Separah apapun suatu rahasia masa lalu, sangat tak pantas jika dipendam dalam waktu yang cukup lama.
Sebaiknya jujur saat ini, sakit saat ini, daripada menuai perkara besar di masa yang akan datang
dan sakitnya tak berkesudahan...
💕💕💕Akan aku katakan yang sejujurnya...
Shyla berhenti sejenak saat punggungnya terasa makin perih.
Ia menyeringai kesakitan, tapi hatinya lebih takut jika Reno berpikiran jauh tentang pesan di ponsel itu.
Baru kali ini rasanya Ia melihat kecemburuan yang tak biasa. Reno adalah orang yang tak terlalu beranggapan negatif mengenai suatu masalah, dan jarang terbawa perasaan. Tapi ini? dia malah bersikap sangat dramatis. Entahlah...Shyla kembali berlari agar secepatnya bertemu Reno. Untunglah jarak belum terlalu jauh saat Ia memutuskan berjalan kaki. Ketika Shyla telah sampai di gerbang rumah Reno, langkahnya terhenti karena Ia sudah tak sanggup lagi berlari. Shyla pun berjalan perlahan. Ia menghembus nafas lega, saat melihat mobil pria itu masih terparkir di garasi.
Di setiap langkah kakinya, Shyla mulai berpikir kata apa yang tepat untuk menjelaskan segalanya pada Reno. Pada kenyataan, kisah itu sudah Ia kubur dalam-dalam. Bahkan sudah dilupakannya. Shyla berhenti tepat di ambang pintu. Ia kembali berbalik hendak pergi, tapi lagi-lagi hatinya tak bisa. Akhirnya Shyla beranikan diri untuk masuk. Namun Saat Ia berbalik, malah menabrak tubuh Reno.
"Astaga." Shyla pun menengadah dan tersenyum kikuk pada Reno. Sedangkan pria itu malah menatap tanpa ekspresi.
"Ren.. Bisa kita bicara?? Aku tahu apa yang membuatmu marah. Aku minta maaf. Ya ya ya????" Shyla mengatup kedua tangan di dada, isyarat permohonan maaf. Namun tetap saja, Reno bersikap acuh.
Gengsi amat ni orang hanya bilang iya. Tapi kalo kAyak gini, Reno benar-benar kesal.
Shyla menghembus nafas pelan, lalu kembali menatap wajah Reno. Kali ini keduanya tampak serius.
"Ren... wanita mana yang rela dipermalukan tapi masih berusaha datang meminta maaf? Aku diusir seperti tak punya harga diri, tapi aku tetap kembali. Aku sebenarnya malu Ren. Kita kan sudah...."
"Terserah. Aku harus ke kantor"
Reno berjalan melewati Shyla begitu saja menuju garasi mobilnya. Shyla masih berusaha mengejar untuk bicara agar masalah tidak berlarut-larut.
"Ren. Ren... Jangan seperti ini dong. Ayo kita bicara dulu baik-baik. Aku berani bersumpah kalau aku tak ada niat untuk berbohong. pliss Ren..."
Reno masih saja tak perdulikan Shyla. Sehingga membuat wanita itu kesal sekaligus bingung.
"Ren, apa kamu tega?? Aku sampe berlari ke sini hanya untuk bicarakan masalah ini. Aku mohon Ren, dengar semuanya. Baru deh setelah itu kamu mau ngapain juga terserah. Termasuk.... Meninggalkan aku."
Kata terakhir itu terdengar berat, tapi terpaksa Ia katakan, demi meluluhkan hati Reno. Ternyata cara itu berhasil.
Reno yang semula hendak membuka pintu mobil, sontak berbalik dan menatap Shyla tajam. Wajah-nya datar, membuat Wanita di hadapannya tertegun."Coba ulangi?" Alis kanannya terangkat, menunggu jawaban Shyla.
"Ya, maaf. Jadi gimana? Mau bicara baik-baik atau terus berdebat? Aku akan ceritakan semuanya, walaupun masalah itu sudah ku buang jauh-jauh, tujuh tahun yang lalu."
Kemarahan di wajah Reno perlahan redup. Sepertinya Ia memahami penjelasan Shyla.
Wanita yang sudah Ia dapatkan dengan susah payah, tak mungkin dilepas begitu saja hanya karena kisah masa lalu yang jelas-jelas telah menjadi memori rongsokan. Bahkan sama dengan sampah membusuk, nyaris menyatu dengan tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Desember
Nouvellescinta bukanlah rasa sepihak yang menyebabkan perpisahan. cinta juga bukan akhir dari penyesalan. cinta adalah penyatuan rasa yang mengarah pada kebahagiaan. Jika cinta adalah penyesalan maka itu bentuk dari keegoisan dan keangkuhan. Reno.. lelaki he...