempat dia duduk. Kira-kira sebayanya, para pengusaha muda dan tampan sedang berkumpul. Mungkin mereka menjalankan bisnis bersama atau hanya teman sejawat.
"Whoa. Kau harus berhati-hati."
"Kenapa begitu?"
"Kau tidak tahu apa-apa ya tentang Ioanis Griff?"
"Kau harus..." Austin meliriknya, laki-laki itu tidak menyelesaikan kalimatnya dan memperagakan sesuatu yang tidak senonoh sambil berdiri. Tindakan itu disambut oleh gelak tawa dari teman-temannya.Austin mulai kesal pacarnya dicemooh. Ioanis sudah lama tidak melakukan hal itu, sejak berpacaran dengan Austin.
Ia mencengkeram gelasnya.
Dia tersadar bahwa dia bukan lagi pacarnya. Jadi mungkin saja kan dia mulai melakukan itu lagi?? Entah kenapa pikiran itu memenuhi pikiran Austin sampai membuatnya emosi."Tapi kudengar beritanya sedang heboh dia berpacaran dengan pengusaha Rusia." ujar temannya yang lain.
"Ah. Aku yakin orang itu hanya memanfaatkan Ioanis, bukan karena suka sungguhan."
Bagai dirajam tepat di ulu hati, Austin termenung mendengar itu.
Berpacaran dengan Ioanis pada awalnya memang bukan karena dia menyukainya, tapi hanya untuk memanfaatkannya.
Bukan karena saling mencintai, tapi karena Ioanis ingin mencicipinya dan Austin yang berusaha mati-matian tidak memberikannya. Ioanis memang mendapatkannya pada akhirnya, tapi berakhir tragis.Jadi Austin hanya bisa tersenyum mengenang percintaan mereka yang terakhir sebelum Ioanis memutuskan hubungan. Yang Austin lakukan karena sangat mencintai seorang Ioanis Griff untuk pertama kalinya, dan bukan karena kebutuhannya akan darah.
"Orang Rusia? Yang gosipnya keturunan vampir?"
Austin tersedak alkohol.
Hidungnya terasa panas dan matanya langsung berair. Baru kali ini dia mendengar ada gosip seperti itu tentangnya."Aku lupa namanya. Yang jelas kau harus bisa menidurinya. Dia akan sangat loyal jika kau bisa memuaskannya."
"Dia terdengar seperti pelacur yang banyak uang. Bukan karena keahlian dalam berbisnis."
Austin panas mendengar hal itu.
"Aku tak bisa membayangkan bagaimana rasanya memasuki wanita yang sudah ditiduri ratusan pengusaha lain. Pasti tidak nikmat."
Brak!
Dengan keras Austin memukul meja tempat Ia duduk sendirian.
Austin berdiri menghampiri gerombolan pengusaha muda itu."Aku muak mendengar kalian bicara hal yang buruk tentang pacarku." kata Austin mencengkeram kerah salah satu dari mereka.
Semua terdiam. Takut.
Kecuali orang yang sedang Austin pegangi.Orang ini malah tertawa meremehkan, "Bagaimana rasanya? Tiba-tiba aku penasaran melihat kau membelanya seperti ini. Apa aku coba juga?"
Kepalan tangan Austin melayang tanpa Ia sadari. Menghantam wajah tampan dan rahangnya bertubi-tubi tanpa ampun. Tangannya sangat sakit tapi Austin menikmati sensasi menyakiti orang lain seperti itu hingga berlumuran darah.
Austin merasa puas mencium bau darah yang keluar dari luka laki-laki itu. Seolah emosinya menyeruak dan tidak ingin berhenti menyakiti orang ini. Entah sebenarnya karena kesal pacarnya dicemooh, atau hanya alasan Austin untuk melampiaskan kemarahannya pada Ioanis dan Andrei.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messed Up(END)
RomanceTerbelunggu dalam kebiasaan menghisap darah untuk mencapai klimaksnya, seorang CEO muda Austin Natanov nyaris bangkrut dan menghancurkan perusahaan keluarganya demi membiayai pengobatan dan terapi untuk kelainan seksualnya itu. Satu-satunya yang bis...