· 07 ·

1.5K 112 0
                                    

Azlan selalu berangkat sekolah lebih pagi dari yang lain, ia selalu berdiam diri di rooftop sampai jam pertama di mulai.

"Lo ngapain?" Saat menoleh ia mendapati Biru sudah berdiri di sana.

"Duduk," jawab Azlan seadanya.

"Ya gue tau lo lagi duduk, maksudnya ngapain pagi-pagi udah di sini?" Dengan percaya diri Biru langsung duduk di samping Azlan dengan meminum susu yang di belinya di kantin tadi.

"Lo sendiri?" Azlan balik bertanya.

"Lo selalu kayak gini ya?" Biru sedikit memutar duduknya menghadap Azlan.

"Kenapa?" Terlalu banyak pertanyaan diantara merek.

"Dingin, irit bicara, cuek, selalu gini?" Azlan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa? Lo kelihatannya baik,"

"Jangan melihat seseorang dari luarnya, dan jangan berharap mendapatkan jawaban dari semua pertanyaanmu," kemudian Azlan berdiri dan meninggalkan Biru yang masih tertegun dengan jawaban Azlan barusan.

Biru berlari menyusul Azlan, menyamakan langkahnya.

"Gue 'kan cuma nanya, kenapa lo sewot?" Tanya Biru dengan tetap menyejajarkan langkahnya.

"Gue nggak suka," langkah Azlan semakin cepat membuat Biru kewalahan.

"Gue bisa bikin lo suka," tiba-tiba Azlan berhenti, sontak Biru yang ada di belakangnya pun menabrak punggung Azlan.

Azlan berbalik, "dengan maksud apa lo mau buat gue suka sama lo?" Matanya memicing.

"Gue emang nggak punya alasan apa-apa untuk buat lo suka sama gue," Biru memberi jeda untuk bernafas, "tapi gue yakin bisa buat lo suka sama gue,"

"Kenapa lo bisa seyakin itu? Lo nggak takut sakit hati?" Suara terdengar mengerikan.

"Gue nggak pernah takut sakit hati, karna gue udah pernah ngerasain hal lebih parah di banding sakit hati itu sendiri," kepalanya menunduk.

Azlan tak habis pikir dengan Biru, sebenarnya apa yang dia mau. 

"Sekarang mau lo apa?" Tanya Azlan.
"Izinin gue buat ngejar lo,"

"Lo nggak malu ngejak cowok?"

"Selama ngejar lo bukan suatu kesalahan kenapa gue harus malu?" Azlan sudah benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Biru.

"Terserah lo," kemudian Azlan meninggalkan Biru.

Biru masih termenung di koridor yang mulai sedikit ramai, masih diam memikirkan perbuatannya barusan.

**

Saat pelajaran seperti ini pun Biru kehilangan fokusnya. Begitu banyak pikiran yang bersinggah di otaknya.

Harusnya gue takut untuk jatuh cinta lagi, batin Biru.

Tapi mata itu, Biru menggaruk tengkuknya yang jelas tidak gatal sama sekali.

"Arkkhh!" Tanpa sadar Biru mengeluarkan suara dan membuat perhatian seisi kelas beralih padanya.

"Ada apa Biru?" Tanya Bu Donna yang sedang mengajarnya saat ini.

"Maaf bu, tidak ada apa-apa," Biru kembali menundukan wajahnya.

"Lo kenapa sih Bi? Dari pagi gue liat muka lo kusut banget," Biru hanya menggeleng pelan.

Biru merasa semakin suntuk di dalam kelas, akhirnya ia meminta izin untuk ke kamar mandi.

Biru berjalan menelusuri koridor yang sepi, matanya kosong, wajahnya begitu pucat.

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang