· 19 ·

1.4K 90 4
                                    

Sudah lewat seminggu dari pesan yang dikirim Vito pada Biru, tapi cowok itu belum menampakkan dirinya, hal itu membuat Biru bersyukur pastinya, ia tak perlu gelisah lagi.

Sudah lewat seminggu juga, ia dan Liel lebih dekat, entah dekat dalam konotasi bagaimana, mereka hanya saling balas pesan lewat Line atau menyempatkan untuk bertelepon sebentar, jika bertemu di sekolah hanya saling sapa atau bahkan mengobrol sebentar, seperti itu saja.

Liel berbeda dengan Azlan. Liel yang begitu ramah saat mengobrol, sedangkan Azlan cenderung cuek, tapi Biru lebih merasa nyaman dengan Azlan, entah apa sebabnya, padahal dinilai dari kepribadian, Liel lebih unggul di banding Azlan, tapi itu semua kembali pada rasa kenyamanan sih.

Hari ini adalah hari minggu, jam masih menunjukan pukul 9 pagi, biasanya jam segini ia baru bangun atau baru pulang dari acara jogging pagi dengan Langit, tapi hari ini berbeda, Biru sudah rapi dengan memakai hoodie hitam, celana jeans, dan juga sepatu sport yang di belinya dengan Langit waktu itu.

"Mau kemana Bi? Tumben jam segini udah rapi? Weekend pula," tanya Langit, ia baru saja keluar dari kamarnya, baru bangun tidur, lalu melihat pintu kamar Biru terbuka.

"Mau pergi," jawabnya sambil menyisir rambutnya.

"Sama Billa?" Biru menggeleng.

"Terus?"

"Azlan," yang awalnya mata Langit terasa sangat mengantuk, saat mendengar nama Azlan matanya langsung terbuka lebar.

"Azlan?" Biru menganggukan kepala.

Jadi semalam Biru mengajak Azlan untuk jalan-jalan, dengan sedikit paksaan pastinya.

Biru bosan dengan weekend nya monoton begitu saja, jika tidak jogging dengan Langit atau tidur seharian, karena Langit selalu sibuk, jika tidak pergi pacaran palingan pergi dengan teman-temannya.

Awalnya Biru mengajak Billa, namun Billa sedang keluar kota, ingin mengajak Liel tapi tak enak hati, dan keputusan terakhir adalah mengajak Azlan, bukan mengajak, lebih tepatnya memaksa Azlan ubtuk menemaninya jalan-jalan.

Biru mencoba mengirim pesan lewat whatsapp.

Me : Azlan?

Biru menunggu balasan dari chatnya, di bawanya ponselnya ke bawah untuk sekedar minum, lalu mengeceknya belum juga ada balasan. Biru menuju sofa ruang keluarga merebahkan tubuhnya di sana, guling-guling di karpet, kembali lagi ke kamar. Biru mondar-mandir seperti orang kurang kerjaan, hanya untuk menunggu balasan chat pada Azlan.

Biru terduduk di atas karpet dekat ranjang, kepalanya di sandarkan pada pinggur kasur, lelah sendiri.

"Lo tuh sebenernya sibuk apa sih Az? Gue nunggu lo bales chat gue dari tadi nggak di bales-bales, sebel gue sama lo!" Gerutu Biru sambil menghadap layar ponselnya yang dalam keadaan mati.

Ting!

Biru buru-buru membuka lock screen ponselnya, dan membuka pesan dari Azlan.

"2 jam dan lo baru bales chat gue Az, keterlaluan emang,"

Mr. Ice Cream : Apa?

"Gue nunggu lama-lama dan lo cuman bales sesingkat itu?" Biru sadah hampir mengambil ancang-ancang akan membanting ponselnya karena terlalu kesal dengan Azlan.

"Tenang Bi, tenang. Lo harus tenang ngadepin tuh es batu, relex aja," Biru mengatur nafasnya dan membalas pesan Azlan lagi, ini demi kelancaran rencananya.

SCHICKSALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang