Tak ada yang bisa mengelak
Saat sebuah rasa asing mulai mengusik hatiTak ada yang bisa pergi
Saat rasa itu tlah membuatmu nyamanShyla masih tertidur pulas di sebuah sofa santai yang letaknya di sudut kamar dengan masih mengenakan sepatu dan pakaian yang ia kenakan saat pulang dari rumah sakit. Fix, artinya Shyla tak sempat mandi.
Sedangkan di lantai satu tepatnya di dapur resto, Sang Ibu sibuk membenahi perabotan serta membersihkan area sekitar karena waktu telah menunjukan pukul 06.12 dimana hampir tiba untuk membuka resto.
Rumah Shyla bisa dibilang sangat luas dan berlantai tiga. Lantai satu digunakan untuk usaha resto sedangkan lantai dua dan tiga adalah ruang keluarga. Shyla ataupun Juna sering menggunakan pintu masuk yang letaknya di sisi kanan resto, menghubungkan ke sebuah lift menuju lantai dua dan tiga.
Kadang jika mereka masuk melalui pintu resto, ada sebuah tangga yang bisa digunakan untuk ke lantai atas. Mengagumkan memang, tapi Shyla tak pernah angkuh dengan apa yang ia miliki. Terlebih ada satu sisi di rumah itu yang merupakan dua garasi besar. Yang satu garasi mobil dan satunya lagi garasi motor2 matic hasil koleksi Shyla. Ia melakukan itu bukan sekedar hobi tapi asetnya di masa depan.
Banyak yang berkunjung ke tempat itu, tapi tak banyak yang tau mengenai kemewahan dan segala aset berharga lainnya yang dimiliki oleh Shyla dan sang ibu. Pasalnya, mereka selalu bertindak sesederhana mungkin.
Shyla masih terbuai mimpi karena rasa lelahnya.
Restopun di buka, terlihatlah sebuah mobil berwarna hitam memasuki pekarangan resto lalu berhenti di garasi mobil. Senyum terpancar dari ujung bibir sang Ibu melihat putranya datang.
"Pagi bu." Juna berjalan sempoyongan dan memeluk ibunya. Bu Sumiati membelai wajah Juna yang kelihatan kusut dan tak bersemangat.
"Pagi sayang. Kamu pasti kurang tidur. Penampilanmu sangat kacau. Ayo masuk..."
Juna hanya mengangguk dan mengikuti ibunya.
"Shyla belum bangun bu??" Sambil mengambil posisi kursi di tempat kasir dan duduk, melihat ibunya yang sedang berjalan mengambil minum untuknya.
"Ia nak.. semalam Shyla juga pulang dengan wajah kusut. Kasihan dia.. sepertinya sangat kelelahan. Waktu ibu mengantar makanan ke kamarnya, eh malah sudah nyenyak di sofa. Ibu biarkan saja. Kasihan kalau bangunin lagi. Tau khn adikmu... dia tidak suka kalau ada yang mengacaukan tidurnya."
Keduanya terkekeh sambil ngeteh bersama.
"Katanya kamu beberapa hari belum bisa pulang karena ada tugas penting. Jadi langsung ke apartemenmu yang jaraknya lebih dekat dengan rumah sakit. Kenapa?? Ada masalah??"
"Tidak bu.. semuanya baik2 saja. Juna hanya kelelahan"
Bu Sumiati mengangguk tapi sebagai seorang ibu pasti tau apa yang terjadi. Perubahan sikap Juna membuktikan bahwa ada hal yang ia sembunyikan. Tapi Bu Sumiati tak ingin bertanya lebih jauh. Ia ingin Juna sendiri yang dengan rela mengungkapkan segalanya.
"Baiklah sayang, tidak apa kalau kamu belum bisa cerita. Tapi ibu berharap tak ada hal besar yang terjadi dan mengusik hidupmu. Ibu percaya, kamu bisa memutuskan segala sesuatu dengan benar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Desember
Short Storycinta bukanlah rasa sepihak yang menyebabkan perpisahan. cinta juga bukan akhir dari penyesalan. cinta adalah penyatuan rasa yang mengarah pada kebahagiaan. Jika cinta adalah penyesalan maka itu bentuk dari keegoisan dan keangkuhan. Reno.. lelaki he...