"Kau gila, naru" ujar kiba.
Naruto hanya merotasikan matanya, mendengar penuturan kiba. "Kiba, kau tidak bosan dari tadi mengatakan itu mulu"
"Nggak, aku ini sedang menasihatimu! Bagaimana kalau sasuke berlaku macam2 padamu?" semprot kiba sambil melotot kearah naruto
Naruto hanya tersenyum "akibatnya tidak akan parah kiba. Mungkin aku hanya akan dipukuli ku-nii, itu saja"
"Dan pukulan kurama-san tak pernah main-main" lanjut shikamaru sambil menopang dagunya.
"Dan aku percaya, kurama-san tak akn pernah melakukannya" ujar kiba. "Dan orang lainlah yang akan menggantikannya"
"Siapa?" naruto memasang wajah bingung.
"Apa kau lupa kalau kakaknya sasuke akan pulang 1 minggu lagi?" tanya kiba.
"Bagaimana aku bisa lupa?!" pekik naruto.
"Kau itu memang pelupa, naru" naruto melotot kearah shikamaru yang mengatainya pelupa.
"Aku tidak pelupa,shika. Hanya lupa"
"Oh,,, apa benar tachi-nii akan memukulku?" tanya naruto pada dua orang didepannya.
"Yeah,,, dilihat dari segi manapun sih, iya. Itachi-san itu tidak akan membiarkan adiknya disakiti, dia tidak akan membiarkan orang yang menyakiti adiknya hidup dengan tenang." kiba memasang pose berpikir.
Naruto melotot mendengar penuturan kiba apa-apanan coba?! Pikir naruto.
#At sasuke.
"Lalu, dimana, naru?" tanya kurama sepeninggal kiba dan shikamaru."Mungkin, pergi kerja" jawab sasuke kurang yakin
"Sasuke, naru.. Tidak akan melakukan hal seperti ini. Mengingkari janjinya sendiri?" kurama menggelengkan kepalanya dengan keras "itu bukan tipenya"
"Tapi,, itulah kenyataannya!" teriak sasuke tidak terima.
"Dan aku takkan mempercayainya" ujar kurama pelan.
"Kenapa kau sangat mempercayainya?" tanya sasuke keras.
"Akan aku beritahu, tapi tidak disini. Ikut aku" sasuke mengikuti kurama.
Parkiran.
"Naiklah" sasuke masuk kedalam mobil kurama.
"Kita akan kemana?"
"Kau akan tahu nanti"
Mobil hanya diisi keheningan selama perjalanan. Tak ada yang berniat membuka percakapan. Baik sasuke maupun kurama asyik dengan dunia mereka sendiri. Sampai akhirnya mobil yang mereka kendarai telah sampai tujuan.
#FLASHBACK
"Apa?! Anakmu?!" pekik kushina tertahan sambil menunjuk anak yang ada di depannya.
"Tapi,Aku tidak pernah ingat kalau aku telah melahirkannya" kushina mengingat-ingat masa-masa dahulu.
"Dia bukan anak kita, dia anakku dan juga seorang wanita yang tanpa sengaja aku hamili" ucap minato pelan.
Kushina shok, "anata, kenapa kau?" ucapannya tertelan begitu saja ditenggorokannya, air mata menetes dari mata violet indah milik kushina.
"Gomen, kushina. Waktu itu aku sedang mabuk" ujar minato pelan penuh sesal.
Kushina menatap tajam anak didepannya yang saat ini telah menundukkan kepalanya karena takut.
"Kau,,, anak dari jalang yang dihamili suamiku ya?" kushina berkata dengan manis "jalang itu beruntung sekali, karena anaknya akan dirawat selayaknnya anak suamiku sendiri." anak tersebut semakin menunduk mendengar gertakan secara tak langsung dari wanita didepannya.
"Tapi aku" kushina menunjuk dirinya sendiri "tak akan menerima dirimu," kushina pergi dari tempat tersebut dengan amarah yang memuncak.
"Nak," panggil minato.
"Ya, tuan?" respon naruto sambil mendongakkan kepalanya
"Jangan panggil aku tuan, panggil tou-san"
Mata bulat anak tersebut mengerjab "tou-san" tatapan mata anak tersebut sangatlah polos.
'Kushina, tak mampukah kau melihat kepolosan, dan kebaikan hati anak ini' minato meringis saat mengingat keadaan anak didepannya yang menderita, anak ini terlalu kecil untuk menghadapi kerasnya hidup, begitulah seputar pemikiran minato
"Oh iya, aku hampir lupa, nama kamu siapa, hm?" tanya minato.
"Naruto" jawab anak tersebut-naruto- sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
."Ku-nii, ada apa?" tanya sasuke yang sudah jengah dengan kurama, karena terus menatap taman bermain hingga 10 menit lamanya.
"Ah, gomen. Ayo turun"
Kurama melangkahkan kakinya menuju kearah taman yang ramai karena hari libur. Banyak anak-anak bermain dengan orang tua mereka
"Bagaimana perasaanmu saat melihat seorang anak kecil yang merasakan susahnya hidup orang dewasa?" kurama mulai membuka pembicaraan.
"Kasihan, iba. Mungkin seperti itu" jawab sasuke tidak yakin.
"Apa kau tahu bagaimana perasaan mereka, anak-anak yang-"
"Apa maksud dari semua ocehanmu, ku-nii? Langsung saja ke intinya"
"Apa kau percaya, bahwa aku dulu pernah meragukan kebaikan hati seseorang yang sangat tulus menyayangiku?" tanya kurama dengan nada yang lirih.
Sasuke menoleh, ia menatap wajah kurama yang amat sangat sendu. "Maksudmu?"
"Dia,, orang yang aku sakiti adalah orang yang berperan besar bagi diriku, dialah orang yang paling aku sayang" kurama menerawang menatap langit biru.
"Siapa?" tanya sasuke penasaran.
"Dia matahariku, penyemangatku, kehangatanku, dan kebahagiaanku" kurama berucap sambil terus memandang hamparan langit biru yang baginya sangatlah indah. "Dan belum saatnya kau tahu siapa orang tersebut" lanjut kurama sambil tersenyum tipis.
"Kita kemari atas tujuan menjawab pertanyaanku 'kenapa kau sangat mepercayainya, ku-nii?' apa kau lupa?"
"Dan jawaban atas pertanyaanmu adalah... Hanya ingin"
"Atas dasar hanya ingin? Dia itu telah-"
"Apa kau tahu saat dia melakukan hal 'itu' padamu,?" kurama memotong ucaan sasuke. "Aku tak terlalu mempercayainya, orang yang kau tuduh adalah orang yang sangat aku percaya"
"Tapi-"
"Walaupun pembawaannya dingin dia bukanlah orang yang keji, aku akui dia memang pelit, tapi ingat dia tidak akan pernah menyewa jalang, aku yakin seyakin-yakinnya, sasuke" kurama tidak membiarkan sasuke menyelesaikan ucapannya yang baginya tidak benar, sedikitnya dia juga merasa marah atas ucapan sasuke.
'Naruto bukanlah orang seperti itu, aku yakin' rapal kurama dalam hati.
Sasuke hanya menunduk mendengarnya "gomen, jika aku salah bicara"
"Tidak masalah, tapi jangan mengatakan hal yang sama sekali tidak benar tentangnya padaku"
Sasuke mengangguk.'Aku tak akan membicarakan hal ini padamu lagi, ku-nii. Tapi aku akan membicarakan ini dengan tachi-nii"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
>B3R54MBUN9<
KAMU SEDANG MEMBACA
NarufemSasu
RandomNaruto selalu ingin dicintai oleh orang yang ia cintai, salah satunya adalah istrinya, sasuke. Naruto teramat sangat mencintai sosok Sasuke. Namun, seolah rintangan tak berhenti mengikuti kisah cintanya. Naruto selalu berpikir apa salahnya, dari saa...