Bab 10

989 148 11
                                    

Beberapa malam belakangan ini Neteyam sering keluar dengan alasan menghibur diri setelah seharian sibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa malam belakangan ini Neteyam sering keluar dengan alasan menghibur diri setelah seharian sibuk. Untuk itu, Lo'ak mengatakan bahwa malam ini dia ingin menemani Neteyam.

Walau sebenarnya Neteyam tak sepenuhnya jujur mengenai alasannya keluar malam, namun dia senang untuk melakukannya bersama Lo'ak, sudah lama sejak mereka menghabiskan waktu berdua.

Neteyam tak menduga bahwa Lo'ak tak bersungguh-sungguh. Tak tercium olehnya bahwa Lo'ak mempunyai rencana terselubung.

Beberapa menit awal perjalanan mereka berjalan dengan bersahabat.

Neteyam mengajak Lo'ak terbang bersama Ikran—tentunya dengan diam-diam karena biasanya mereka harus meminta izin dulu dengan Jake dan Neytiri. Walau Lo'ak menginginkannya, namun rencananya menahannya.

"Ngomong-ngomong." Lo'ak memulai. "Kau dan Ivory memakai gelang yang sama."

Neteyam konstan melihat gelang di tangannya. "Ya, Tuk yang membuatnya. Bagus kan?"

"Sangat bagus." Lo'ak berusaha menyembunyikan nada sinisnya. Lalu dia melihat pergelangan tangannya yang kosong. "Mungkin aku harus meminta Tuk membuat untukku juga."

"Kau bisa mengambil punyaku kalau mau." Lagipula alasan awal Neteyam memakai gelang dari Tuk karena dia memang menyukainya, bukan karena sengaja ingin samaan dengan Ivory.

Lo'ak mengangkat kedua alisnya, tak menyangka dengan reaksi Neteyam yang dikiranya akan kelabakan. "Tidak, aku yakin Tuk bisa membuatkan yang lebih bagus dari itu."

Neteyam terkekeh. Dia mengusap sekilas kepala Lo'ak. "Mau berenang?"

"Tahu tidak, malam kemarin Ivory tidak datang ke rumah pohon." Lo'ak memulai lagi, mengabaikan ajakan Neteyam. "Itu pertama kalinya kami batal melakukan kegiatan kami, biasanya selalu berempat."

Neteyam terdiam sesaat, menyadari bahwa dia lah alasan Ivory tak datang. "Tapi ada Tuk kan? Kalian tetap berempat jadinya."

"Ah, ngomong-ngomong tentang Tuk," Lo'ak menghentikan langkahnya, membuat Neteyam melakukan hal yang sama. "Dia bilang kau punya tenda sendiri. Mumpung kita lagi di hutan, kau harus ajak aku ke sana."

Di kegelapan malam Lo'ak bisa melihat mata amber Neteyam menyala dan rahangnya terkatup rapat.

Neteyam mau saja membawa Lo'ak ke tendanya, tak ada yang harus ditakuti mengingat dia dan Ivory sudah membatalkan rencana untuk ke sana. Namun Neteyam mulai curiga Lo'ak sengaja melakukan ini padanya.

"Ayo," ajak Neteyam dengan suara rendah, berjalan lebih dulu dari Lo'ak.

Lo'ak bersorak senang. "Bro, kita belum pernah membicarakan ini sebelumnya. Apa ada perempuan Omaticaya yang menarik di matamu?"

"Mother, Grandma, Kiri, Tuk," balas Neteyam singkat.

Lo'ak mengerang pelan. Dia memukul bahu Neteyam. "Ayolah, kau tahu apa yang kumaksud."

"Entahlah." Neteyam tak suka dengan cara Lo'ak memancingnya. "Kenapa? Kau lagi suka dengan seseorang?"

Pertanyaan Neteyam barusan membuat Lo'ak menyadari tak ada perempuan Omaticaya seumurannya yang menarik untuknya. "Yang cantik cuma Ivory sih."

Neteyam menoleh dengan cepat. "Kau suka Ivory?"

"Tidak, aku cuma bilang dia cantik," seru Lo'ak jujur. "Apa Ivory tahu tentang tendamu?"

Hening sejenak. Rasanya berat untuk berbohong, terlebih lagi ada kemungkinan bahwa Lo'ak sudah tahu yang sebenarnya dan hanya ingin mengetesnya. Jadi Neteyam hanya mengatakan, "Sebentar lagi kita sampai."

Neteyam kira dia sudah bisa tenang karena Lo'ak tak lagi membahas hal itu. Namun saat mereka tinggal beberapa langkah menuju tenda, terlihat keberadaan Kiri dan Ivory di sana. Keduanya sedang meributkan sesuatu yang bisa Neteyam dan Lo'ak dengar.

"Mungkin kau lupa, tapi dulu kau jauh lebih dekat dengan Neteyam daripada denganku dan Lo'ak." Jeda sebentar. "Untung sekali Neteyam menjauh. Jika saja waktu itu aku tidak membuang surat yang Neteyam buat untukmu, mungkin kau sudah berduaan dengannya sejak dulu dan persahabatan kita tak akan pernah ada."

"Kau alasan surat Neteyam tidak pernah sampai padaku?"

"Ya, aku membacanya dan membuangnya."

"Astaga, Kiri. Yang kau lakukan sangat tidak perlu! Aku tidak menyangka cemburumu separah itu, bahkan sejak kita kecil?"

Neteyam tertegun. Dia berharap dia salah dengar dan salah lihat. Rasa bersalah karena berbohong dan rasa kecewa melihat tingkah adik-adiknya menyergap benak Neteyam hingga tubuhnya membeku.

"Bro." Lo'ak melangkah pelan ke depan Neteyam, menghadapinya dengan kesinisan yang tak lagi disembunyikan. "Kenapa tidak cerita saja?"

"Karena aku tahu kalian akan menjadikannya hal besar." Neteyam menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa tidak tanya langsung denganku? Ah, ya, kau lebih suka menggunakan cara yang membawa masalah."

"Apa?" Alis Lo'ak menyatu. "Kau menyalahkanku untuk ini?"

"Ivory dan aku saling menyukai, orang tua kami setuju, kami cukup baik menghargai perasaan kalian dengan selama ini sembunyi-bunyi." Neteyam tak menyangka dugaannya benar bahwa mereka akan menjadikan ini hal besar.

"Orang tua?" Kedua alis Lo'ak terangkat. "Kalian sud—"

Tubuh Lo'ak dan Neteyam tiba-tiba terpental karena sebuah ledakan di belakang mereka. Sebelum sempat memproses apa yang terjadi, keduanya dibuat membeku oleh pemandangan di depan mereka dimana semuanya api.

Teriakan Ivory dan Kiri membuat keduanya kembali sadar.

"Bro, ayo!" Lo'ak membantu Neteyam berdiri.

Mereka segera berlindung ke dalam tenda, bergabung dengan Kiri dan Ivory yang berpelukan.

Melihat Ivory terkejut dengan kehadirannya namun Kiri tidak, mengonfirmasikan pada Neteyam bahwa adik-adiknya memang merencanakan ini. Neteyam sontak menggeleng-gelengkan kepala dengan kecewa sebelum dia memilih fokus dengan apa yang terjadi sekarang.

"Bro, apa yang harus kita lakukan?" tanya Lo'ak gelisah.

Neteyam berdiri dari persembunyiannya, ingin mengecek apa yang terjadi.

"Neteyam, jangan," seru Ivory, reflek menahan tangan Neteyam.

"Mereka tidak akan sampai ke sini, mereka jauh di dalam sana," jawab Neteyam sebelum dia beralih pada adik laki-lakinya. "Lo'ak, kita tidak bisa mengambil resiko dengan pulang ke desa sekarang. Bawa Kiri dan Ivy ke the Tree of Voices."

"Dan kau?" Pegangan Ivory di pergelangan tangan Neteyam mengencang.

Tatapan Neteyam melembut saat matanya bertemu Ivory. "Aku akan menyusul kalian." Dia mengusap pipi Ivory sebelum memberi gestur pada Lo'ak untuk segera membawa Kiri dan Ivory ke the Tree of Voices. Sementara itu Neteyam berlari ke dalam hutan, memantau apa yang sebenarnya terjadi.

The Last Letter | NeteyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang