Part 1

78 12 0
                                    


Bus biru berhenti di depan halte pertigaan jalan, penumpang yang tengah menunggu kehadirannya satu persatu naik memasuki bus, tempat kosong mulai terisi dengan penumpang.

Seorang perempuan dengan rambut panjang lembut dan anak poni yang ia biarkan terurai duduk tepat di sebelah kaca, headset terpasang di kedua telinganya, music melantun acak dari ponselnya. Ia menyandarkan kepalanya pada kaca bus. Memandangi hiruk piruk Kota Seoul di senin pagi.

Senyumnya mengembang, membuat pipi tembamnya sedikit naik ke atas dan matanya membentuk bulan sabit.

Ia tak pernah bosan dengan pemandangan yang hampir setiap hari ia lihat di kota ini. Meski kota ini mengalami revolusi dari zaman dia masih sekolah.

Pandangannya mengarah pada anak lelaki yang sedang mengayuh sepeda, earphone bertengger di lehernya, menambah poin kekerenan yang ia miliki. Anak lelaki itu sedikit mempercepat ayuhannya, Yooa melirik jam tangan di pergelangan tangannya, lalu mengangguk mengerti. Anak lelaki itu telat pergi ke sekolah. Dan lagi Yooa tersenyum. Kenangan masa sekolah seakan berputar di kepalanya. Dimana dia selalu telat datang sekolah dengan alasan yang sama. Bangun kesiangan.

Setelah menyadari bus -yang ia tumpangi- hampir sampai di halte kampusnya, ia langsung melepas headset dan memasukkannya ke dala totebag putih kesayangannya beserta ponselnya.

Ia memencet bel yang terletak diatas kepalanya.

Bus berhenti di depan halte kampusnya.

Dia turun dan berjalan santai bersama mahasiswa lainnya.

Ia memasuki gerbang utama kampusnya. Menyapa satpam yang tersenyum ramah padanya.

Menaiki lift untuk menuju kelasnya, sesekali ia mengecek handphonenya, lalu memasukkan kembali kedalam totebagnya-setelah mengetahui tidak ada pemberitahuan penting-.

"Hey, Yooa!" teriak perempuan dengan rambut tipis tanpa poni, ia berlari menghampiri perempuan bernama Yooa-yang saat ini dia tersenyum ramah padanya.

"Ji Eun-ah, ada apa denganmu hari ini?" Tanya Yooa mengamati wajah Ji Eun.

Ji Eun, perempuan itu menggeleng tanpa mengurangi sedikit senyumannya.

"20 menit lagi, ini terlalu pagi untuk memulai mata kuliah" ujar Ji Eun melihat jam tangannya lalu berganti merangkul lengan Yooa. "Lebih baik temani aku meminjam buku di perpus" lanjutnya.

Yooa menghela nafas dan memandang Ji Eun kesal,

"Hmm, ayolah!" rengek Ji Eun, tentu Ji Eun tahu Yooa tidak akan kesal padanya hanya karena dia meminta ditemani ke perpus.

"Arasseo, satu menit 2 won" jawab Yooa dengan menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya. (baiklah)

"Eummm" Ji Eun menggeleng dan cemberut pada Yooa, membuat Yooa gemas ingin mencubit pipinya.

"Baiklah, baiklah, karena hari ini kebetulan mood-ku sedang baik, untukmu gratis" ujar Yooa pada akhirnya, tentu saja dengan tawanya.

Mereka berjalan dengan rangkulan Jieun yang belum terlepas dari lengan Yooa. Diselingi dengan cerita konyol dari Jieun sehingga membuat Yooa tertawa.

Mereka berdua berjalan melewati kelas-kelas yang sebagian sudah memulai pelajaran, dan sebagian lagi mereka sibuk mengobrol di depan kelas atau berdiskusi tentang materi mereka.

Pintu perpustakaan memiliki system otomatis saat ada yang ingin masuk maupun keluar, Yooa dan Ji Eun beriringan masuk kedalam ruangan dingin dan sunyi itu, hanya terdengar suara kertas di bolak balik-pertanda buku sedang dibaca- dan bunyi keyboard dari laptop mereka.

Bau buku dan pengharum ruangan tercium tatkala mereka masuk ke dalam perpustakaan. Mereka berjalan mengitari rak-rak buku sastra Inggris. Satu buku tebal bersampul kuning mencuri perhatian Yooa, dia mengambilnya dan mulai membuka bagian indeks.

"Kau sedang mencari buku?" Yooa mendengar Jieun sedang berbincang santai dengan seseorang yang sangat ia kenal suaranya.

"Eoh, kebetulan sekali kita bertemu disini" jawab lelaki itu,

Yooa menutup buku tebal itu dan mengintip di celah-celah buku, lelaki dingin manis penuh pesona itu tertangkap indera penglihatan Yooa, membuat ia tersenyum senang karena dapat melihat lelaki yang telah lama ia kagumi. Meski tidak ada seseorang pun yang tahu tentang perasaanya selama ini, termasuk Jieun, teman terdekatnya sejak setahun yang lalu.

Tidak terlalu jelas terdengar apa yang sedang dibicarakan Ji Eun dengan lelaki itu, dan bagi Yooa itu tidak terlalu penting, cukup melihat dia dan senyum yang jarang sekali ia lihat.

Satu yang tidak pernah Yooa tahu, mengapa senyum itu begitu tulus dan indah pagi ini?


Aku adalah penikmat senyummu

Senyummu adalah candu bagiku

Senyummu adalah candu bagiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annyeong yeorobun...

Gimana Part pertamanya? Suka ?

semoga kalian suka yaa.. wkwk

semoga antusias baca dan menunggu part selanjutnya !! ^^

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan comment yaaa...

biar kami semangat updatenya :D

terimakasih atas dukungannya...

by: Moonbiieng

Smile AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang