🌟

31 2 8
                                    

Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat buruk di hati Reno. Jika biasanya Reno akan begitu antusias bertemu Shyla di rumah sakit, atau sekadar mengunjungi wanita ini namun berbeda untuk saat ini. Reno kesal mengingat keberadaan Rival yang kembali grogoti kekuatan cinta Shyla terhadapnya. Ia juga tak siap jika pria itu secara terbuka nyatakan perang dan berusaha merebut Shyla dari sisinya.
Walau wanita ini berkata tidak akan pernah jatuh dalam pesona mantan tunangannya lagi seperti tujuh tahun lalu, namun hatinya tetap cemburu. Reno tak rela ada pria lain yang memikirkan Shyla atau sekadar menatapnya.

"Ren ... Kamu kenapa?"

"Hm? Kenapa maksudnya?" Pandangannya tetap terarah ke depan, tanpa menoleh melihat Shyla.

"Ya- kamu aneh saja. Seperti .... Sedang memikirkan sesuatu. Boleh aku tau??"

Lelaki ini hanya menyunggingkan senyum setelah beralih menatap Shyla sekejab.

"Pikirkan kondisimu itu, tak usah khawatirkan aku. Karena yang terluka itu kan kamu. Dan .... Aku tidak memikirkan apapun."

"Begitu ..., Ya sudah-lah" Shyla kembali mengatur posisi duduk seperti semula, menjauh dari Reno. Shyla tak mengerti akan sikap lelaki ini yang semakin tak tentu. Rasanya belum lama ia bersikap sangat romantis, tapi tiba-tiba sekarang malah bersikap dingin dan .... Terkesan acuh.

"Apa yang kau pikirkan, hem??" Sentuhan tangan Reno pada pipi-nya, membuat ia terkejut.

"Ha? eh. Ia Ren?? Kenapa??"

"Kenapa sayang?? Kok melamun. Kita sudah sampai di rumah sakit."

Shyla langsung mengedarkan pandangannya ke area sekitar melalui kaca mobil.

"Oo .... Jadi sudah sampai?? Maaf."

Reno tersenyum dan mengecup kening Shyla.

"Maaf juga untuk sikapku tadi. Aku hanya sedang kesal, tapi bukan padamu."

Ketika Shyla hendak bertanya lagi, dengan cepat pria itu membungkamnya dengan sebuah kecupan bibir.

"Dasar pria modus."

"Modus?? apa itu dikatakan modus?? atau .... Kau ingin ...?" Reno mengedipkan sebelah matanya. Sedangkan Shyla malah tertawa kecil mendapati sikap konyol kekasihnya.

"Boleh. Tapi .... Sebelum itu, bawa aku terlebih dahulu ke tempat itu."

Sambil menunjuk sebuah foto  pernikahan orangtua Reno yang tergantung pada kaca utama mobil. Pada foto itu, terlihat kedua orangtua Reno sedang diberkati di depan altar suci.

"Kalau begitu, cepatlah sembuh. Aku akan membawamu ke sana, dan menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia."

Shyla mengangguk pelan, sambil menggelayut mesra pada pundak Reno. Sebelum akhirnya mereka turun dari mobil.
Sepasang kekasih itu langsung bergegas masuk namun bola mata Shyla menangkap sesosok pria yang sedang berjalan memasuki ruangan bedah.

Untuk apa dia di sini?? Masuk ruangan bedah dan ...

"Sayang? ada apa?"

"Ya? Emm, tidak. Aku hanya khawatir dengan hasil pemeriksaan nanti."

Sebelah alis Reno terangkat, merasa heran pada sikap Shyla yang sangat jelas sedang menyembunyikan sesuatu.

"Shyla???"

Sang Ibu langsung berhamburan memeluk puterinya. Alih-alih Shyla meminta maaf atau sekadar basa basi dengan Bu Sumiaty, pikirannya malah tertuju pada pria yang belum lama dilihatnya. Jantungnya berdegup kencang, tapi bukan karena cinta melainkan rasa khawatir serta cemas. Ia terus memohon agar Tuhan tidak pertemukan mereka dalam situasi ini.

Duka DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang