Unnoticed - 06

527 161 141
                                        

Ovel memang gadis yang cuek dan ia tahu tentang hal itu. Ia juga mengetahui kalau hampir semua siswa-siswi di sekolahnya selalu membicarakan tentangnya, bagaimana ia bisa tidak peduli seperti itu. Karena itulah ia berniat untuk merubah pandangan semua orang terhadapnya dan langkah pertama yang disarankan kakak laki-lakinya adalah dengan mencari pacar.

"Kenapa harus pacar?"

"Karena tidak semua teman itu baik. Kebanyakan busuk dan menusuk."

"Jadi aku harus punya pacar?"

"Iya. tidak perlu tampan, tidak perlu populer, setidaknya ia mau menerima sikap cuek kamu."

Ovel mengangguk paham mendengar saran kakaknya karena sepertinya memang inilah yang ia perlukan untuk bisa berbaur dengan yang lainnya.

Dan Ia menemukannya. Saat ia duduk manis di meja kantin seorang diri menikmati makan siangnya. Ia melihat Dylan, pemuda berambut ikal yang selalu duduk di antara kerumunan siswa populer.

Suaranya berat, dengan tinggi semampai dan bahu yang cukup bidang. Tertawa lepas terbahak hingga membuat degup jantung Ovel tak karuan.

Ovel bukanlah gadis berkacamata, kutu buku dengan rambut kepang. Ia juga bukanlah seorang penyendiri yang haus akan pertemanan. Jika jujur dikatakan, ia memang sangat ingin mempunyai seorang pacar. Bahkan sebelum kakaknya menyarankan ide gila yang ternyata sangat disetujuinya itu.

Dylan keluar dari toilet sekolah lengkap dengan seragam basket kebanggaan sekolahnya. Ia berjalan menuju lapangan basket tanpa mengetahui kalau 'pacar'nya tengah mengekori dibelakang. Mengikuti setiap jejak langkah Dylan yang lebar dengan langkah kecilnya.

"Waduuh... Mati aku"

Sesaat ketika Dylan menoleh, ia sedikit terperanjat. Ovel berdiri dibelakangnya bak hantu, tanpa suara sedikitpun menatap Dylan.

"Bisa tidak kamu bersuara sedikit" Kembali tanpa ekspresi Ovel berjalan kehadapan Dylan, menatap mata pemuda itu dalam. Yang ditatap malah mengalihkan pandang.

"Nanti kamu membenciku karena berisik."

"Setidaknya aku tahu kalau yang di belakangku itu manusia. Jangan menakutiku seperti itu."

Ovel mengerutkan bibirnya, salah satu trik yang diajarkan oleh kakaknya agar terlihat imut di hadapan pria. Entah karena Dylan tidak sadar kalau Ovel sedang bertingkah imut atau karena tampang Ovel yang terlihat mengerikan saat melakukan hal itu, pemuda itu malah mengernyitan alisnya.

"Bibirmu sakit?" ucapnya kemudian.

"Kamu sedang sariawan? Atau gigimu ada masalah?"

Ovel memutar bola matanya malas. Benar yang dikatakan kakaknya. Para lelaki itu umumnya tidak peka. Termasuk si jangkung di hadapannya ini.

"Kamu mau ke mana?" ovel berucap. Wajahnya kembali berubah datar, menatap lurus langsung ke iris Dylan.

"Main basket. Satu bulan lagi ada pertandingan dengan SMA 1, jadi harus latihan."

"Tapi kau masih bisa mengantarkanku pulang kan, seperti kemarin" Dylan melangkah. Menghiraukan perkataan Ovel barusan. Entah kenapa hati Dylan tidak bisa menerima kalau Ovel itu sekarang adalah kekasihnya. Ovel adalah orang asing, dan akan selalu menjadi orang asing yang sudah beberapa minggu ini menganggu hidupnya. Ia bahkan tidak bisa mendekati Vina, gadis yang memang sangat disukainya dan itu semua masih gara-gara Ovel berkeliaran di sekitarnya

-Everlyzd-

Unnoticed (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang