· 04 ·

1.9K 111 0
                                    

Tentang Seseorang - Anda

**

Sudah hampir jam setengah 12 malam dan Langit belum juga pulang.

"Dia pergi udah dari siang, jam segini belom pulang juga? Gue suruh tidur di luar lo Lang," gerutu Biru. Ia sudah menunggu Langit dari jam 9 tadi, menunggu di dalam kamar langit.

SabiruIsabelleA : PULANG!!!

Tak menunggu lama pesannya langsung di baca oleh Langit, dan sekarang sedang typing.

LangitAAbraham : Iya, 5 menit lagi.

SabiruIsabelleA : Oke, nggak usah pulang sekalian! Gue nggak akan bukain pintu buat lo!

Biru kesal dengan Langit, langganan pulang malam tapi tidak pernah di marahi oleh ayahnya. Palingan Abraham hanya berkata 'Abangmu itu cowok, wajar pulang malam, mumpung masih muda juga 'kan,' menyebalkan bukan?

Giliran Biru pulang telat dikit aja ngomelnya udah ngalahin ibu-ibu arisan. Heran deh.

Ting! Pertanda pesan masuk.

LangitAAbraham : Otewe ngebut.

Biru terkekeh melihat balasan dari Langit, ia memang sebal dengan Langit, tapi menjailinya juga sudah sebagian dari hobi Biru.

**

Mereka sudah berpindah tempat, dari yang sebelumnya di kafe, sekaramg mereka sedang berada di sebuah tempat nongkrong langganan mereka berempat.

"Mau kemana Lang?" Tanya Bimo karena sejak menerima pesan tadi langsung membuatnya gelagapan.

"Balik," jawab Langit cepat.

"Tumben buru-buru, kenapa?" Tanya Aron.

"Maklampir di rumah gue udah ngamuk, gue cabut ya!" Setelag iru Langit keluar dari Bar.

Aron dan Bimo tampak kebingungan, tapi tidak dengan Azlan yang masih menatap layar laptopnya.

"Maklampir?"

"Siapa ya Bim?"

"Lo nanya gue, gue nanya siapa ogeb?"

"Coba lo tanya Azlan, siapa tau dia nggak tau,"

"Ogeb emang lo," Aron dan Bimo memang seperti itu,

"Dasar IQ jongkok," Azlan bersuara.

"Yaa Allah, kenapa temen gue satu ini punya mulut kejam banget yaa?" Ucap Bimo dengan suara di dramatiskan.

"Udeh tau IQ kita jongkok, tapi dia tetep mau temenan sama kita ya Bim, berarti dia juga IQ jongkok," setelah Aron mengatakan itu Bimo tertawa terbahak, mereka langsung diam karena lirikan tajam Azlan.

**

Langit segera memarkir mobilnya di garasi, secepat mungkin menuju pintu utama dan berdoa semoga saja Biru belum mengunci pintunya.

Clek! Pintu terbuka.

"Alhamdulillah," yang awalnya nafasnya memburu, kini Langit sudah bisa bernafas lega.

Ia berjalan masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarnya dengan cara mengendap-endap agar Biru tak tahu jika Langit sudah pulang.

Setelah membuka pintu kamarnya dan ternyata lampu kamarnya dalam keadaan mati, saat di nyalakan,

"Ngapain?" Langit kaget mendapati Biru yang tiduran di atas ranjangnya.

"Ngapain gue nanya?" Biru kemvali bertanya.

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang