Bab 13

875 140 4
                                    

Jika pagi tadi Neteyam bermesraan dengan kekasihnya di taman, malam ini Neteyam dan keluarganya nyaris saja dibunuh oleh sekawanan Avatar di hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika pagi tadi Neteyam bermesraan dengan kekasihnya di taman, malam ini Neteyam dan keluarganya nyaris saja dibunuh oleh sekawanan Avatar di hutan. Untungnya mereka selamat, kecuali Spider yang ditangkap.

Beberapa jam sudah berlalu sejak kejadian traumatis yang menimpa keluarga sully. Hari sudah larut malam. Namun para Na'vi masih banyak yang duduk-duduk di luar ketimbang dalam tenda, seperti Neteyam dan Ivory kini.

Neteyam lebih banyak diam sambil melihat ke bawah. Walau begitu tangannya yang dingin menggenggam erat tangan Ivory, memerlukan sentuhan gadis itu sekaligus menahannya agar tak pergi.

Neteyam perlu menenangkan diri dan ia ingin melakukannya dengan Ivory di sisinya. Duduk bersama Ivory walau tak melakukan apapun sudah sangat berarti untuknya. Ivory tak protes, justru menyetujui kesenyapan di antara mereka.

Ivory merasa salut melihat perbedaan Neteyam di depan dengan di belakang. Saat melihat bagaimana cara Neteyam menenangkan adik-adiknya tadi, tak akan ada yang menyangka bahwa ternyata Neteyam sama syok-nya dengan mereka.

"Kau sudah makan?" Neteyam sesekali berbicara. Dan pertanyaan barusan sudah diluncurkan untuk ke-5 kalinya.

"Sudah." Jawaban Ivory tentunya selalu sama. "Kau belum kan?"

Neteyam menggeleng kecil. "Aku tidak lapar."

"Kau belum makan apapun sejak dari Taman Eldest tadi," kata Ivory. "Aku ambilkan ya? Aku ikut makan di sini kalau kau mau."

Neteyam menyandarkan kepalanya di bahu Ivory. "Sebenarnya aku mau tidur. Tapi aku mau tetap di sampingmu. Mungkin tidak, kita tidur di sini saja?"

"Tidak mungkin," ungkap Ivory. "Tapi ada tenda kosong di ujung sana."

Kepala Neteyam sontak terangkat dari bahu Ivory. Matanya mondar-mandir ke sekeliling High Camp dan mencelang saat menemukan letak tenda yang Ivory maksud. Dia menoleh pada Ivory dengan sebuah senyuman.

"Astaga, Neteyam." Ivory tertawa. "Aku hanya bercanda. Lagipula, kita tidak akan diizinkan."

Sekilas gagasan untuk tidur di sebelah Ivory malam ini terdengar menyenangkan. Namun setelah dipikir-pikir lagi, Neteyam merasa yang lebih dibutuhkannya sekarang adalah waktu bersama keluarganya.

Dan juga sebenarnya sejak tadi Ivory berusaha mengabaikan sakit yang menyergap hatinya karena ketidakhadiran Spider. Jadi saat tidur nanti dia ingin sendirian saja, menangis untuk melegakan perasaannya dan berdoa untuk keselamatan Spider.

"Hei." Neteyam meletakkan tangannya di kepala Ivory. "Aku masuk duluan ya?"

"Ah, oke." Ivory dan Neteyam berdiri. Ivory mengusap tangan Neteyam yang masih menggenggam tangannya. "Jangan diingat-ingat lagi yang terjadi di hutan tadi, bagaimana pun juga itu sudah berlalu."

"Siap." Neteyam tersenyum dan mendaratkan ciuman di dahi Ivory. "Mimpi indah, Ivy."

"Kau juga."

Neteyam mengantarkan Ivory ke tendanya sekaligus menyalam orang tuanya. Seusai itu dia berjalan ke tendanya sendiri. Keningnya mengerut saat dari kejauhan terlihat adik-adiknya mengintip ke dalam tenda dengan gestur mencurigakan.

The Last Letter | NeteyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang