chapter 4

4.3K 492 11
                                    

"Sana. Namaku Minatozaki Sana"


"kau.. mau berteman denganku Sana?"
Entah apa yang sedang Dahyun pikirkan sekarang ini. Tanpa sadar dia mengucapkan kalimat itu. Mungkinkah karena ucapan Chaeyoung siang tadi?

Sana tersenyum, gadis itu berbalik kembali dan melangkahkan kakinya ke arah Dahyun. Berdiri tepat didepan gadis yang sedang babak belur itu. "tentu saja. Aku tidak mungkin menolak jika seseorang mengajakku berteman nona um....?" ucapan Sana terhenti karena dia tak tau nama gadis di hadapannya itu.

"aku Dahyun. Kim Dahyun"

Sana mengulurkan tangannya dan disambut oleh Dahyun. "sekarang kita berteman Kim Dahyun"

"terima kasih karena sudah mau menjadi temanku"

"hey, ini bukan masalah besar. Kalau begitu aku pulang dulu. Kuingatkan kau lagi, jangan lupa bersihkan lukamu itu" pesan Sana sembari tersenyum

Dahyun tertunduk. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "um...Sana..bisakah?"

"ada apa? Katakan saja, kita kan sudah berteman"

Dahyun menatap Sana ."itu..bisakah..bisakah kau membantuku untuk membersihkan lukaku ini?"

Sana tertawa. "ku kira ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kau ucapkan. Kau ini sangat aneh ternyata" ucap Sana. "dan aku bisa saja membantumu. Tapi aku takut kalau kekasihmu akan cemburu karena kau berduaan denganku malam ini" sambungnya

Dahyun tertunduk lesu."ya..kau benar. Hanya saja, dia tidak bisa membantuku untuk membersihkan lukaku saat ini. Orang tuaku juga tidak ada karena sedang berada di luar negeri, aku juga tidak punya saudara. Dan sahabatku? Sepertinya dia masih marah padaku" jujur Dahyun

Sana menatap iba Dahyun. Dia tidak tahu kalau ternyata Dahyun adalah sosok yang sangat kesepian. Meskipun dia tidak tau alasan kekasih gadis itu tidak bisa membersihkan lukanya saat ini dan kenapa dia bisa bertengkar dengan sahabatnya.

"baiklah, aku akan membantumu"

Wajah Dahyun terangkat. Terlihat senyum tipis yang dia berikan untuk Sana. Hanya saja, gadis itu tidak melihatnya karena taman tempat mereka itu kekurangan cahaya.

Siapa yang sangka, Dahyun akan tersenyum hanya karena hal sekecil itu.

Kedua orang itu sedang duduk didepan mini market. Dahyun sedari tadi meringis karena Sana menyentuh lukanya.

"diamlah. Aku tidak menyentuhnya sekuat itu"

"i-iya. tapi ini perih"

Sana berdecak. Tangannya berhenti membersihkan luka Dahyun. Kini hanya tatapan intens yang dia berikan untuk gadis itu.

"kenapa berhenti?"

"kau terus meringis dari tadi, orang-orang pasti mengira aku berbuat sesuatu padamu"

Dahyun tertawa mendengar ucapan gadis itu. Dan ujung-ujungnya meringis karena luka disudut bibirnya. Sungguh perubahan luar biasa.

"apa yang kau tertawakan?"

"tidak ada. Bisakah lanjutkan lagi? Aku tidak ingin karyawanku melihat luka-luka ini besok" ujar Dahyun sambil menunjuk lukanya

Sana menghela napasnya lalu mulai membersihkan luka Dahyun lagi."bekas-bekas ini tetap akan terlihat besok. Kau tidak bisa menyembunyikannya" jelas Sana yang sudah sampai pada tahap akhir mengobati luka di wajah gadis itu.

"nah sudah" ujar Sana senang. Dia merasa sangat puas melihat hasil pengobatannya.

"terima kasih"

Thank You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang