Biru masih merasa tidak enak sudah menolak Liel waktu itu. Hatinya menolak untuk menerima cinta Liel, walaupun dia sangat terlihat tulus mengungkapkannya. Jika Biru menerima Liel menjadi pacarnya itu akan membuat Liel sakit hati nantinya, Biru tidak ingin hal itu terjadi. Saat ini hatinya hanya untuk manusia kulkas itu, iya Azlan, siapa lagi.
Cowok dingin, cuek tapi kadang perhatian itu telah mencuri hati Biru sejak awal pertemuan mereka, hingga saat ini. Meskipun sekarang mereka dekat, namun tidak ada tanda-tanda Azlan untuk menyatakan cintanya pada Biru.
Seperti sekarang, mereka sedang berada di sebuah mall besar di Ibukota, mereka menonton film yang baru-baru ini sedang booming dan makan di sebuah tempat makan cepat saji favorit Biru, layaknya orang pacaran, namun mereka berdua tidak menyandang status itu. Sedih memang.
"Terus mau kemana lagi?" Tanya Azlan, Biru hanya menggelengkan kepalanya, bingung.
"Atau mau ke tempat favorit gue?" Tawar Azlan.
"Kemana?"
"Mau nggak?"
"Kemana dulu?"
"Banyak nanya, intinya mau nggak? Lo tau 'kan resiko nolak ajakan gue," jika Azlan sudah berkata seperti itu, mau bagaimana Biru menolaknya.
Setelah menyetujui ajakan Azlan, 30 menit perjalanan, mereka sudah sampai di depan gedung besar, Azlan mengajak Biru untuk naik ke gedung itu, menaiki lift ke lantai paling atas.
Azlan membuka satu-satunya pintu yang ada di sana, dan pandangan pertama yang Biru lihat adalah langit dan penjuru kota dari berbagai sudut. Biru benar-benar tekesima dengan pemandangan ini, untuk pertama kalinya Biru berada di tempat seperti ini, apalagi ini sudah mulai gelap, senja yang akan kembali keperaduan terasa lebih berbeda jika dilihat dari tempatnya berdiri sekarang. Hampir seharian ia bersama dengan Azlan.
"Gimana?" Tanya Azlan membuyarkan lamunan Biru.
"Indah pake banget. Kenapa gue baru tahu ada tempat sebagus ini di Ibukota," ucap Biru dengan nada kesal di akhir kalimatnya.
"Ini tempat favorit gue," Biru yang awalnya masih mengagumi apa yang baru pertama kali ia lihat, kini pandangannya beralih pada Azlan, cowok yang sudah membuatnya nyaman.
"Gue boleh tanya sesuatu?" Ucap Biru hati-hati.
"Boleh,"
"Gue boleh tau tentang lo lebih dalam?" Tidak ada basa-basi dikata-katanya, begitulah Biru, tidak suka bertele-tele.
"Tapi kalo lo nggak mau jawab juga nggak papa, gue nggak maksa,"
Azlan berjalan menuju ujung dari tempat itu, kemudian duduk. "Gue tau lo pengen banget gue jawab pertanyaan itu," Biru ikut duduk di sebelahnya.
"Lo mau tau gue dari mananya dulu?" Tawar Azlan.
"Serius lo mau jawab semua pertanyaan gue?" Mata Biru berbinar senang, Azlan menjawab dengan anggukan.
"Kenapa lo cuek?" Pertanyaan pertama terlontarkan.
"Lalu gue harus gimana? Sok baik sama orang, atau gue harus tebar pesona kayak cowok-cowok yang biasa lakukan? Karakter Squidward nggak akan bisa berubah jadi karakter Spongebob 'kan? Begitu juga gue." Jawab Azlan santai, Biru manggut-manggut mendengar jawaban yang cukup logis dari Azlan.
"Lalu kenapa lo nggak pernah pacaran?"
"Gue buka type cowok yang gampang nyatain perasaan ke cewek yang gue suka, gue cuman bisa kasi dia perhatian atau semacamnya sebagai bentuk sayang gue," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHICKSAL
Fiksi Remaja(REVISI SETELAH TAMAT) "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" "Saat aku mendekat, kamu seolah menjauh," "Apa yang sebenarnya sedang direncanakan Tuhan?" "Harus berapa lama lagi aku harus menunggu?" Kita adalah dua hati yang menanti sebuah takdir u...