Bab 8

1.1K 164 6
                                    

Pada akhirnya Neteyam menceritakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya Neteyam menceritakannya.

Sejak kecil Neteyam menyimpan rasa pada Ivory. Seperti kebanyakan anak-anak pada umumnya, rasa suka Neteyam membuatnya malu-malu saat berhadapan dengan Ivory, mulai dari enggan bicara hingga sulit menjaga kontak mata.

Mau tak mau Neteyam menjauh. Menyadari bahwa anak sulungnya memisahkan diri dari lingkup pertemanannya, lantas Jake menegurnya. Jake tertawa saat mendengar permasalahan yang dialami Neteyam kecil.

"Kurasa Ivy tersinggung karena aku menjauhinya. Aku tidak mau dia mengira aku anak yang jahat," gumam Neteyam. "Dia perlu tahu perasaanku yang sebenarnya. Tapi aku bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata saat di depannya."

Jake mengajarkan Neteyam cara menulis surat. Sejak kecil anak-anak keluarga sully serta Ivory dan Spider diajarkan membaca, bahasa inggris, dan menulis oleh para ilmuwan yang tak kembali ke bumi karena memilih setia pada Na'vi.

Isi surat yang dibuat Neteyam singkat: ungkapan perasaannya dan apa-apa saja yang membuatnya kagum pada Ivory. Saat Ivory sedang lengah bermain dengan Kiri, Neteyam meletakkan surat itu di mainannya.

Namun Ivory tak pernah meresponnya secara tulisan maupun lisan. Ivory justru semakin asik bermain dengan Lo'ak, Kiri, dan Spider. Lama kelamaan Ivory melupakan Neteyam yang dikiranya sengaja menjauhkan diri.

Saat Ivory ulang tahun yang ke10, Neteyam membuatkannya sebuah kalung dari bunga-bunga kecil. Neteyam menitipkan kalungnya pada Jake, Jake mengopernya pada Neytiri, dan barulah Neytiri memberikannya pada Ivory.

Neteyam sudah melakukan banyak hal yang membuktikan kemampuannya, namun sejauh ini yang membuatnya paling bangga adalah Ivory menjadikan kalung itu bagian dari aksesorisnya sehari-hari. Sayangnya selama ini Ivory mengira kalung itu murni pemberian Neytiri.

Neteyam yakin seiring waktu perasaannya akan memudar. Namun nyatanya semakin umurnya bertambah semakin perasaannya bergejolak. Belum lagi Ivory tumbuh menjadi Na'vi yang luar biasa cantik, sama sekali tak membantu Neteyam untuk melumpuhkan perasaannya.

Ketika Neteyam sudah cukup besar untuk dilatih menjadi Olo'eyktan, Neteyam bisa merasakan bahwa dia tak bisa lagi berbicara mengenai hal-hal seperti itu pada Jake, dia harus memilah mana yang harus dibicarakan dan mana yang tidak.

Namun sebagai seorang remaja 18 tahun, Neteyam sedang di tahapnya banjir hormon. Dia mulai terganggu dengan perasaannya yang tak tersampaikan dan tak terbalaskan selama bertahun-tahun. Jadi saat Neytiri bertanya mengapa Neteyam kentara gundah, pemuda itu langsung menceritakan semuanya.

Neytiri terkejut. Dikiranya Neteyam hanya naksir kecil, dia tak menyangka Neteyam menyimpan rasa itu bertahun-tahun. Neytiri berniat membantu saat dia mencoba menjodohkan Neteyam dan Ivory waktu itu. Tepat setelah itu Jake menemui Neteyam dan berkata,

"Boy." Jake memegang bahu Neteyam dengan tegas. "Tidak ada anak seeumuranmu yang mempunyai kemampuan sehebat dirimu. Kau adalah pejuang muda yang hebat. Malu jika sekedar mengungkapkan isi hati saja masih bergantung dengan orang tua. Kami sudah cukup membantu, sisanya harus kau sendiri."

Oleh karena itu saat Neteyam menemukan dirinya dan Ivory berpasangan dalam perkemahan, dia tahu kesempatan berada di tangannya, dia berusaha bersikap santai dan tak lagi menyembunyikan ketertarikannya.

***

Seusai Neteyam bercerita, Ivory menundukkan kepala untuk memerhatikan kalung di lehernya. Dia menutup mulutnya dengan satu tangan, merasa terharu.

"Jadi selama ini kau yang membuat kalungku?" tanya Ivory, tiba-tiba merasa menyayangi kalungnya lebih dari apapun.

Neteyam mengangguk. Dia tak bisa tak melambung tinggi melihat kekaguman di wajah Ivory.

"Ya ampun, indahnya." Ivory mengecup pipi Neteyam sekilas. "Aku benar-benar tidak menyangka kau sudah lama menyukaiku. Kukira, sama sepertiku, kau mulai tertarik padaku karena pertanyaan ibumu waktu itu."

Neteyam mengedikkan bahu.

"Dan gelang buatan Tuk?" Ivory menyatukan tangannya dan tangan Neteyam yang mengenakan gelang buatan Tuk. "Apa cuma kebetulan, warnanya serasi dengan kalung buatanmu?"

Neteyam terkekeh mendengarnya, dia menyukai fakta bahwa Ivory sadar. "Tuk waktu itu memintaku memilih warna gelangnya. Aku tidak tahu warna favoritku atau favoritmu, jadi aku memilih warna yang serasi dengan kalungmu, aku tidak tahu kau juga akan mengenakan yang satu itu."

Sebagai penutup malam ini, mereka terbang dengan Ikran, lalu berpelukan cukup lama dan menyertakan banyak ciuman.

Kemarin-kemarin Neteyam absen dari hidup Ivory karena sibuk bertugas. Namun itu sebelum mereka sadar bahwa malam hari pun juga bisa. Sejak itu mereka nyaris selalu bersama di malam hari. Menyadari bahwa itu adalah hiburan Neteyam setelah kegiatannya yang melelahkan, orang tuanya tak pernah protes.

Ada kalanya Neteyam tak bisa pergi karena harus menjaga adik-adiknya selagi orang tuanya keluar. Ketika orang tuanya akhirnya kembali dan semua orang sudah tertidur, Neteyam akan menyelinap keluar.

Lalu, tanpa membuat suara, Neteyam akan bergabung dengan Ivory yang sudah tertidur di hammock-nya. Terkadang Ivory terbangun saat merasakan kehadiran Neteyam, lalu mereka akan berbincang ringan dengan berbisik.

"Bagaimana harimu?" tanya Ivory. Lalu Neteyam akan menceritakan semuanya dengan gamblang. Ivory satu-satunya yang Neteyam izinkan untuk melihat sisi lemahnya dan mendengarkan keinginannya.

"Bagaimana harimu?" tanya Neteyam balik. Tak ada banyak yang bisa Ivory bicarakan, hari-harinya selalu sama, bagian terserunya hanya ketika Neteyam mendarat di pelukannya.

Ivory membelai rambut Neteyam, memberi pijatan-pijatan ringan di kepalanya hingga pemuda itu memejamkan mata. Mereka gemar saling memberi pijatan hingga yang dipijat jatuh tertidur. Jika malam ini Ivory melakukannya pada Neteyam, maka malam besok sebaliknya.

Semuanya terasa indah. Malam yang dingin menjadi hangat karena berpelukan, ditemani melodi hutan dan pemandangan langit yang penuh dengan bintang. Malam menjadi waktu terbaik untuk keduanya, namun malam tidak akan sama jika mereka tidak bersama.

***

catatan:
• untuk yang lupa, sebelumnya di Bab 2 aku udah ada nyebutin tentang kalung Ivory.
• karena ini fanfiksi, bakal banyak hal di sini yang beda dengan aslinya. salah satunya: Pandora gak benar-benar punya malam & para karakter nyebutnya eclipse (gerhana) kalau di film, sedangkan di cerita ini aku sering nyebut/ngambil waktu malam.

The Last Letter | NeteyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang