Haruskah Aku Percaya?

10K 744 35
                                    

*IOANIS'S POV*

"Kamu yakin ikut aku ke Inggris? Kalau kamu mau menetap di sini dulu sama keluargamu tidak apa-apa kok." aku menyiapkan beberapa barangku dan dokumen-dokumen penting yang akan kubawa ke Inggris.

"Tidak masalah. Aku cuma gak ingin pacarku macam-macam. Nanti kau nakal."

"Hehe. Mana mungkin aku nakal?" aku tersenyum gembira mendengar jawabannya.

"Kau nakal di belakangku... dengan Andrei." Austin melingkarkan tangannya dari belakang tubuhku. Menyentuh bagian sensitif.

Aku terlena karena permainannya.
Dia mencium-ciumi tengkuk dan setiap lekuknya dijilati. Tangannya meremas dadaku yang sebelah kiri sedangkan tangan kanannya sudah menyelinap masuk ke pusat tubuh bagian bawahku.

"Kau mau bertemu dengan calon investor baru dengan badan penuh keringat?" aku mendesah pelan. Permainannya memabukkan.

"Calon investor baru?" Austin berhenti dan langsung mengerutkan dahinya. Dia lupa.

"Padahal aku bilang kemarin di depan ayahmu juga kalau ada calon investor baru yang sudah tertarik. Aku sengaja memilih flight malam agar bisa bertemu dengannya dulu."

Austin menepuk dahinya sambil tersenyum, "Aku lupa."
"Bukan Andrei kan orang itu???" Austin bertanya lagi.

Oops.
Bagaimana ya?
Dia terlihat sangat benci kepada Andrei.

"Hmmm..." aku menggumam.

"Oh please no..." dia menggelengkan kepalanya. Aku jadi bingung menjawab.

"Salah satunya?"

"Salah satunya??? Memang ada berapa?"

"Dua orang."

Austin langsung melepaskan tangannya dan merebahkan diri di ranjang.

"Sini." katanya menepuk ranjang di sampingnya.

Aku merangkak menyusup masuk ke dalam pelukannya.

"Bisakah kita begini selamanya?"

"Begini bagaimana?"

"Berpelukan. Aku sangat nyaman."

"Berhenti berpikir seperti itu." kata Austin membuatku mengangkat kepalaku.

"Kenapa? Ada yang salah?"

"Ioanis..."
"Kita bukan orang normal yang bisa memiliki hubungan percintaan yang normal juga."

"Aku mau coba..." kata Ioanis memilin jarinya.
"Aku ingin kamu mencintaiku seperti kamu mencintai Elaine."

"Memangnya kau mencintaiku seperti kau mencintai Jeremy?"

"Lebih."

"Mudah sekali?" Austin membelai rambutku dan mengeratkan pelukannya.

"Entahlah." Aku mengangkat tubuhku dan mencium bibirnya pelan.

"I'm in love with you Austin Alec Natanov."

Meski Austin diam tak mengeluarkan sepatah kata apapun, aku merasa lega.
Aku telah mengeluarkan isi hatiku kepadanya.

Dia suka atau tidak itu bukanlah urusanku.
Aku hanya ingin mecintainya.
Dan membuatnya cinta padaku juga walaupun membutuhkan waktu yang sangat lama.
Time heals.
Aku yakin itu.

"Apakah kau menyukaiku?" aku memberanikan diri untuk bertanya lagi.

"Tentu saja. Kalau aku tidak suka, aku tidak mungkin ada bersamamu terus-terusan."

Messed Up(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang