Bab 1

2.9K 203 7
                                    

Sejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan Kiri, Lo'ak, dan Spider. Mereka nyaris selalu bersama setiap harinya. Jika tidak menjelajahi hutan, maka berkumpul di rumah pohon yang dibuat Jake Sully untuk mereka.

Ivory sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga sully. Tak jarang Ivory menghabiskan waktu di rumah mereka untuk membantu Neytiri dan Mo'at membuat sesuatu, sekedar baring-baringan sambil bertukar cerita dengan Kiri, atau menemani Lo'ak merakit mainannya yang ujung-ujungnya tak selesai.

Hanya Neteyam yang sama sekali tak tersentuh oleh Ivory. Mereka tak punya masalah, namun mereka juga jauh dari kata dekat. Kalau bertemu pun seperti orang asing kecuali jika memang harus membicarakan suatu hal.

Waktu kecil Neteyam sempat beberapa kali ikut bermain dengan Ivory, Kiri, Lo'ak, dan Spider. Ketika bermain, Ivory dan Neteyam akan menjadi teman yang baik. Setelah selesai bermain, mereka kembali tak kenal.

Begitu memasukki masa remaja, Neteyam nyaris tak pernah lagi menghabiskan waktu bersama mereka, dia lebih sering bersama Jake dan Neytiri yang mulai mempersiapkannya sebagai calon Olo'eyktan.

Walau begitu baik Ivory dan Neteyam tak pernah merasa terganggu dengan keasingan di antara mereka. Jangankan merasa terganggu, pertanyaan mengapa kami tidak akrab saja tidak pernah melintasi pemikiran mereka.

Hingga suatu hari saat Ivory ikut makan-makan dengan keluarga sully dalam rangka ulang tahun Neteyam yang ke18 tahun, Neytiri mengamati Ivory dalam waktu yang cukup lama dengan ekspresi wajah yang tak terbaca, membuat Ivory merasa tak nyaman.

Pada saat itu mereka sedang makan-makan dalam posisi duduk melingkar, dengan kicauan burung dan angin sepoi-sepoi sebagai latar belakang.

"Kau tumbuh jadi gadis yang cantik, Ivory," kata Neytiri lembut sambil menyuapi Tuktirey yang berada di pangkuannya.

"Ya. Dia dan Kiri sudah jadi anak gadis sekarang," sambung Mo'at sambil mengusap kepala Kiri yang berada di sebelahnya.

"Terima kasih, Neytiri," jawab Ivory pelan.

Keheningan kembali meraja. Mereka fokus menikmati masakan buatan Mo'at dan Neytiri yang sebagiannya adalah menu kesukaan Neteyam. Setelah selesai menyuapi Tuk dan menyuruhnya pergi mencuci tangan, Neytiri kembali membuka mulut.

"Umurmu sama seperti Kiri dan Loak kan? 17 tahun," tanya Neytiri yang disambut anggukan kepala oleh Ivory. "Jadi, apa kau sudah memiliki pasangan?"

Pertanyaannya sederhana, namun keingintahuan Neytiri yang tiba-tiba yang mengejutkan.

"Tentu saja belum." Ivory tertawa basa-basi.

"Kebetulan sekali." Neytiri tersenyum lebar dan merangkul bahu Neteyam yang berada di sebelahnya, "Neteyam juga belum."

Semua mata seketika tertuju pada Neytiri. Ivory yang hendak menyuapkan sesuap makanan ke mulutnya sontak saja berhenti.

"Ah, benar juga, kenapa tidak pernah terpikirkan sebelumnya?" sahut Mo'at. Dia memutar duduknya menghadap Ivory dan mengusap rambut panjang gadis itu. "Dari dulu kau suka membantuku dan Neytiri. Kau terampil dan cantik, akan menjadi sahabat hidup yang sempurna untuk Neteyam."

"Astaga," bisik Neteyam pada dirinya sendiri. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan sebelum menoleh pada Neytiri. "Mother, ini tidak diperlukan."

"Mengapa tidak? Kau sudah mulai beranjak dewasa, 'Teyam," tutur Neytiri.

Sementara itu Jake memerhatikan Ivory. Gadis itu terlihat pucat dan gerakan makannya menjadi lambat. Sebelum Neytiri dan Mo'at mendesak Ivory untuk memberikan jawaban, Jake berceletuk,

"Jika memang ingin membicarakan ini, lebih baik nanti bersama orang tua Ivory langsung." Jake memberi tatapan pribadi pada Neytiri, lalu tatapannya pindah pada para remaja di sebelahnya. "Lanjutkan makan kalian."

Ivory tahu itu cuma pertanyaan, bukan paksaan. Namun dia merasa jawabannya akan mempengaruhi hubungannya dengan keluarga sully. Dan juga ini pertama kalinya Ivory terlibat dalam pembahasan tentang pasangan sehingga hal itu membuatnya merasa tergelitik.

Ivory melirik Neteyam, dan mendapati Neteyam juga sedang menatapnya. Buru-buru Ivory menundukkan kepala, mencoba menikmati makanannya sambil berusaha tak peduli bahwa Neteyam belum juga mengalihkan pandangan.

***

catatan: karena ini fanfiksi dimana kita bebas berimajinasi, bakal ada beberapa hal yang beda dari yang aslinya. salah satunya: setahuku Na'vi gak pakek hal-hal kayak umur, waktu, dsb, sedangkan di cerita ini semua itu bakal muncul. selamat membaca!

The Last Letter | NeteyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang