· 15 ·

1.3K 91 6
                                    

Saat membuka mata, Biru sudah tak melihat Azlan, yang nyatanya semalam menemaninya tidur. Kepalanya masih sedikit pusing, tapi dipaksanya untuk bangun, ia harus sekolah hari ini.

Keluar dari kamar mandi Biru baru tersadar, bagaimana keadaan seragam sekolahnya, saat menoleh ke arah lemari besar, di situ Biru melihat seragamnya sudah tergantung rapi dan ada sebuah note di sana yang tertulis "Kalo udah ribetnya, cepetan turun."

"Siapa juga yang ribet? Orang gue cuman mandi." Dumel Biru.

Kemudian Biru mengganti seragamnya dan segera turun seperti kata Azlan dalam notenya tadi.

Saat sudah turun, Biru melihat Delia dan Azlan sudah ada di meja makan, Delia melambaikan tangan bermaksud menyuruh Biru agar ikut bergabung.

Yang membuat Biru bertanya-tanya sejak ke datangannya di rumah Azlan adalah Biru tidak pernah melihat sosok papa Azlan, kemana papanya? Tapi itu tidak terlalu penting.

"Sini duduk sayang, kita sarapan ya." Delia menyambut Biru dengan senyuman.

"Jadi gini ya rasanya sarapan bareng Bunda, seru ya." Ucap Biru.

"Udah makan aja. Bawel banget." Sudah pasti Azlan yang berucap.

"Jangan galak-galak dong sama Biru, Azlan." Delia melerai.

"Gimana tidurnya semalem sayang? Nyenyak?" Biru hanya mengangguk.

Gimana tidur gue nggak nyenyak coba, tidurnya di temenin Azlan, Batin Biru.

Acara sarapan pun selesai, Biru dan Azlan berjalan keluar rumah untuk berangkat sekolah.

"Gue naik bis aja deh," ucap Biru.

"Lo tau 'kan akibat nolak tawaran gue?" Azlan memang jago jika urusan mengancam.

"Gue nggak mau jadi bahan bully lagi," wajahnya menunduk.

"Lo takut?" Entah ini sebuah pertanyaan atau tantangan.

"Bukan gue takut, tapi gue sendirian dan mereka banyak." Memang benar, ia sendirian di sekolah itu. Bahkan Billa pun tak berani ikut campur.

"Ada gue. Dan sekarang lo nggak punya alasan buat nolak berangkat bareng gue." Azlan masuk ke mobil lebih dulu, meninggalkan Biru yang masih cengoh akan kata-kata Azlan barusan.

Lo kalo ngomong yang mudah gue pahamin kek Az, nyusahin gue aja. Gerutu Biru dan ikut masuk dalam mobil Azlan.

**

Sesampainya di sekolah, baru saja Biru turun dari mobil Azlan, tapi seluruh pandangan murid yang berlalu-lalang tertuju pada Biru, wajah mereka penuh dengan tanya.

Azlan menepuk pelan pundak Biru, membuatnya kembali sadar akan kenyataan.

"Tenang aja." Hanya itu yang keluar dari bibir Azlan, sebelum ia berjalan meninggalkan Biru.

Biru berjalan di belakang Azlan, sedikit jauh pastinya. Tiba-tiba tangannya di gandeng seseorang. 

"Pagi Biru!" Sapa gadis itu.

"Pagi Bill." Hanya itu yang bisa dijawab Biru.

Mereka kembali berjalan menuju kelas, saat di perjalanan pun Biru menutup rapat telinganya, agar suara-suara buruk tak di dengarnya.

Sesampainya di kelas, Biru langsung meletakkan kepalanya diatas meja. Biru sepertinya tak punya semangat hari ini. Saat memikirkan hal bodoh itu, ponsel yang berada di saku roknya bergetar tanda pesan masuk.

LangitAAbraham : Gue tunggu lo di rooftop istirahat nanti Bi.

Biru kembali meletakan ponselnya ke dalam laci, tak ada niat untuk membalas pesan Langit. Pasalnya ia masih sangat marah pada Langit, sejak kejadian kemaren.

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang