Tentang Takdir 2

29 1 9
                                    

"La... Ayo cepat dong" Panggil Debby tak sabar.

"Sabar napa?" Shyla tampak kesal karena sahabatnya itu terus meneriakinya. Setelah pamit dengan Bu Sumiati, keduanya pun berangkat ke tempat tujuan.

Kali ini perjalanan mereka cukup panjang, jadi Shyla setuju untuk gunakan mobil. Selama perjalanan, sambil menyetir Debby terus bernyanyi dan Ia sangat bahagia. Sedangkan Shyla terdiam menatap ke luar kaca jendela. Pikirannya tertuju pada Reno. Ia merasa bersalah, telah membentak pria itu. Hatinya justru sakit.

"La? Kenapa melamun? Sakit ya?"

Hening.
Shyla abaikan pertanyaan Debby.

"Helow... gadis jutek.... bisa dengar aku??" Ia menyentil lengan Shyla, yang membuat wanita di sebelahnya mendesis kesal.

"Diam Deb.. fokus nyetir aja... aku lagi malas."

"Bukannya kemarin kamu yang lebih semangat? Lalu kenapa hari ini malas?"

"Aku... minta Reno untuk pergi".

"What?!!!!" Matanya tajam menatap Shyla.

"Biasa dong liriknya."

"Cerita. S.E.K.A.R.A.N.G. Dasar bodoh"

Penekanan kata sekarang, membuat hatinya semakin merasa bersalah.

Akhirnya Ia pun cerita apa yang sebenarnya terjadi sampai membuatnya kesal  dan mengusir Reno dari kamarnya.

"Tapi sebenarnya aku tidak rela Deb.. aku hanya kesal. Seharusnya kan Ia lebih peka."

"Bagaimana bisa kamu berharap dia peka tapi sikapMu berlebihan? La... Reno ikuti kemauan kamu karena dia tidak ingin hubungan kalian hancur. Sekarang telepon dia."

"Benar juga ya Deb.. hari ini aku sudah sangat berlebihan. Jadi sekarang aku telepon nih?"

Debby melirik tajam, yang membuat Shyla cepat mengambil ponselnya lalu melakukan panggilan pada Reno.

Lima menit,

Hening...

"Kenapa La??"

"Aku sudah berulangkali nelpon, tapi ponselnya tidak aktif. Mungkin lagi sibuk."

"Ya sudah, nanti jangan lupa hubungi lagi. Kasihan Reno. Dia sudah banyak berkorban buat kamu. Jangan sia-siakan dia."

"Ia Deb... jujur sekarang itu aku pengen ketemu dia. Tapi kita malah lagi ada misi lain. Oh ya ampun... aku ini benar2 bodoh."

"Sadar kan kalau situ bodoh. Orang baik malah dihempas. Sudah. Reno pasti tahu kamu lagi kesal. Ini pembelajaran ya, lain kali boleh marah tapi jangan berlebihan. Itu bisa membuat kita kehilangan orang terdekat".

Shyla menunduk sedih. Ini pertama kalinya Ia membuat kesalahan fatal, bahkan tega menyuruh Reno menjauh. Aku benar2 merindukan Reno...
💕💕

Di sebuah klinik yang letaknya di pinggir kota, Juna terlihat sedang sibuk melayani para pasien yang datang untuk berobat atau sekadar berkonsultasi mengenai penyakit DBD. Hari semakin tinggi, masyarakat sudah mulai kembali ke tempat tinggal masing2, sehingga lokasi di sekitar klinik mulai lengah dan sunyi.

"Bram, masih ada pasien yang datang? Ini sudah jam makan siang."

"Di luar sudah tidak ada orang Dokter. Hanya beberapa petugas medis. Sepertinya sudah pada pulang."

"Baiklah. Kalian boleh pergi untuk makan siang. Aku masih harus mengurusi berkas pasien yang tertular DBD."

"Tapi Dokter," Bram tak enak hati jika harus tinggalkan Juna sendirian di klinik.

Duka DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang