Sejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan keluarga sully. Mereka bermain bersama dan selalu ada untuk satu sama lain. Namun lama kelamaan Neteyam mulai memandang Ivory dengan cara yang berbeda. Sayangnya kemanisan di antara mereka diperta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semenjak hari itu sesuatu tak lagi sama di antara mereka. Jika biasanya Ivory hanya memandang Neteyam sekilas, kini Neteyam menjadi satu-satunya yang ingin Ivory pandang. Ivory tak tahu sebuah perubahan bisa terasa begitu indah.
Di setiap kesempatan yang ada, ketika Neteyam tak latihan dan Ivory tak bersama teman-temannya, mereka akan menghabiskan waktu bersama.
Neteyam mendirikan sebuah tenda di kedalaman hutan untuk mereka berdua. Di malam hari yang cerah mereka diam-diam terbang bersama Ikran, saling mengejar.
Neteyam dan Ivory belum memberitahu siapapun mengenai hubungan mereka. Namun saat bertemu di keramaian, baik saat ada pertemuan di hutan maupun ketika Ivory ke rumah keluarga sully, keduanya akan bertukar pandang dan senyuman dari kejauhan, membuat Neytiri bisa merasakan sensasi yang berbeda dari dua remaja itu.
Minggu ini adalah yang terberat. Waktu Neteyam digunakan untuk latihan, berburu bersama para pejuang, dan akhirnya tertidur. Dia tak memiliki kesempatan untuk bersama Ivory.
Hal itu membuat suasana hatinya menjadi buruk. Jika sudah seperti itu, Neteyam akan menjadi pendiam berwajah datar. Orang-orang sekitarnya pun mau tak mau bisa merasakan ketidaksenangannya.
"Kau tidak perlu berburu hari ini jika tidak mau," tegur Neytiri melihat Neteyam pagi-pagi sudah mengasah pisaunya.
Neteyam menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa melanggar aturan seenteng itu."
"Kalau begitu sebelum pergi, bisa sekalian mampir ke rumah Ninat?" Neytiri menyerahkan sekantong makanan pada Neteyam. "Anaknya, Ivory, sangat suka dengan menu sarapan kita pagi ini."
Kepala Neteyam tersentak pelan ke arah Neytiri. Melihat cara Neytiri menatapnya, Neteyam tahu ibunya sengaja melakukannya. Neteyam mengambil sekantong makanan itu sambil menunjukkan senyuman terimakasih, dan Neytiri mengangguk penuh arti sambil mengusap pelan kepala anak sulungnya.
Sepanjang jalan Neteyam merasakan perasaannya menggebu-gebu. Saat tiap langkahnya tak juga membuat kediaman Ivory menjadi lebih dekat, Neteyam berdecak.
Keusangan yang seminggu ini Neteyam rasakan seketika tersapu saat akhirnya Ivory terlihat dari kejauhan. Terlihat Ivory masih duduk di hammock-nya dengan rambut berantakan. Neteyam tersenyum gemas saat Ivory menguap sambil mengucek-ucek matanya.
Saat Neteyam sampai di rumah Ivory, terdengar senandungan merdu yang membuat mengantuk. Ninat, ibunya Ivory, dikenal sebagai penyanyi terbaik yang dimiliki Suku Omaticaya saat ini. Neteyam kecewa saat Ninat yang keluar dan bukannya Ivory, namun dia tetap bersikap sopan saat memberikan titipan ibunya.
Andaikan Ninat tahu bahwa Neteyam tak langsung pulang. Pemuda itu melompat dari pohon ke pohon dan mendarat di hammock Ivory. Mulut Ivory sudah terbuka untuk berteriak, namun dia langsung mengontrol dirinya begitu melihat sosok Neteyam.
"Neteyam!" bisik Ivory riang.
"Husttt." Neteyam meletakkan jarinya di bibirnya, memberi isyarat pada Ivory untuk memelankan suara.