Sejak kecil Ivory memiliki hubungan yang erat dengan keluarga sully. Mereka bermain bersama dan selalu ada untuk satu sama lain. Namun lama kelamaan Neteyam mulai memandang Ivory dengan cara yang berbeda. Sayangnya kemanisan di antara mereka diperta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Manusia Langit—tepatnya RDA—kembali menyerang Pandora setelah kegagalan mereka beberapa tahun silam. Jake Sully sebagai Olo'eyktan mendorong rakyatnya untuk pindah ke High Camp di Hallelujah Mountains, menjauh dari hutan untuk sementara waktu.
Bukan hanya para Na'vi, avatar dan ilmuwan juga menetap di High Camp, tepatnya di gubuk sains dan kasur penghubung yang letaknya berbaur dengan tenda-tenda para Na'vi. Tak jarang pula teknologi manusia membantu para rakyat.
Jika kediaman antar-keluarga di hutan berjarak agak jauh, di High Camp semuanya sangat berdekatan. Bahkan tenda keluarga Ivory dan tenda keluarga sully bersebelahan—Spider menginap di tenda Ivory—membuat mereka semakin leluasa bersama.
Setiap hari Tim Perang Na'vi pergi untuk mempertahankan hutan mereka dari serangan Manusia Langit. Neteyam dan Lo'ak dipercayai Jake untuk memantau dari kejauhan. Ivory, Kiri, Spider, dan Tuk selalu menunggu kepulangan mereka sambil menghibur diri dengan bermain.
Neteyam, setelah luka di punggungnya diobati oleh Mo'at, pergi menuju tenda keluarga Ivory. Saat melihat Ivory dan ibunya sedang mengobati luka ayahnya, Neteyam menunggu di sebelah tenda.
"Hei!" Ivory muncul tiba-tiba sambil memukul lengan Neteyam, mengejutkannya. Matanya membesar saat melihat goresan luka di punggung Neteyam. "Kenapa?"
"Kecelakaan kecil." Neteyam menuntun Ivory ke belakang tenda, tempat mereka selama di sini.
"Kok bisa? Memangnya kau ikut turun?" Ivory duduk di gundukan batu di sebelah Neteyam.
"Lo'ak," cetus Neteyam sembari memberi tatapan yang telah menjelaskan semuanya.
"Ah, tentu saja." Ivory manggut-manggut mengerti. Dia kemudian mengecek punggung Neteyam lagi, "Kau terlihat kesakitan sebenarnya."
Neteyam meringis. "Yah, obatnya menyengat, tapi ini satu-satunya cara agar lukanya cepat pulih."
Ivory menyandarkan kepalanya di bahu Neteyam. "Aku rindu hutan kita. Aku tidak tahu aku sangat menyayangi hutan kita sampai kita dipindahkan seperti ini."
"Memang selalu seperti itukan? Kita baru menyadari apa yang kita milikki setelah kita kehilangannya." Neteyam meraih tangan Ivory dan mencium punggung tangannya.
Di tangan Neteyam sudah tak ada lagi gelang pemberian Tuk, Neteyam memberikannya pada Kiri sehingga sekarang Ivory dan Kiri yang gelangnya berpasangan. Itu salah satu upaya mereka untuk menenangkan Kiri.
Serangan tiba-tiba di hutan adalah hal yang sangat serius. Mau tak mau mereka berbaikan untuk tidak memperkeruh suasana. Walau Kiri dan Lo'ak terlihat enggan saat mendapati Ivory dan Neteyam bermesraan, namun mereka tak lagi protes, tampaknya paham bahwa kecemburuan mereka tak masuk akal.
Oleh karena itu Neteyam dan Ivory tak perlu lagi sembunyi-bunyi. Seperti sekarang, mereka berduaan di tempat umum tanpa memedulikan Na'vi yang berlalu lalang.
"Lihat, mereka mencarimu." Neteyam memukul-mukul pelan paha Ivory sambil tersenyum geli.
Ivory mengikuti arah pandangan Neteyam. Terlihat Kiri, Lo'ak, dan Spider mendatangi tenda keluarga Ivory. Mereka sedang bertanya "dimana Ivory?" pada ibunya, dan detik selanjutnya ketiga anak itu menoleh ke tempat dimana Neteyam dan Ivory berada.
Dua sejoli itu tergelak melihat ekspresi cemberut Kiri dan Lo'ak. Kiri sudah berjalan untuk menjemput Ivory ketika Neytiri menyela anak gadisnya itu sambil berpesan, "Tinggalkan mereka sendiri." Akhirnya ketiga remaja itu pergi ke gubuk sains tanpa Ivory.
Mata Neteyam tak meninggalkan Spider. Perasaan tak nyamannya akan bocah itu kian bertambah seiring waktu. Bukan sekedar karena dia manusia, tapi juga karena dia anak dari pemimpin perang ini, belum lagi dia diterima baik dengan keluarga Ivory hingga diizinkan menginap dengan mereka.
"Ada apa?" tegur Ivory, menjurus pada tatapan sinis Neteyam.
"Spider bisa saja menetap dengan avatar dan ilmuwan yang lain di gubuk sains. Mengapa dia harus denganmu?" hardik Neteyam.
"Agar jarak kami berempat lebih dekat," ucap Ivory apa adanya.
Neteyam menundukkan kepala dengan cemberut. Melihat itu, Ivory menangkup wajah Neteyam dan menolehkannya padanya hingga pandangan mereka bertemu. Ivory tersenyum geli. "Kau cemburu?"
Neteyam tersenyum simpul. "Bisa tidak, aku saja yang menginap denganmu?"
Ivory terkekeh. "Tidak muat. Sudah cukup untuk aku, orang tuaku, dan Spider."
Neteyam mengerang pelan. "Kalau begitu tukaran saja. Spider dengan keluargaku, aku dengan keluargamu."
Ivory mencibir. "Jadi kau rela Spider menggantikan posisimu di keluargamu?"
Neteyam menganggukan kepala. "Selagi itu artinya aku bisa bersamamu, bukan masalah."
"Lagian tidak mungkin orang tua kita mengizinkan. Spider temanku, dia manusia, jadi tak masalah tidur bersebelahan denganku."
"Kalau begitu aku mau jadi manusia dan temanmu saja," canda Neteyam, membuat Ivory memukul pelan dahinya. "Kalau kita sudah mating tidak akan ada yang melarang kita. Kapan kau siap?"
Ivory menghela nafas. Dia tahu Neteyam sangat menginginkan pembicaraan ini. "Entahlah."
Jeda sejenak. Neteyam mengamati wajah Ivory dengan seksama seakan besok dia tidak bisa melihatnya lagi.
Saat mendapati bibir Ivory menampilkan senyuman tertahan, Neteyam menyeringai, tak mengira bahwa Ivory masih tak bisa menghadapi tatapannya.
"Sudahlah," keluh Ivory sambil mendorong pelan wajah Neteyam dengan telapak tangannya. Saat Neteyam masih juga, Ivory menangis bercanda. "Neteyaaam!"
Neteyam tertawa. Dia mengacak-acak rambut Ivory dengan gemas.
Kala itu Jake dan Neytiri sedang mengasah alat tempur mereka di depan tenda. Tanpa disadari mereka sama-sama memerhatikan Neteyam dan Ivory, teringat dengan masa muda dimana hubungan mereka juga berbunga di kala perang.