Campur Aduk

11.7K 802 70
                                    

Perjalanan dari Irlandia sampai ke Rusia pun di tempuh oleh Austin dengan susah payah. Inilah resiko yang akan dia hadapi jika bersama dengan Ioanis.

Padahal diam-diam pun Austin ikut melirik belahan dadanya yang terlihat dibalik blusnya yang berwarna hitam nyaris transparant.

Dia mengutuk dirinya sendiri karena ingat kejadian tadi...
Waktu masih di Irlandia...
Waktu Ioanis melepas pakaiannya dan ikut mandi bersamanya...
Austin tidak melihat ke arah dadanya sama sekali.
Malah lari tunggang langgang karena tak bisa menahan birahinya.
Malah tidak menyelesaikan mandinya dan langsung mengemas barang-barangnya.

Dia bahkan lupa tujuannya merayu Ioanis ketika di hotel...
Untuk memastikan ada atau tidaknya luka di dadanya.

Tapi...
Dia lupa.
Karena itulah Ioanis.
Membuatnya lupa diri.
Selalu membuat Austin lupa dengan tujuannya.

.

(di pesawat)

"Daritadi aku memperhatikanmu. Maukah kita dinner setelah sampai di Rusia?" seorang laki-laki menghampiri Ioanis yang sedang membaca bukunya. Austin melirik sekilas.

"Excuse me?" Ioanis menatap Austin bingung. Jelas saja, orang itu berbicara dengan bahasa Rusia.

Austin malah menaikkan bahunya, kemudian memejamkan mata.

"Aah. You can't speak Russian?" laki-laki itu bertanya lagi dengan aksen yang masih sangat kaku.

Ioanis menggeleng. Mendelik kesal ke arah Austin karena tidak membantunya.

"Pergilah. Dia tidak mengerti." jawab Austin tiba-tiba dengan bahasa Rusia. Masih dalam mata yang terpejam.

"Siapa kau? Pacarnya?"

Ioanis hanya menegok-nengok. Bingung dengan apa yang mereka bicarakan.

"будущий муж"

Laki-laki itu sontak diam.
Berjalan perlahan ke tempat duduknya di first class penerbangan ini.
Matanya tetap tertuju pada Austin. Kesal. Tapi tak bisa berbuat apa-apa.

"Apa yang kau bilang kepadanya? Aku gak mengerti." tanya Ioanis kepada Austin.

"Aku bilang kamu kena AIDS." jawaban Austin yang asal itu membuat Ioanis berdiri menghampiri Austin.

"Austin... kau.."

Austin menarik pinggangnya. Sehingga tubuhnya terhuyung dan meniban tubuh Austin.

"хочешь обнять?"

"Kau bicara apa sih! Tolol."

Austin tertawa ringan.
Tapi dalam hatinya menggerutu.
Menatap tajam ke arah laki-laki yang beringsut pergi setelah dia mengatakan itu. Perasaannya campur aduk.

Karena kejadian itu, sepanjang perjalanan Austin mendapat tatapan yang sangat tidak mengenakkan dari orang-orang yang duduk di first class. Terutama laki-laki.
Memang kebanyakan laki-laki sih.

.

(masih di pesawat)

"Haa.. Hmm.."
Ioanis mendesah perlahan.

"Hei pelankan suaramu." kata Austin.

"Aku gak bisa menahan." jawab Ioanis berbisik. Sesekali dia merintih lagi.

"Kita tidak sendirian di sini."

"Biarkan saja. Tidak ada yang melarang kok!"

"Bisa-bisa kita ditegur."

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang