"Kamu ke mana kemarin?" Ovel memasuki kelas XI IPA 3. Tempat dimana Dylan dan teman-temannya sekarang berada. Kelas yang berdekatan sangat memudahkan Ovel untuk selalu mengunjungi 'pacarnya' itu, apalagi Ovel juga mengenal hampir seluruh penghuni kelas XI IPA 3 itu.
Ia berjalan mendekati kerumunan tempat duduk Dylan. Pemuda itu hanya melongo, menatapnya tanpa berkedip.
"Aku sudah menunggumu seharian di sana. Kau tahu kan itu kencan pertama kita" Dengan suara yang bisa dikatakan tidaklah pelan, Ovel sepertinya baru saja mengumumkan kepada seluruh kelas XI IPA 3 bahwa ia tengah 'berkencan' dengan Dylan. mata tajamnya menatap dylan tanpa berkedip.
"T-tunggu dulu. Aku kan tidak pernah mengatakan kalau akan pergi kencan denganmu. Kau saja yang mengambil keputusan seenaknya seperti itu."
Pemuda itu berdiri, dan lihatlah sekarang. Tinggi mereka yang kontras membuat Ovel harus mendongakkan kepalanya menatap pemuda itu. Ovel berkacak pinggang."Kau duduk saja, tengkukku jadi sakit kalau kau berdiri." dan dengan patuhnya Dylan kembali duduk.
"Kau tahu. Aku sudah membuat semua rencana untuk kencan kita kemarin. Aku bahkan antri untuk tiket bioskop itu dari jam 8 pagi. Aku juga tidak makan apapun seharian kemarin karena takut kalau kau datang aku tidak ada di sana." Ia berucap lagi, tepat didepan wajah Dylan, masih dengan berkacak pinggang tentunya.
"Baiklah...Aku minta maaf. Kemarin aku juga ada janji dengan temanku dan janji ini lebih penting makanya aku tidak bisa datang." Dylan tidak menatap ovel sama sekali, malahan ia sekarang tengah bergurau dengan Miko, tanpa mempedulikan ovel yang masih berdiri didepan mejanya.
"Hanya itu saja? Lalu kencan pertama kita bagaimana?"
"Sudah. Nanti saja masalah itu dibahas."
Ovel masih berdiam disana, terlihat seperti orang bodoh. Ia menatap Dylan yang tengah tertawa dengan Miko. Ia masih ingin berbicara dengan Dylan, tapi ia tidak tahu topik apa yang akan dibicarakannya, jadi ia memilih untuk berbalik.
"Oi. Kamu mau ke mana?" Oh, itu Dylan yang bersuara, ia tidak memanggil nama Ovel memang, namun Ovel tahu bahwa panggilan tadi memang ditujukan untuknya.
"Kelas." jawab ovel singkat.
"Pergilah."
Ada sedikit rasa kesal sekarang, tapi Ovel meredamnya. Ia berjalan menjauh dari meja Dylan, keluar dari kelas XI IPA 2 dengan wajah cemberut dan langkah yang sengaja ia hentak-hentakkan berharap Dylan akan menegurnya kembali. Namun tak ada suara Dylan yang memanggilnya lagi bahkan setelah ia masuk kekelasnya sendiri.
Hari ini hari Senin, dengan cuaca cerah dan udara yang bersih. Ovel memilih untuk duduk di jendela, bersender di sana. Menatap jauh ke arah lapangan basket yang memang terletak di samping kelasnya.
Biasanya saat jam pertukaran pelajaran seperti ini ada waktu jeda yang selalu dimanfaatkan oleh siswa sekedar untuk refreshing, melepas penat karena pelajaran yang barusaja berlalu, salah satu caranya adalah dengan bermain basket seperti yang sekarang ini sedang mereka lakukan, entah itu siswa kelas 1, kelas 2 ataupun kelas 3.
"Kamu benar-benar pacaran dengan Dylan?" Satu suara menginterupsi Ovel. Gadis itu mengalihkan pandangannya menatap Vina. Ia kemudian mengangguk, sedikit bangga dengan sebutan 'pacar' yang barusaja didengarnya.
"Benar." ucapnya kemudian. Meyakinkan Vina kalau ia dan Dylan memang sedang berpacaran sekarang.
"Kenapa?" lantas dimenit berikutnya ia bertanya. Terngiang perkataan Dylan tentang gadis yang ingin dikencaninya.
"Kamu menyukai dylan?"
Dan Vina hanya menggeleng. Namun dengan senyum sumringah yang ia berikan kepada Ovel."Bukan apa-apa. " Lanjutnya, kemudian ia kembali duduk di bangkunya.
-Everlyzd-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...