EXTRA PART - 2 (END)

2K 100 14
                                    

Malam yang dingin di kota College. Tiga remaja laki-laki yang sedang mengagumi keindahan malam dari atas apartemen.

"Kenapa mereka lama?" Tanya Bimo.

"Lo kayak nggak pernah ngerasain kangen yang begitu mendalam aja." Jawab Aron.

"Mana pernah dia ngerasain itu, orang di jomblo akut," jawab Langit dengan terkekeh.

"Diem lo! Kayak lo nggak jomblo aja." Ucap Bimo sambil memukul lengan Langit yang di sebelahnya.

"Ngomong-ngomong soal jomblo," Aron memberi jeda pada ucapannya. Ia berjalan menuju sofa yang letaknya menghadap ke kaca yang menyajikan hamparan kerlap-kerlip lampu kota.

"Jadi lo beneran putus sama Vita?" Pertanyaan itu membuat Bimo dan Langit ikut duduk di sofa.

"Sebenernya gue nggak mutusin dia. Tapi," ucapannya menggantung.

"Tapi kenapa?" Seperti biasa, penyakit kepo Bimo langsung naik saat seperti ini.

"Tapi lo kepo 'kan?" Jawab Langit sambil tertawa terbahak.

Tapi tawanya langsung hilang saat melihat tatapan serius dari Aron dan Bimo.

"Oke-oke, gue akan jelasin sebelum lo berdua ngebunuh gue dengan tatapan itu."

"Saat itu... "

Di sebuah kantor polisi di pusat kota.

Langit berada di sana sebagai saksi atas kasus yang menimpa adiknya, Sabiru.

Interogasi cukup memakan waktu itu membuat Langit semakin muak dengan apa yang telah terjadi sekarang.

Saat keluar dari kantor polisi, ia berpapasan dengan perempuan.

"Aku mau bicara." Ucapnya.

"Nggak ada yang perlu dibicarain, lebih baik lo pergi dari hadapan gue!" Jawab Langit dengan sangat tegas.

"Sebentar aja," bujuknya lagi.

Langit masih tetap diam, ia enggan berbicara atau bertanya lebih dahulu.

"Aku nggak tau soal rencana Vito untuk Biru." Vita buka suara.

Sedangkan Langit masih tetap diam. Ia menantikan kalimat selanjutnya dari mulut kekasihnya itu, atau dengan sepihak mantan kekasihnya itu.

"Waktu pertama kali Biru pindah sekolah, memang aku yang paling gencar buat bully dia. Tapi itu bukan bagian dari rencana yang di buat Vito," perkataannya terputus oleh tangis.

Dengan sangat keras Langit mempertahankan untuk tidak merasa iba pada Vita.

"Karna saat itu, aku cemburu sama Biru yang selalu ada di dekat kamu. Bahkan aku nggak tau kalo Biru adalah adik kamu." Penjelaskan Vita cukup membuat Langit tercengang.

"Bagaimana bisa gue percaya sama omongan lo ini?" Langit memang tidak mudah untuk dibuat percaya hanya dengan ucapan.

"Kamu bisa tanya sama Vito sendiri saat dia udah sadar. Dan aku, aku akan jelaskan semuanya setelah Biru sadar."

Vita mencoba meraih tangan Langit yang ada di atas meja.

"Tujuan aku buat ketemu kamu juga buat ngomong, kalo aku mau minta putus sama kamu."

Langit pun langsung mengangkat wajahnya, menatap wajah Vita yang sudah sangat pucat.

"Aku juga minta maaf atas kasus yang diperbuat oleh Vito dan pacarnya, Billa." Vita menghela nafas berat. "Aku juga tau, kalo kamu nggak akan gampang buat maafin aku." Setelah mengucapkan itu, Vita langsung bangkit dari duduknya.

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang