Cinta ini menggangguku,
Sampai aku pun harus selalu di dekatmu, agar cinta ini membuatku bahagia dan nyaman...Cinta ini menggangguku,
Ketika jemarimu masih hampa dari semaian cincin dariku...
Aku menanti...Apakah kau ingin?
Ingin aku temani malammu,
Menjagamu agar tak terjaga
Mendekapmu erat,Tak akan ku lepas, selamanya...
Perjalanan yang indah. Batin Reno terus melagu, diiringi sepoian angin senja, meninggalkan perdebatan yang nyaris hancurkan cinta mereka.
Tangannya erat menggenggam jari jemari Shyla, seakan tak ingin siapapun merebut miliknya yang indah itu. Bukan... dia lebih dari kata indah. Aku merasa sempurna miliki wanita sepertinya.
"Ada apa Ren? Aku perhatikan, sikapmu sedikit berbeda."
"Maksudnya?" Reno melirik dari ujung matanya, tanpa menatap sempurna. Shyla tak suka jika Reno melihatnya seperti itu.
"Aku benci ditatap dari ujung matamu. Kau tahu, tapi selalu saja lakukan hal yang sama." Shyla tampak kesal. Ia mencoba menarik tangannya dari genggaman Reno, tapi caranya gagal. Reno tak akan melepaskannya begitu saja.
"Aku tahu. Tapi kau juga tahu, aku menatapmu dari ujung mataku, tapi hatiku menatapmu sempurna. Tak ada yang bisa menatapmu seperti itu selain aku. Jika kau merasa sikapku berubah, itu karena aku sedang memikirkan masa depanku bersamamu, dokter cantik."
Telunjuk jari Reno menyapu garis wajah Shyla, membuat wanita di hadapannya mengerjab. Seulas senyum terukir, mengurai segala pemikiran canggung akan sikap tak biasa itu.
"Kau berlebihan Reno. Bukankah jika kita bersama, tak ada hal lain yang perlu dikhawatirkan? Jika Debby dan Juna mendengar gombalan recehmu ini, mereka pasti menertawakanmu."
Shyla mengacak-acak rambut Reno, membalas menggodanya yang membuat Reno mendesis gemas.
"Hentikan sayang. Jika kau ingin menggodaku, aku lebih suka kita lakukan di tempat yang lebih....."
Kedua alis Shyla menukik, menatap pria itu intens. Ia tahu, Reno pasti akan kembali bersikap jahil padanya.
Shyla memutar bola matanya malas, dan berjalan menghindari tatapan manis penuh hasrat dari Reno. Sejujurnya Ia tak sanggup melawan tatapan itu.
Gila. Bisa mati aku. Dia paling bisa membius aku dengan tatapan mautnya itu. Sampai sekarang, aku belum bisa kendalikan detak jantungku ketika melihat tatapan itu. Tatapan yang seakan membuatku menyerah. Menyerah dalam setiap rasa dan permainan yang Ia ciptakan.
Oh... Tuhan, betapa sempurnanya ciptaanmu yang satu itu. Hingga aku tak sanggup menahan gejolak ini...
Langkah kaki Shyla cepat di atas bentangan rerumputan hijau, di sebuah taman ketika senja semakin merona di ujung cakrawala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Desember
Short Storycinta bukanlah rasa sepihak yang menyebabkan perpisahan. cinta juga bukan akhir dari penyesalan. cinta adalah penyatuan rasa yang mengarah pada kebahagiaan. Jika cinta adalah penyesalan maka itu bentuk dari keegoisan dan keangkuhan. Reno.. lelaki he...