Tentang Takdir 1

33 0 5
                                    

"Heii Shyla... bangun nak.. ini sudah pagi. Kamu hari ini tidak ke rumah sakit??"

Cahaya mentari masuk menembusi kaca saat Sang Ibu menyingkap tirai jendela. Shyla mengerjab tanpa merubah posisi tidur menatap jendela.

"Ini jam berapa Ma??" Suaranya berat dan parau

"Jam tujuh..."

"Debby sudah datang?? Hari ini kami harus berkunjung ke suatu tempat. Dia berjanji untuk menjemputku."

Bu Sumiati yang mendengar nama Debby, langsung mendekat dan duduk di samping Shyla yang masih dalam posisi berbaring.

"Apa nak?? Debby? Jadi dia sudah kembali??"

Shyla bangun dengan wajah berseri. Semangatnya tiba2 kembali tanpa harus menuggu perutnya diisi makanan.

"Ia mam... aku juga terkejut. Jadi kemarin itu, Debby tiba2 sudah berdiri di hadapanku..."

"Lalu kamu tidak bertanya kapan dia datang dari Jepang??"

"Oh Ia ya Mam... aku lupa." Shyla menggaruk pelipisnya yang sama sekali tak gatal.

"Aku terlalu bahagia jadi lupa untuk bertanya kapan dia tiba dari Jepang. Tapi yang paling penting, dia dan seluruh keluarganya dalam kondisi sehat. Paman Jey titip salam... katanya liburan natal tahun depan, kita harus ke Jepang.."

"Jadi begitu... ya sudah... oya, bagaimana dengan Juna??"

"Itulah sebabnya hari ini kami harus ke suatu tempat".

Senyum penuh misteri terlukis dari wajahnya yang cantik walau belum tersentuh air setetes pun di pagi hari.

Bu Sumiati tampak berpikir, keningnya berkerut akibat penasaran dengan gelagat anaknya.

Shyla tahu Ibunya pasti akan bertanya perihal rencananya bersama Debby. Setelah diam beberapa saat, Shyla pun bangun dan langsung berlari ke kamar mandi.

Melihat tingkah Shyla yang tampak bahagia, Bu Sumiati tersenyum. Ia pun bahagia sekaligus tak percaya bahwa anak2nya telah dewasa.

"Ma.... Jangan beritahu Juna Ya kalau Debby sudah kembali. Apalagi sama Reno."

"Kenapa sayang?" Bu Sumiati berdiri tepat di depan kamar mandi, agar dapat mendengar suara Shyla dengan jelas.

"Pokoknya jangan Ma... nanti Shyla mogok makan..."

"Yakin??? Kalau sama nasi goreng keju??"

Tak ada jawaban. Bu Sumiati tertawa kecil, mengetahui Shyla yang sedang berpikir. Ia tahu kalau anaknya itu sangat menyukai nasi goreng keju.

"Ah.. Mama... jangan gunakan makanan favoritku untuk ancaman.."

"Baiklah... cepat mandi. Kamu tahu kan, Debby tidak suka waktunya terbuang percuma."

"Ia Ma... tapi janji ya...!!"

"Ia sayang..."

Bu Sumiati kembali ke dapur setelah beberapa saat adu argumen dengan Shyla. Bibirnya terus melukis senyum, entah bahagia dengan kedewasaan anak2nya, atau karena kedatangan Debby.

Juna pasti sangat bahagia mengetahui Debby kembali...
Tapi aku harus bersabar
Biarkan Shyla yang melakukan semuanya...

Ya Tuhan,
Semoga tak ada lagi masalah atau pun kesedihan yang melingkupi hati Shyla dan Juna... Aku mohon...
💕💕💕

Shyla tampak cantik mengenakan kaos oblong berwarna putih, berlengan pendek yang dipadukan dengan rok levis selutut dan tak lupa jaketnya. Rambutnya pun hanya dikucir kuda, menampilkan kesan maskulin tanpa menghilangkan pesona femininnya...

Ponselnya berdering...
Shyla mengerucutkan bibirnya kesal, melihat nama yang tertulis pada log panggilan tak terjawab..

"Untuk apa menelpon disaat begini? Aku kan lagi kesal. Dasar pria menyebalkan"

"Apa aku semenyebalkan itu?? Sampai kau pun tidak menjawab teleponnya."

Tubuh Shyla sontak berbalik karena Ia sedang mencari arlojinya yang terselip di bawah bantal gulingnya.

"Reno??!! Oh Astaga... aku pikir siapa?? Lupa etika untuk ketuk pintu dan bilang selamat pagi, Tuan Reno Wijaya?" Matanya menatap tajam ke arah Reno yang masih berdiri menggenggam ponselnya.

"La... apa maksudnya dengan ketuk pintu?? Biasanya kita tidak perlu hal2 formal seperti itu kan??"

"Tapi ini beda. Aku lagi kesal. Jangan muncul di hadapanku kalau aku lagi kesal. Sudah tahu.. tapi pura2 amnesia. PERGI DARI SINI"

Reno mundur ketika Shyla membentaknya. Dua tahun kebersamaan mereka, baru hari ini Shyla benar2 membentaknya.

"La. Kau membentakku hanya karena aku masuk tanpa mengetuk pintu?? Atau masih kesal dengan kejadian kemarin? Kalau begitu... aku minta maaf..."

Reno mencoba mendekati Shyla tapi Ia justru ditolak.

"Berhenti Reno. Jangan mendekat. Aku benar2 sedang tidak ingin melihatMu"

"Apa? La... jangan berlebihan dong... aku minta maaf. Jangan menyiksaku seperti ini. Aku tidak bisa jauh. Aku merindukanMu."

Mengerikan ternyata jika seorang wanita sedang marah...
Kemarahan mereka mampu hentikan takdir tanpa tersisa...

Aku harus bagaimana??

"Aku mohon Ren... pergi sekarang. Jangan menemuiKu sampai Aku yang memintamu datang."

Reno terdiam. Ia sungguh terkejut akan permintaan Shyla. Tak menyangka bahwa Shyla akan semarah ini. Ia pun mengalah.
Semakin Ia bersikeras, hubungannya akan berada di arah yang berbahaya.

"Baiklah. Jika itu yang kau mau. Aku pergi dan tidak akan datang sampai kau sendiri yang memintanya. Sekali lagi, aku minta maaf ya? Aku mencintaiMu. Selalu."

Duka DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang