30. GAME OVER.

1.3K 145 8
                                    

Author Note : Vote sebelum membaca ya❤

Thanks for 4K read and 1K votenya ❤






Langkah kaki terdengar dari arah belakang. Aku yang fokus memandangi kota dari atap sekolah pun menoleh. Dia yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga. Seperti biasa, dia selalu hadir dengan senyumnya yang ramah. Selalu memukau, tapi tidak untuk kali ini. Senyumnya membuatku merasa dikhianati.

"Kakak seneng kamu mau ketemu Kakak. Sekalian Kakak mau tanya, kenapa kamu jadi susah dihubungi? Kakak chat juga kamu nggak balas. Kakak khawatir sama kamu."

"Thank's buat kekhawatiran lo. Tapi gue ngajak lo ketemu bukan buat ngebahas soal itu."

"Terus?"

"Gue mau minta penjelasan kenapa selama ini lo bohongin gue soal Nando?"
Aku tak suka berbelit-belit. Kontan, pertanyaan itu membuatnya memasan raut antara bingung dan terkejut.

"Penjelasan soal Nando? Penjelasan apa Dek? Kakak nggak ngerti."

"Udah lah, Kak, stop bersikap seolah lo nggak tahu apa-apa!" Aku menyentaknya.

"Tar, tunggu dulu. Ini kenapa kamu jadi marah-marah nggak jelas gini sih?"

"Apa? Lo bilang gue marah nggak jelas? Harusnya lo mikir apa yang bikin gue semarah ini sama lo Kak!" Napasku memburu, memacu keringat ditubuhku. "Kenapa lo bohong sama gue soal Nando? Kenapa, Kak?!"

"Bohong apa Tar, Kakak bener-bener nggak ngerti kau ngomong apa—"

"Bullshit!! Gue udah tahu semuanya Kak. Lo nggak usah sok bego! Lo ngebohongin gue!"

"Tar..."

Plak!

Tanganku terasa panas dan aku yakin pipinya lebih panas dari yang terasa di tanganku. Kak Linggar mundur selangkah, membiarkanku menenangkan diri sejenak. Untuk beberapa saat kami sama-sama diam, dengan dadaku yang bergemuruh menampung luapan emosi.

"Gue harap tamparan itu bikin lo sadar dan berhenti bersikap seolah nggak tahu apa-apa."

Kak Linggar mengesah panjang, membasuh wajahnya dengan kedua tangan. "Jadi, kamu udah tahu semuanya?"

"Menurut lo? Gue kecewa Kak sama lo. Selama ini gue percaya sama lo. Gue pikir lo serius dukung gue sama Nando. Tapi nyatanya apa? Lo yang bikin gue jauh dari Nando! Lo tahu Nando juga punya perasaan sama gue tapi lo nggak pernah bilang!" Napasku naik turun, seperti habis berlari marathon beratus-ratus kilometer. Mungkin wajahku juga ikut memerah, marah. "Lo sengaja kan bikin dia ngejauhin gue?"

"Oke, Kakak ngaku. Kakak emang tahu kalau Nando suka sama kamu, dan Kakak juga sengaja nggak kasih tahu kamu soal itu. Tapi bukan karena Kakak jahat atau sengaja bikin kalian jauh. Maksud Kakak baik, Kakak mau Nando lebih berjuang buat dapatin kamu. Bukan melulu kamu yang harus selalu ngejar-ngejar dia."

"Itu urusan gue, Kak, bukan urusan lo! Sekarang apa? Berkat elo, Nando marah sama gue. Dan mungkin dia nggak akan suka lagi sama gue."

"Oh, ya? Terus kenapa kamu masih berharap sama orang yang nggak pernah balas memperjuangkan kamu?"

Kenapa? Aku juga tidak tahu kenapa, mungkin aku cinta atau mungkin juga karena aku bodoh. Ah, itu urusanku. Kenapa dia repot? Intinya aku tak suka dengan caranya yang seperti ini.

"Saat dia bilang sama Kakak kalau dia suka kamu. Kakak senang, akhirnya cinta kamu nggak bertepuk sebelah tangan. Kakak pikir setelah itu dia bakal nyatain perasaannya sama kamu, tapi nyatanya apa? Dia sengaja bikin kamu berjuang mati-matian. Bikin kamu seakan nggak punya harga diri di hadapan orang lain. Kakak nggak suka." Dia menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Kakak lakukan semua itu demi kamu, Tar. Kakak sayang sama kamu sekali pun di hati kamu cuma ada Nando."

Dia dan Ilusiku [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang