· 26 ·

1.3K 89 5
                                    

All I Want - Kodaline

**

Hari demi hari berlalu begitu saja, tidak ada yang spesial menurutnya, harinya terlewati tanpa ada yang berbeda, masih tetap pada rutinitas yang sama, yang membedakan hanya ada sosok Azlan yang selalu bersamanya, tapi jika mengingat sebentar lagi Azlan akan segera lulus dan yang paling membuat Biru geram adalah kepindahan Azlan ke Jerman.

"Kenapa hari berasa cepet banget sih?!" Gerutu Biru sambil menyibakkan kakinya di dalam air. Iya, sekarang Biru sedang duduk di tepian kolam renang.

"Lo ngapain di situ Bi?" Tanya seseorang tepat di belakang Biru, saat menoleh orang itu adalah Bimo.

"Ya lo ngapain di rumah gue?!" Tanyanya sinis.

"Sa ae dong, ngegas mulu perasaan."

"Nggak usah bawa-bawa perasaan ya lo,"

"Dasar baperan!" Setelah mengatakan itu, Bimo langsung masuk ke dalam rumah.

"Tuh orang apa jailangkung sih, dateng nggak pernah diundang, nongol mulu!" Gerutu Biru.

"Siapa yang nongol mulu?" Biru terkejut akan kehadiran seseorang di sampingnya, "Azlan," ya dia Azlan.

"Siapa yang nongol terus?" Ulang Azlan.

"Tuh Bimo, bikin mood ancur aja kerjaannya," dengan wajah yang di tekuk.

"Ngapain kalian disini? Bukannya besok udah mulai ujian?" Tanya Biru. Memang benar, besok anak kelas 12 sudah mulai ujian, tapi kenapa Azlan dan teman-temannya malah main kerumah Biru.

"Ada perlu bentaran buat prome night seminggu lagi," Biru hanya menggut-manggut mendengar penjelasan Azlan.

"Kenapa? Kata Langit mood lo akhir-akhir ini ancur banget, kenapa?" Tanya Azlan dengan memandang Biru.

Ah elah tong, kenapa masih nanya kenapa sih?! Nggak peka emang. Tuh mulutnya Langit belum pernah di jejelin kaus kaki busuk apa ya? Comel banget kayak cewek! Gerutu Biru dalam hati.

"Nggak, gue nggak papa kok, jangan dengerin kata Langit, suka berlebihan dia," jawab Biru. Memang begitulah rumus kaum hawa, bilangnya nggak papa tapi dalam hati ngomelnya panjang lebar.

"Kata Bimo, kalo cewek bilangnya nggak papa, berarti ada apa-apa," ujar Azlan.

Bener-bener nggak peka nih orang, pake bilang kata Bimo lagi, hadehhh. Lagi-lagi Biru membatin. Kenapa jika bersama Azlan, Biru lebih banyak membatin daripada mengatakannya secara langsung.

"Beneran gue nggak papa Azlan," kemudian Azlan meninggalkan Biru di kolam renang.

**

"Boring banget elahhh..." rengek Biru.

Saat murid kelas 12 melaksanakan ujian, sudah bisa dipastikan murid kelas 10 dan 11 akan di liburkan hingga masa ujian berakhir.

"Mau kemana juga, mager banget deh." Biru mengguling-gulingkan badannya diatas ranjang.

"Apa gue ajak Billa aja ya?" Kemudian Biru mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Mencari kontak Billa kemudian meneleponnya.

"Halo Bil?"

"..."

"Yah!!! Yaudah deh, cepet sembuh ya Bill."

"Kenapa hari ini menyebalkan sih!!!" Teriak Biru.

**

"Az jadi gimana?" Tanya Langit.

"Gimana apanya?" Saut Bimo.

"Gue nggak ngomong sama lo bimoli," Langit mencibir Bimo.

"Rencananya sih pas prome night," jawab Azlan santai.

"Lo mau nembak Biru?" Suara Bimo kelewat keras membuat orang yang ada di sekitarnya menoleh padanya.

"Mulut lo tuh minta di jahit ya Bim!" Langit kesal di buatnya.

"Jangan sampe ada dua Bimo di hadapan gue," ucap Aron.

"Kenapa?" Tanya Bimo polos.

"Udahlah. Kenapa malah bahas Bimo coba?"

"Jadi rencananya gimana?" Tanya Langit.
Mereka berunding untuk membuat kejutan untuk Biru di malam prome night minggu depan.

"Lang, tuh nyonya besar lo menuju kesini," ucap Bimo, lalu Langit melihat ke arah yang di tunjukkan oleh Bimo.

"Haii sayang..." sapa Vita. 

"Hi Vi, ngapain?" Tanya Langit.

"Ganggu orang aja!" Sindir Bimo.

"Gue cabut." Ucap Azlan kemudian pergi lebih dulu.

"Yaudah deh gue juga mau ikut Azlan aja, lo ikut nggak Ar?" Tawar Bimo.

"Iya." Akhirnya Bimo dan Aron juga pergi meninggalkan Langit bersama Vita.

"Ada apa?" Tanya Langit lagi.

"Waktu prome night kita berangkat bareng 'kan Lang?" Tanya Vita.

"Iya kita berangkat bareng,"

"Aku udah nggak sabar deh." Seketika Langit teringat akan rencananya tadi.

"Lo harus berangkat ke prome bareng sama Biru," ucap Azlan.

"Aduh!" Dengan menepuk pelan jidatnya.

"Kenapa Lang?"

"Ah, nggak papa kok," kenapa Langit bisa lupa.

"Mau jalan nggak?" Tawar Langit.

"Boleh."

**

Di dalam sebuah ruangan ada dua orang yang sedang duduk berhadapan.

"Gue nggak mau tau lo harus bisa lakuin itu." Ucap laki-laki yang ada di depannya.

"Gue udah siapin waktu prome night," balasnya.

"Bagus."

"Kenapa lo lakuin ini?" Tanyanya pada laki-laki itu.

"Gue mau balaskan dendam bokap gue ke Abraham lewat anaknya," ia menyeringai.

"Bukannya salah satu anak Abraham adalah mantan lo?" Tanyanya lagi.

"Sabiru Isabelle Abraham, dia mantan gue,"

"Kenapa nggak lo habisin sendiri? Bukannya dulu lo satu sekolah bahkan sampai memiliki hubungan khusus dengannya,"

"Gue udah pernah lakuin itu, dan hampir aja berhasil. Tapi sialnya Langit datang di waktu yang tepat, sebelum gue sempat menyelesaikannya," jelasnya.

"Apa yang udah buat bokap lo dendam sama Abraham, Vito?" Gadis itu seolah masih haus akan pertanyaan untuk Vito.

"Abraham udah mengkhianati bokap gue, dan buat gue sama Vita menderita gara-gara nggak punya bokap lagi," Vito menunduk.

"Maksud lo, Abraham udah bunuh bokap lo?"

"Bukan. Bokap gue di temuin udah nggak bernyawa di kamar mandi, karena racun. Bokap gue frustasi lalu bunuh diri," gelas yang awalnya di pegang langsung di lempar ke arah dinding.

Gadis itu merengkuh Vito, memeluknya sangat erat.

"Gue bakal bantuin lo sebisa gue, lo teneng aja," ucapnya menenangkan Vito.

"Terima kasih, gue nggak tau harus gimana lagi, nyokap udah nggak peduli sama gue ataupun Vita, dia hanya memberi kita uang, uang, dan uang. Padahal kita nggak butuh itu semua." Suaranya sangat menyedihkan.

Baru kali ini melihat Vito serapuh ini, cowok ini biasanya sangat terlihat garang dan kejam. Namun itu semua hanya untuk menyamarkan kekacauan dalam dirinya.

**

Vomment:))

Maaf yaa lama. Dikit pula:"

Aku lagi nggak ada semangat sama sekali. Maafin yaa.

Semoga ini bisa sedikit menghibur.

Enjoyyyyy :*

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang