chapter 23

3.6K 359 53
                                    

3 tahun berlalu...
semuanya telah berubah.

Sana kini telah menjadi direktur di perusahaan ayahnya. Dia merupakan salah satu direktur yang disegani di Jepang bahkan keluar negeri sekalipun dengan waktu sesingkat itu.

Kepintaran, kecantikan dan keramahannya telah terkenal di antara karyawannya maupun koleganya.

Persoalan 3 tahun lalu antara dia dan ayahnya sudah membaik. Karena itulah dia mau menggantikan posisi ayahnya itu.

Meskipun begitu, larangan bertemu atau berhubungan dengan Dahyun maupun teman-temannya tidak berubah. Sana benar-benar di jaga ketat oleh ayahnya. Saat akan berbisnis dengan pengusaha Koreapun dia harus di gantikan orang kepercayaan perusahaan lainnya. Larangan menginjakkan kaki di Korea begitu terasa buat Sana.

"apa jadwal selanjutnya Nako?" tanya Sana pada sekretarisnya

"jam 11 nanti, anda akan mengikuti rapat" jawab Nako

Sana melihat jam yang terpasang di tangan kanannya. "aku masih memiliki waktu sejam lagi. Biarkan aku beristirahat dulu"

"baiklah direktur. Saya berada di luar. Jika butuh apa-apa hubungi saya. Permisi"

Sana mengangguk. Setelah sekretarisnya itu keluar dari ruangannya, Sana berjalan ke arah jendela yang menampilkan keindahan Tokyo.

Tatapannya bukanlah tatapan kekaguman karena melihat keindahan. Tapi tatapan yang mengartikan jika dia benar-benar sangat sedih.

"aku merindukanmu Dahyun" gumamnya

3 tahun berlalu dan tidak sedetik pun Sana melupakan Dahyun. Dia begitu merindukan gadis itu.

Di lain sisi..

Chaeyoung dan Mina benar-benar bingung harus melakukakan apa lagi. Sikap Dahyun maupun cara bicaranya benar-benar berubah. Dan ini lebih parah daripada saat Momo meninggalkannya. Perginya Sana benar-benar membuat Dahyun terpuruk.

Apalagi di bulan-bulan pertama perginya Sana, entah berapa kali Dahyun mencoba membunuh dirinya sendiri hingga akhirnya gadis itu menyerah dengan sendirinya. Dia mencoba melepaskan dirinya dari bayang-bayang Sana. Dan berakhir dengan sikap dan cara bicara yang begitu dingin.

"Dahyun?" Chaeyoung mencoba menegur Dahyun yang terlihat sibuk dengan dokumen-dokumen di atas meja kebesarannya itu.

"apa?"

"pulanglah"

"aku tidak pulang. Aku akan disini saja"

"hentikanlah Dahyun. Sudah cukup. Kau butuh istirahat"

"berhenti menasehatiku Son Chaeyoung. Lebih baik kau yang pulang"

Chaeyoung menghela napasnya. Sia-sia berdebat dengan Dahyun. "baiklah aku pulang dulu. Hubungi aku jika kau butuh sesuatu"

Dahyun menatap Chaeyoung datar
"kau tahu aku tidak akan melakukannya"

"........"
Chaeyoung memilih tidak menjawab dan akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Dahyun.

Dahyun meletakkan dokumen yang semula di tangannya diatas meja setelah kepergian Chaeyoung. Dia menghela napasnya berat lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela.

"aku merindukanmu" gumam Dahyun

Jujur saja, Dahyun belum sepenuhnya melupakan Sana. Dia masih mencintai wanita itu. Sikap dan cara bicaranya yang berubah hanya karena kekesalan yang dia rasakan.

.

Minggu pagi terasa begitu membosankan untuk Sana. Dia hanya bermalas-malasan di atas kasurnya sambil menonton drama kesukaannya.

Thank You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang