Author Note : Vote sebelum membaca.
Satu hal yang kuketahui saat ini adalah, Bagas benar-benar tidak peduli lagi denganku. Setiap kuajak bicara dia hanya menjawab seperlunya saja, tidak seperti biasanya dia akan menyerocos atau mengeluarkan celetukan-celetukan receh yang membuat perutku mual, atau dia akan mengingatkanku berulang-ulang kali jika aku melirik atau memperhatikan Nando terlalu lama.
Sepanjang persahabatan kami, belum pernah aku melihat Bagas semarah ini sampai mengabaikanku. Semarah-marahnya dia padaku, paling tidak dia pasti akan mengirimkan pesan, menanyakan apa aku sudah makan atau belum. Kami memang berangkat dan pulang sekolah bersama, tapi sekadar begitu saja—serasa naik ojek. Aku merasa kehilangan Bagas, sahabatku.
Pesan yang tadi kukirimkan lewat whatsapps tidak dibaca sama sekali. Aku juga datang ke rumahnya tetapi Ibunya bilang dia sedang tidak ada di rumah. Aku tahu Bagas, dia tidak pernah punya kegiatan lain di luar sekolah. Kalaupun dia ingin bermain futsal dia pasti akan mengajakku untuk ikut dengannya. Meskipun aku hanya duduk di tribun sambil menyemangatinya.
"Tar, si Bagas kok nggak nongol-nongol ya? katanya dia yang bawa cemilan." Aku melirik jam di pergelangan tanganku, sudah hampir jam 3 tapi Bagas tak kunjung datang. Ponselnya tidak dapat dihubungi, ini sama sekali bukan Bagas yang aku kenal. Aku tahu dia marah tapi ini soal kelompok, bukan soal pribadi. Dia tidak bisa egois seperti ini.
"Kita mulai aja deh ngerjain tugasnya. Bentar lagi mungkin dia datang." Mereka berdua setuju dengan saranku. Kami memulai pekerjaan kami membuat kerajinan tangan, yang merupakan sebuah ikon dari negara Mesir yang terletak di Giza. Apa lagi kalau bukan Piramid. Ide yang semula diusulkan oleh Bagas dan langsung kami setujui.
Bangunan yang dulunya digunakan sebagai makam para raja dan tempat pemujaan (ibadah) serta tempat untuk menimbun pangan sebagai persiapan menghadapi masa paceklik juga sebagai tempat untuk menyimpan harta. Selain itu, piramid juga berbentuk segitiga yang memiliki filosofi hubungan antara manusia, alam dan Tuhan. Tuhan di tempatkan pada posisi paling atas, karena Tuhan mengatur segala hal tentang alam dan manusia. Tentang manusia yang tidak akan pernah bisa terlepas hubungannya dari alam. Ketiganya merupakan satu keseimbangan yang tidak dapat diubah. Meskipun tidak jarang juga, simbol segitiga diartikan dengan hal-hal yang negatif. Lucifer, atau hal-hal yang berhubungan dengan pemuja setan.
Bagas memang terlihat bodoh, konyol dan seperti tidak punya otak. Namun, kalau otaknya bekerja ia bisa lebih baik ketimbang aku
"Sori, gue telat." kami kompak memandang ke arah Bagas yang akhirnya datang juga setelah kami cukup lama menunggunya.
"Kemana aja lo? Dari tadi juga di tungguin nggak nongol-nongol. Tari telepon, kenapa hape lo nggak aktif?" cerocos Uci, mencecar Bagas yang baru saja datang dengan berbagai pertanyaan. Aku melirik Bagas, sekilas tidak ada yang berubah sedikit pun dari dirinya selain dari sikapnya. Dia benar-benar bukan Bagas yang aku kenal.
"Gue cuma mau bilang, gue tukeran sama Nando. Nando bakal pindah ke kelompok ini." Diantara kami bertiga, aku adalah orang yang paling kaget dan paling tidak percaya dengan apa yang Bagas katakan.
"Serius Gas? Nando pinah ke kelompok ini?"
"Wah, lo nggak bohong kan? sumpah, seneng banget gue."
"Baik banget sih lo, Gas, mau tukeran sama Nando. Janji dah, besok gue traktir lo ngabakso di warung Mang Upik."
Bagas mengangguk mantap menanggapi semua pertanyaan dari Uci dan Tia yang begitu antusias saat mengetahui Nando akan pindah ke kelompok kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dan Ilusiku [Completed✔]
Jugendliteratur[ Selesai ditulis 17 juni 2019 ] ================================== Note : Follow terlebih dahulu sebelum membaca. ================================== •Attention : Cerita mengandung unsur ketagihan. Baca 1 part dan kalian akan kecanduan sampai endin...