Yooa sudah 10 menit berada di apartement Jieun bersama Wonwoo, di sana dia berperan sebagai penonton. Benar, dia hanya memandangi Wonwoo dan Jieun menyantap makan siang mereka dengan lahap. Meski pandangannya lebih sering tertuju pada lelaki yang tengah mengunyah makanannya saat ini, masih dengan wajah datar dan gaya yang –menurut Yooa- keren. Wonwoo maupun Jieun tidak menyadari perhatian yang Yooa berikan pada lelaki itu. Yooa sangat pandai menutupi perasaanya.
Jieun banyak bercerita tentang kejadian yang terjadi padanya hari ini, mulai dari teman satu kelasnya yang telat dan lupa membawa tugas dan berakhir dengan detensi dosen yang berat. Namun hanya Yooa yang tertawa dengan cerita yang disampaikan Jieun, tidak dengan Wonwoo. Lelaki itu masih mempertahankan wajah datar nan cool-nya. Membuat Yooa geram dengan ekspresinya.
"Yooa-yah, apa kau tidak punya cerita lucu yang menarik?" Tanya Jieun setelah menyelesaikan kunyahannya.
Yooa menopang dagunya dengan kedua tangannya, pandangannya menerawang ke plafon ruang tengah, tampak memikirkan sesuatu yang dimaksud Jieun. Dia menarik bibirnya ke samping kanan, otaknya mencari-cari apa yang harus ia ceritakan.
"Apa hidupmu tidak ada yang menarik?" Tanya Jieun kemudian setelah menunggu lama Yooa berpikir.
Sontak Yooa menurunkan tangannya dari dagunya dan melotot kearah Jieun. Jieun terkekah dengan respon Yooa yang menurutnya terkesan lucu.
"Ah, aku tidak tahu" pasrahnya, menghempaskan badannya ke senderan sofa. Dia menghembuskan nafas kecewa.
Jieun tertawa kecil melihat prilaku Yooa.
"Aku udah selesai makan" Yooa langsung menarik tubuhnya kembali dari senderan sofa, duduk tegak memandang Wonwoo sendu. Jika seperti ini, Wonwoo pasti segera pergi dari apartement Jieun.
Entah kenapa itu membuat hati Yooa kembali sedih.
"Kau mau pulang sekarang?" Tanya Jieun, pandangannya teralihkan pada Wonwoo yang kini memasang resleting jaket kulitnya.
"Em" jawabnya singkat, "aku harus kerja part time" lanjutnya.
Jieun mengangguk mengerti, senyumannya mengembang yang dibalas senyuman limited Wonwoo.
Hati Yooa nyeri sesaat itu, tentu dia senang melihat senyuman lelaki itu. Namun kali ini, Yooa merasakan perbedaan dari senyuman itu. Senyuman yang sangat sulit Yooa artikan, hal negative menjalar cepat memenuhi otaknya, melumpuhkan segala saraf positif yang ia miliki sebelumnya.
Yooa menggelengkan kepalanya. Pikiran itu harus segera dilenyapkan. Bagaimana mungkin Jieun dan Wonwoo seperti itu bukan? Mengingat Jieun tidak pernah menceritakan apapun terhadapnya tentang Wonwoo. Kecuali satu hal.
Seketika Yooa mengingat pertanyaan sepele Jieun beberapa bulan yang lalu.
"Yooa-yah apa sikap Wonwoo selalu dingin kepada orang-orang?"
Mendengar pertanyaan itu, Yooa otomatis menganggukkan kepalanya cepat. Satu kebiasaan Yooa tatkala memikirkan sesuatu, menopang dagunya dan menarik bibirnya ke samping kanan.
"Menurutku tidak" jawab Jieun menolak asumsi Yooa.
"Yooa-yah, kau tidak apa kan?" pertanyaan Jieun membuat pikiran Yooa kembali.
Yooa langsung menggeleng dan mengatakan dia tidak apa-apa dengan senyuman canggungnya.
Yooa melihat panggung Wonwoo yang menghilang di balik pintu apartement Jieun. Pikiran negatifnya masih mengitari logikanya.
"Jieun-ah, kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?" Tanya Yooa mencoba memancing Jieun.
Jieun sedikit kaget dengan pertanyaan Yooa yang tiba-tiba itu, namun Jieun berhasil menetralisirkan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Angel
FanfictionMalam mendengar kisahku, Malam melihat airmataku, Rasa sakit untuk kesekian kalinya, melihatnya dengan hangat berbincang dan tersenyum lembut pada seseorang selain aku. Aku ingin sekali membawa kakiku menjauh dari tawa hangat mereka, Sehingga mat...