Semester ganjil akan segera berakhir, hari ini mereka di sibukan dengan ujian semester. Ruang kelas yang biasanya ramai kini senyap tak ada suara.
Bel tanda ujian telah selesai berbunyi, barulah terdengar suara dari seluruh penjuru sekolahan.
"Rasanya kepala gue mau pecah deh Bi," rajuk Billa.
"Untung tadi ujian terakhir. Kali enggak bisa-bisa otak gue meledak." Timpal Biru.
"Bi kantin yuk, butuh asupan energi gue." Biru mengangguk, kemudian keduanya berjalan menuju kantin.
Sesampainya di kantin, yang terlihat adalah lautan manusia, Biru berkeliling mencari tempat kosong yang bisa di tempatinya dengan Billa.
"Bi gimana nih?" Tanya Billa.
"Gue juga nggak tau, ini kantin isinya orang semua?" Tanya Biru.
"Yaiyalah orang, lo kira zombie gila lo."
Biru dan Billa masih bingung mencari tempat untuk makan. Sampai ada tangan melambai kepada mereka.
"Bi, Bi, lihat deh, mereka ngelambai tangan ke kita bukan sih?" Tanya Billa dengan menunjuk orang yang di maksud.
Biru celingukan memastikan siapa yang di lambai orang itu, jangan sampai kePEDEannya membuatnya malu.
"Itu bukannya kak Bimo ya Bi?" Biru menyipitkan matanya agar lebih jelas melihat orang yang di sebut Billa tadi.
Benar saja itu golongan Langit, Azlan, Bimo, dan Aron.
"Ngapain mereka ngelambai tangan ke kita?" Tanya Billa lagi.
Belum sempat menjawab, Bimo sudah sampai di hadapan mereka.
"Hi." Sapanya.
Biru dan Billa hanya mengangguk bersamaa.
"Double B mau duduk bareng kita nggak?" Tawar Bimo.
"Double B?" Tanya Biru bingung.
"Iya. Biru dan Billa, apa itu bukan double B namanya?" Billa hanya mengangguk.
"Yaudah yuk Bi ikut aja, daripada kita di sini kayak bidadari congek." Biru mengangguk pasrah dan mengikuti Bimo yang sudah berjalan di depan.
"Eh ada Triple B." Ucap Aron.
"Triple B?" Tampaknya bukan hanya mereka yang bingung, tapi Langit juga merasa bingung. Jangan tanya Azlan, dia sudah pasti tidak akan peduli dengan hal receh seperti itu.
"Triple B. Bimo, Biru, dan Billa." Ucap Aron lalu ia tertawa. Sepertinya joke-nya terlalu tinggi hingga membuat mereka tidak ada yang berminat untuk tertawa.
"Kalian mau makan apa?" Tanya Langit memecahkan suasana.
"Nggak usah, gue bisa pesen sendiri." Jawab Biru.
"Lo mau pesen apa Bil?" Tanya Biru.
"Gue nasi goreng aja deh Bi, jangan pake pedes ya. Minumnya samain sama lo aja." Biru mengangguk kemudian pergi menuju tempat abang penjual nasi goreng.
Saat hendak berbalik, nampan yang di bawa Biru tak sengaja menabrak seseorang.
Prang!
Biru lantas membungkuk, memunguti pecahan piring dan gelasnya, "sorry-sorry gue nggak sengaja." Ucap Biru.
Seseorang yang tidak sengaja di tabrak Biru menarik kerah seragam Biru, "lo kira dengan kata maaf seragam gue bisa jadi bersih lagi?" Biru menatap lawan bicaranya saat ini, dia Vita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHICKSAL
Jugendliteratur(REVISI SETELAH TAMAT) "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" "Saat aku mendekat, kamu seolah menjauh," "Apa yang sebenarnya sedang direncanakan Tuhan?" "Harus berapa lama lagi aku harus menunggu?" Kita adalah dua hati yang menanti sebuah takdir u...