· 02 ·

2.3K 132 2
                                    

Setidaknya luka pernah memberi pelajaran yang paling berharga dalam hidup

**

Malam ini Biru sedang berkutat dengan buku-buku di kamarnya, buku di mana-mana.

"Ini baru hari pertama, tugasnya udah bejibun aja, gila tuh sekolah," ketika sedang berpikir keras menyelesaikan tugasnya, seseorang masuk ke dalam kamarnya.

"Ngapain Bi?" Tanyanya.

"Berak!" Jawab Biru ketus.

"Ih, kok lo jorok sih berak di kasur,"

"Kenapa lo bego banget sih Lang, jelas-jelas gue lagi belajar masih nanya juga,"

"Biasa aja kali neng nggak usah ngegas juga," jawab Langit dengan mengelus puncak kepala Biru.

"Nggak usah pegang-pegang lo!" Dengan mengibaskan tangan Langit dari kepalanya.

"Lo PMS ya, galak bener, tuh di tungguin ayah buat makan malem," setelah mengatakan itu Langit segera keluar dari kamar Biru, takut kalau-kalau kena semprot lagi.

Biru turun dari kamarnya, di lihat meja makan sudah ada ayah dan Langit, sudah siap untuk makan malam.

Setelah semua sudah berkumpul, baru acara makan malam di mulai, seperti biasa acara makan selalu di warnai dengan Langit dan Biru yang selalu saja ribut, entah itu berebut lauk atau mengambil sendok yang sama, perdebatan yang kurang etis tapi cukup membuat suasana menghangat.

"Gimana hari pertama sekolahnya sayang?" Tanya Abraham, ayah Langit dan Biru.

"Biasa aja sih yah, tapi Biru udah dapet banyak temen aja, keren 'kan?" Jawabnya dengan percaya diri tinggi.

"Songong lo Bi, itu karna ketolong sama muka lo yang cakep kali," balas Langit dengan mulut yang masih mengunyah sedikit makanannya.

"Jadi lo mengakui kalo gue itu cantik Lang?" Langit yang mendengar itu langsung menghentikan pergerakan menyuap makanannya.

"Emang tadi gue ngomong lo cantik?" Biru hanya mengangguk.

"Halu lo," Langit tertawa dan malah mendapat lemparan tempe dari Biru.

"Aduh, tempe ini, enak, main lempar-lempar aja," tempe lemparan Biru tadi langsung di makan oleh Langit.

"Udah-udah, kalian ini kerjaannya ribut mulu, pusing ayah dengernya," Langit maupun Biru hanya nyengir kuda menanggapi perkataan Abraham.

**

Biru masih berkutat dengan tugas-tugasnya.

"Aaaaaaa! Bisa-bisa gue di mabok tugas kalo gini ceritanya," ia melempar bukunya kesembarang arah, tanpa ia ketahui buku yang ia lempar tepat mengenai wajah seseorang.

"Aduh! Gila lo Bi? Untung nih susu nggak tumpah," Langit mengusap wajahnya yang menjadi sasaran buku Biru tadi.

"Maapin yaa Langit," dengan menampilkan puppy eyes andalannya.

Langit meletakan susu coklat di atas nakas dekat ranjang Biru, lalu ia duduk di samping Biru.

"Bantuin gue napa Lang, lo 'kan pinter tuh," pinta Biru dengan mengedip-edipkan matanya.

"Kalo gue yang ngerjain tugas lo terus, lo kapan pinternya?" Begitulah Langit, tapi penolakannya penuh dengan alasan. Ia tidak ingin mempunyai adik yang malas dan bodoh, makanya ia tidak mudah menerima permintaan Biru untuk mengerjakan tugasnya, kalau diminta untuk mengajari Langit bersedia.

"Tadi lo chat gue?" Tanya Biru, dengan fokusnya masih pada buku.

"Iya, gue mau mastiin aja lo aman,"

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang