Sejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan keluarga sully. Mereka bermain bersama dan selalu ada untuk satu sama lain. Namun lama kelamaan Neteyam mulai memandang Ivory dengan cara yang berbeda. Sayangnya kemanisan di antara mereka diperta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mo'at, dia dibunuh!"
Begitu tenda Mo'at tampak di pandangan, Ivory dengan spontan memekikkan alasan kedatangannya tanpa berniat memperlambat larinya. Sementara Mo'at bergegas keluar dari tenda, Ivory bergegas masuk ke tenda, tabrakan kecil pun tak terhindarkan.
"Oh, Eywa. Ivory!" kaget Mo'at sambil mengambil langkah mundur.
"Kumohon, selamatkan dia, aku tidak tahu apa yang terj—" Suara Ivory tertelan oleh isak tangisnya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala, tak sanggup mengutarakan permasalahannya.
Melihat itu, Mo'at membawa Ivory masuk ke dalam tenda. Mereka duduk bersebelahan dengan Mo'at mengusap-usap punggung Ivory hingga tangisan gadis itu mereda.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi kau Tsahik, kau bisa menolongnya." Ivory merentangkan gumpalan kain yang sejak tadi dipeluknya, menunjukkan Seze yang terbaring tak berdaya. "Aku menemukannya sudah seperti ini di bawah hammock-ku."
Mo'at mengamati Seze. Tangannya menyentuh hewan itu, menekan-nekannya di beberapa bagian. Air muka yang tak bisa diartikan terpapar di wajah Mo'at. Dia memandang Ivory dengan nanar. Membuat gadis itu berhenti sesenggukan karena kebingungan.
"Apa?" kata Ivory.
Mo'at memutus kontak mata. Dia menggelengkan kepala sembari menggendong Seze. "Aku akan mengurusnya."
Ivory manggut-manggut. "Aku tidak tahu banyak tentang burung cinta. Kuharap hal ini terjadi karena pergantian cuaca atau semacamnya. Dan jika dia memang dibunuh, setidaknya aku harus tahu siapa yang melakukannya."
Mo'at memberikan secangkir herbal pada Ivory. "Habiskan, itu akan membantumu untuk tenang," cetus wanita itu sebelum membawa Seze ke ruang khusus pengobatan.
Setidaknya herbal itu membantu Ivory untuk tak menangis tak terkontrol seperti sebelumnya. Ivory berjalan mondar-mandir di sekeliling tenda sambil menggigit bibir, pikirannya mau tak mau membayangkan skenario terburuk tentang apa yang terjadi pada Seze.
Ivory baru berhenti saat matanya tak sengaja menangkap sebuah foto yang terpajang di sela-sela perabotan. Foto Neteyam, Lo'ak, Neytiri, Kiri, Jake, dan Tuktirey dimana mereka semua terlihat tanpa beban. Senyuman samar terbit di wajah Ivory selagi tangannya meraba foto Neteyam. Ini pertama kalinya dia melihat foto kekasihnya itu.
"Nak, kemari lah," panggil Mo'at dari dalam ruang pengobatan.
Ivory tidak pernah bereaksi lebih cepat sebelumnya. Lima detik belum berlalu dan kini dia sudah berada di samping Mo'at. Tak ada perubahan pada kondisi Seze. Dia masih berbaring tak berdaya, kali ini di sebuah sarang burung.
"Apa yang terjadi? Apa dia benar-benar mati?" cecar Ivory.
"Dia tidak dibunuh. Perhatikan, tidak ada luka atau semacamnya." Mo'at menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Ivory, Salapati hanya bisa mati karena satu kondisi."