Part 25

32 5 4
                                    

Yooa's POV

Aku memasukkan buku catatanku ke dalam totebag-ku. Mata kuliah hari ini begitu menguras banyak otak. Ditambah lagi tugas yang diberikan.

Entah kenapa dengan menghilangnya si pria jangkung itu membuat moodku tidak stabil berhari-hari.

Aku menghela nafasku berat, sambil lalu berjalan keluar dari kelas.

Aku merapikan rambutku, menyelipkan berapa helaian kebelakang telingaku.

Kampus lebih sepi dari biasanya, hanya berapa mahasiswi yang memiliki kelas tambahan saja.

---

Aku berhenti di restoran Korea untuk mengisi perutku.

Aku mengecek ponselku, berharap ada pesan dari lelaki kurang ajar itu.

Namun nihi, tidak ada kabar sama sekali dari lelaki itu, membuat aku kesal dan mengutuk takdirku.

Tidak pantaskah aku bahagia dengan lelaki yang aku sukai?

Tanpa kusadari mataku berkaca-kaca.

Menyedihkan.

Lima menit, pesananku datang, terhidang di depanku.

Dengan nafsu makan yang minim aku mencoba mengunyahnya.

---

Tidak ada yang istimewa, semua sangat membosankan untuk dijalankan.

Bahkan, aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan tentang kehidupanku. Semuanya sangat hampa. Di kampus pun tidak ada percakapan panjang antara aku dan teman yang lainnya.

Haruskah sehampa ini?

Aku melempar tubuhku di atas tempat tidur, menatap plafon kamarku. Menertawakan nasib mirisku.

Aku meraih ponselku dengan malas, sebuah panggilan suara Kakao Talk. Aku mengangkatnya setelah melihat username penelpon.

"Hm?"

"ada apa dengan suaramu, huh?" tanya Jieun di seberang.

"Ada apa?" tanyaku malas.

---

Aku berlari menuju halte.

Berkali-kali aku melihat jam tanganku saat bus yang aku tunggu tak kunjung datang.

3 menit lagi, aku menghela nafasku berat.

Bagaimana tidak? Jieun dan Wonwoo ada di Autralia sejak dua hari yang lalu?

Dan hal yang menjengkelkan adalah mereka sama sekali tidak mengabariku.

Dengan langkah cepat aku masuk kedalam bus yang menuju pada alamat Jieun dan Wonwoo.

Hanya 20 menit aku sampai di sebuah cafee, mataku melihat kesekeliling, mencari keberadaan dua makhluk itu.

"Kau mencariku?" sebuah suara berat dari belakangku.

Aku menoleh.

Heol. Lelaki dingin yang tak pernah tersenyum, kini ia tersenyum padaku? Senyuman yang tak pernah ia lakukan padaku dulu.

Aku mengacak pinggang, menatapnya kesal.

"Kau tersenyum?" tanyaku membuang muka.

Wonwoo masih dengan senyumannya, ia merangkulku dan membawaku ke tempat Jieun dan seorang laki-laki berada.

Aku menyipitkan mataku, menatap keduanya tidak percaya.

Sungguh aku merasa dipermainkan.

Aku merasa hanya aku satu-satunya yang merasa bodoh dengan akal mereka.

Smile AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang