Seharusnya hari Selasa yang indah dengan panas matahari terik di tengah hari menjelang sore ini menjadi hari yang menyenangkan bagi Dylan untuk menghabiskan waktu liburnya.
Seharusnya memang menjadi hari yang indah karena guru-guru memulangkan semua siswanya lebih awal sehingga ia bisa duduk di cafe menikmati lalu lalang keramaian di depannya.
Seharusnya memang begitu, duduk manis di teras café ditemani segelas jus dan bersenda gurau bersama teman-temannya menjadi hal yang menyenangkan.
Namun dengan rahang yang turun -ternganga, Dylan menatap tak percaya dengan apa yang barusaja didengarnya.
"Mulai hari ini kau itu pacarku!" Masih dengan ekspresi seperti orang bodoh Dylan menatap gadis yang mengarahkan telunjuk tepat kearah batang hidungnya. Berdiri di hadapannya tanpa ekspresi apapun saat mengatakan kalimat yang barusaja membuat telinga Dylan berdengung.
"T-tunggu dulu. P-p-p-pacar? " Dylan tergagap. Ia meminum jus mangganya sekali teguk lalu mengangkat tangannya.
"Wooahahaha. Bukan begitu cara mainnya." Ia sedikit tergelak.
"Jangan seenaknya mengatakan kalau aku ini pacarmu. Kita bahkan belum saling kenal, jadi sejak kapan aku jadi pacarmu?"
Perasaan bingung dan heran menghampirinya. Gadis itu masih berdiri -yang menatap Dylan dengan wajah tanpa ekpresi- mulai buka suara lagi.
"Sejak tadi. Hari ini dan seterusnya kau adalah pacarku"
Oh tuhan. Dylan tidak bisa berkata apapun sekarang. seolah jus mangga yang tadi diteguknya mendadak keluar dari lambung dan menyumbat tenggorokannya. Dengan raut wajah yang datar gadis itu mengatakan kata-kata itu tanpa rasa bersalah ataupun malu sedikitpun.
"Aku juga punya seorang gadis yang ingin aku pacari." Dylan kemudian berdiri, nampak jelas perbedaan tinggi yang kontras antara ia dan gadis dihadapannya itu.
"Aku tidak bisa pacaran begitu saja denganmu" lanjutnya lagi. Kening Dylan mengkerut, ia menangkap tak ada perubahan raut wajahnya, seolah apa yang barusaja dikatakan Dylan itu hanyalah sebuah kebohongan.
"Namaku Ovel. Aku tahu siapa kau. Dylan Dirgantara bukan? Sekarang kau adalah pacarku. " Dan sekarang gadis itu mencondongkan wajahnya ke depan, tersenyum, membuat Dylan sedikit memundurkan kepalanya -menyeramkan.
"Mana ponselmu?" Ia kembali berucap, tangannya tersodor ke depan, menunggu Dylan memberikan benda persegi panjang tersebut. Dan bodohnya lagi, entah kenapa Dylan malah menuruti perkataan Ovel, Memberikan ponselnya. Bahkan menyebutkan nama panjangnya ketika gadis itu mengetikkan satu persatu abjad di kontak ponselnya.
"Terimakasih. Aku akan menelponmu nanti malam"
Ovel beranjak. Melambaikan tangannya kepada Dylan. Pemuda itu juga membalas lambaian tangan ovel, kemudian menatap punggung gadis itu yang pergi menjauh.
"Dia pergi begitu saja"
Seharusnya sore ini menjadi hari yang indah bagi Dylan. Tapi perasaannya campur aduk sekarang dan ia tidak tahu entah kenapa. Ia kembali mendudukkan dirinya, mendengarkan setiap detak jantungnya yang menggebu.
"Kau mengenalnya?"
Dan Dylan hanya menggelengkan kepala.-Everyzd-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...