Duka Desember

261 10 2
                                    

Ketika sinar mentari begitu menantang menyengat kulit, seorang gadis berambut hitam pekat dan terurai membiarkan angin menyentuhnya, sedang menangis sendirian di bawah pohon sakura putih. Gadis itu adalah Ranum. Ranum begitu lelah, batinnya meronta dan tak tahu harus kemana. Siang itu Ranum pergi ke taman kota setelah selesai bekerja di sebuah toko buku. Tangis Ranum bukannya tanpa alasan, Reno yang begitu dicintainya dengan sepenuh jiwa tiba2 pergi tanpa menyampaikan apa2. Ranum mencinta begitu mencinta. Ranum merindu namun segalanya hancur oleh karena keangkuhan cinta yang ada pada Reno. Dalam batinnya Ranum terus bergejolak dengan rasa sakitnya. Apakah ia harus menyesal telah mempercayai Reno atau membiarkan saja hal itu terjadi? Namun hatinya tak bisa diajak kompromi. Isakannya semakin dalam hingga ia merasakan sesak pada dadanya. Nyaris tak mampu untuk bernafas. Sakura putih terus berguguran, seakan memahami kekecewaan Ranun.

Di tempat yang berbeda, Reno terlihat begitu bahagia. Tawanya menggema menghabiskan waktu bersama teman2 kerjanya. Reno tak memikirkan tentang Ranum, bahkan sekedar mengetahui kabarnya. Reno telah menyakiti Ranum dalam sadarnya. Ia menghilang tanpa penjelasan. Ia terlalu sibuk dengan dunianya, sampai lupa pada hal berharga lainnya. Hal yang tak mungkin tergantikan, walau dengan harta kekayaan. Hal yang bahkan lebih indah dari bongkahan berlian. Reno tenggelam dalam kubangan keangkuhan.

Ranum masih saja berdiam diri di bawah pohon sakura putih. Matanya berkaca, bayangan kenangan terus saja mengusik hingga keputusasaan mulai menyergap. Betapa Reno telah berjanji akan bersamanya sampai kapanpun, sebelum orangtuanya meninggal dua tahun yang lalu. Kini ia harus bagaimana? Reno pergi dan mengingkari segalanya. Rasanya ia ingin pergi ke tempat ayah ibunya di surga.Ranum pejamkan mata, menarik nafas lembut dan mencoba tersenyum walau terpaksa. Ia mengambil buku hariannya, kemudian menulis kata demi kata dari jiwa terdalamnya dengan jemarinya yang gemetaran.

Ada yang hadir dikala senyap...
Ketika seseorang terlalu angkuh dengan dunianya..
Ia tak menyadari telah memberi celah,
Yang kemudian hadir diantara celah itu...

Ranum kembali pejamkan matanya, lalu menunduk menutup wajahnya dengan buku harian sehingga buku itu basah oleh air matanya sendiri.
"Mengapa dipenghujung tahun ini begitu menyiksa?? Bulan desember yang menyedihkan.."
Ranumpun berusaha berdiri dengan berpegangan pada pohon sakura putih. Tubuhnya begitu lemah namun ia tetap berusaha melangkah.

Langkah kaki Ranum tertatih2, dan kemudian ia merasakan seluruh tubuhnya berkeringat, kepalanya seakan berputar2 dan bahkan ia melihat sekelilingnya telah gelap gulita. Ranum merasakan takut yang luarbiasa. Langkahnya terhenti di tengah jalan. Ia berharap ada seseorang yang mau membantunya namun entah mengapa siang itu begitu sepi.
Samar2 Ranum seperti melihat suatu benda yang amat besar begerak mendekatinya dengan kecepatan yang tidak bisa ia perkirakan. Ranum ingin menghindar, air matanya mengalir deras seakan menyadari akan terjadi hal besar sesaat lagi. Dan... "Ayaaaahh...", tubuhnya terhempas dan Ranum berteriak, tapi sekejab suaranya hilang bagai dedaunan tersapu angin. Suara mobil ambulans menggema, Ranum merasakan tubuhnya remuk dan hatinya semakin hancur. Ia masih bisa melihat dibalik air matanya, para medis berusaha melakukan pertolongan pertama. Ranum tidak mengetahui benda apa yang menghempas tubuhnya hingga serasa akan mati.

Ruang IGD rasanya begitu menyeramkan. Ranum memang tak menyukai rumah sakit ketika ayah ibunya meninggal tepat dihadapannya. Namun apa daya saat ini ia tak mampu mengelak. Ranum menjerit kesakitan merasakan tubuhnya seakan hancur sehancur hatinya. Ranumpun terdiam tak sadarkan diri. Ada sesuatu yang aneh, Ranum bisa melihat tubuhnya yang terbaring lemah dan para dokter sedang sibuk berjuang menyelamatkan hidupnya. Kemudian ia sadar bahwa jiwanya telah berkelana menjauh dari raganya. Ia ingin seseorang ada di dekatnya yaitu "Reno" walau hanya sesaat.

Dokter yang awalnya sibuk melakukan tindakan medis tiba2 berhenti memandang garis lurus pada monitor yang Ranum sendiripun tak memahaminya. Dengan suara penuh kecewa, Dokter memberikan pernyataan resmi mengenai waktu meninggalnya Ranum.
Reno yang memaksa menerobos masuk ke ruangan Ranum tak sengaja mendengar pernyataan dokter dan hanya bisa terpaku memandang Ranum yang telah terbujur kaku. Ia masih tak percaya gadis yang telah diabaikannya ternyata malah pergi dan tidak akan kembali.
"Ranum..." (suaranya lirih penuh kepedihan). Reno tak tahu bagaimana harus menangis. Ia ingin berteriak tapi tak berdaya. "Maaf Ren.. ini diluar dari kemampuan kami. Ranum ditemukan dalam kondisi yang parah. Ia tertabrak truk pengangkut barang dan tubuhnya terpental jauh."
Dokter yang menangani Ranum adalah dokter Arif dari kelurga Reno. Apapun tentang Reno dan Ranum diketahui dengan sangat baik oleh dokter Arif termasuk sikap Reno yang tidak menghargai hubungannya dengan Ranum.

Tubuh Reno melemah. Ia menyentuh wajah Ranum tapi dingin terasa. Ranum yang biasanya ceria, kini diam membisu untuk selamanya.
"Aku mencintaimu Ranum, tolong kembalilah. Jangan pergi seperti ini. Aku belum memenuhi janjiku... ayo Ranum, bangunlah...!" Reno makin meronta dalam kepedihan yang kian menyiksa. Ranum tersenyum disudut ruangan, Ia bahagia mendengar ucapan itu. Bahwa Reno mencintainya. Walau ia tahu ia tak mungkin kembali. Tangis penyesalan semakin menjadi2 saat Reno membuka buku harian Ranum dan membaca setiap lembarnya hingga pada lembaran akhir...
Apakah aku harus pergi dari dunia ini, agar Reno memandangku dari dekat?? Dan mungkin saja dia akan menangis untukku...

Reno memeluk tubuh Ranum, menangis dan meronta berusaha membangunkan kembali Ranum dari tidur panjangnya. Ia sungguh menyesal.. "Ranum.... maafkan aku. Maaf .. ... Bangunlah Ranum. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi..." (Reno semakin tak berdaya dan terus saja ia meronta. Reno mengecup kening Ranum dan mendekap tubuh Ranum yang telah kaku). "Tuhan.. bisakah ia kembali padaku?? Sekali saja Tuhan.. aku mohon..." Reno sangat terpukul namun Ranum tidak mungkin kembali.

(Dokter Arif mendekati Reno yang masih memeluk Ranum)
"Ren... sekarang kamu paham apa yang Ranum rasakan. Cinta yang ia mikiki untukmu telah kamu abaikan. Sekarang kamu tahu cinta lebih indah dan berharga dari apapun di dunia ini. Dan Ranum, ia bahkan lebih elok dari berlian walaupun ia gadis yang sederhana."

Reno terlambat menyadari hal itu. Ranum telah mengikuti semua keinginannya tapi ia malah mengabaikannya. Kini ia harus hidup dengan penyesalannya, entah sampai kapan. Mungkin seumur hidup. Ia sadar, berlian indah seperti itu tak bisa ia temukan lagi.. walau banyak berlian diluar sana. Ranum adalah berlian cantik yang dibalut dengan warna yang sederhana. Namun cintanya SEMPURNA.
"Maafkan aku Ranum... tenanglah di sana.. Kamu pasti akan sangat cantik di surga..." 💕💕

Duka DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang