chapter 5

4.4K 475 18
                                    

Dahyun memasuki ruangannya sembari sesekali meringis akibat luka punggungnya yang tertekan akibat kemeja dan jasnya.

"kenapa kau baru datang?" Suara itu berhasil membuat Dahyun terdiam

"eoh? Chaeyoung?" Dahyun kaget. Dia mengira Chaeyoung masih marah padanya.

Chaeyoung bangun dari duduknya dan menghampiri Dahyun yang masih terdiam di depan pintu. "ada dokumen yang harus segera kau tanda tangani" ujar Chaeyoung sambil memberikan map merah yang sedari tadi dipegangnya.

Dahyun mengambilnya. "baiklah"

"ada apa dengan wajahmu itu?" chaeyoung mulai sadar ada yang berbeda dengan wajah Dahyun.

"eoh? Ini? Aku jatuh dari tangga semalam" bohong Dahyun dan mulai melangkahkan kakinya ke arah kursi kebesarannya.

Chaeyoung mengekorinya. "kau kira aku tidak bisa membedakan luka saat jatuh dan habis berkelahi? Kau pikir aku sebodoh itu?"

Dahyun duduk di kursinya dan mulai terlihat sibuk membuka dokumen yang diberikan Chaeyoung tadi. Dia terlihat tidak tertarik menggubris ucapan Chaeyoung barusan.

"ini" Dahyun kembali memberikan dokumen tadi pada Chaeyoung.

"siapa yang memukulmu Kim Dahyun?" chaeyoung tetap kekeh bertanya pada Dahyun.

"hanya preman-preman mesum. Sudahlah, aku tidak apa-apa" jawab Dahyun.

Chaeyoung menghela napas pelan. "baiklah. Kalau begitu aku keluar dulu"

Dahyun mengangguk. "ah..Chae. Tolong sekalian suruh Seulgi bertemu denganku"

"Ne Direktur, saya permisi" pamit Chaeyoung formal

Tidak memakan waktu lama, sekretaris Dahyun bernama Seulgi itu masuk.

"ada yang bisa saya bantu Direktur?"

"aku hanya ingin menanyakan jadwalku hari ini padamu. Apa ada yang penting?"

"tidak ada Direktur. Selain rapat yang akan berlangsung 10 menit lagi. Anda hanya akan menghadiri makan siang bersama direktur Im jam 1 nanti"

Dahyun mengangguk mengerti. "ya sudah, kau boleh kembali ke tempatmu"

Seulgi membungkuk memberi hormat lalu keluar dari ruangan Dahyun.

Dahyun berdiri dari duduknya. Dia melangkahkan kakinya ke arah jendela ruangannya menikmati pemandangan indah yang memanjakan matanya.

Dia menghela napasnya, seolah hal itu bisa meredakan masalahnya.

"apa yang harus kulakukan sekarang?"

.

Dahyun melajukan mobilnya setelah selesai menghadiri makan siang bersama direktur Im.
Setelah perjalanan selama 10 menit, Dahyun menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah bangunan kecil yang diapit oleh bangunan besar di sebelahnya.

Di langkahkan kakinya berlahan masuk dalam bangunan itu. Bunyi lonceng yang sengaja di pasang tepat di atas pintu masuk itu berbunyi seiring masuknya Dahyun.

"eoh? Dahyun?" suara seseorang terdengar

"hai Sana?" balas Dahyun.

Sana keluar dari meja kasirnya lalu melangkahkan kakinya ke arah Dahyun yang masih berdiri didepan pintu masuk.

"aku kaget melihatmu di sini. Kau ingin membelikan bunga untuk kekasihmu lagi? Sebutkanlah jenisnya biar ku ambilkan untukmu"

"aku ingin tulip"

"Tulip? Kekasihmu suka bunga tulip ya? Terakhir kali kau juga membeli jenis bunga itu. Kalau begitu biar ku ambilkan dulu" ujar Sana.

Dahyun menatap punggung Sana yang meninggalkannya. Dia termenung cukup lama sampai Sana kembali lagi ke hadapannya.

Thank You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang