Unnoticed - 03

702 219 146
                                    

Jam 10 di hari Minggu yang indah ovel sudah berdiri di depan bioskop, lengkap dengan kemeja, jeans dan sneaker serba navy yang dikenakannya.

Rambutnya yang panjang ia gulung keatas, bibirnya dilapisi lipbalm tipis serta bau parfum mint yang disukainya menguar dari tubuh gadis itu. Ia terlihat sempurna sekarang, seperti kebanyakan gadis remaja yang hendak pergi berkencan dengan kekasihnya.

Sebuah lengkung senyuman terpatri dibibir ovel. Ia sudah tidak sabar lagi.

Ovel suka drama korea, mulai dari drama kolosal hingga drama remaja sekolahan sudah ia tonton semua. jadi ia sudah cukup banyak belajar dari beberapa drama yang dilihatnya.

Semalam Ia sudah mencari tempat-tempat kencan yang menarik di kota Bandung. Ia sudah mencari jajanan yang biasanya dimakan oleh orang-orang yang pergi berkencan. Ia juga sudah membuat daftar hal-hal yang akan dilakukannya selama berkencan dengan Dylan.

Sebuah note kecil yang tersimpan rapi didalam tasnya. Jadi hal pertama yang harus dilakukannya dalam kencan kali ini adalah menonton film seperti yang selalu dilihatnya di drama romantis. Setelah itu ia mereka akan berjalan menyusuri taman kota.

Kali ini gadis itu tidak lagi tersenyum, tapi memekik karena terlalu riang dengan fantasinya sendiri. Beberapa orang yang lewat menatap gadis itu bingung, membuat Ovel canggung. Ia kembali mengatur mimik wajahnya, kembali seperti semula -sedatar mungkin.

Ia menatap sekeliling, kerumunan orang yang sedang mengantri tiket untuk menonton film yang baru dirilis pun terlihat sesak. Untung saja ia sudah membeli tiketnya dua jam sebelumnya, jadi ia tidak perlu berdesak-desakan seperti itu.

Jadi yang harus dilakukannya sekarang adalah menunggu dylan datang dengan style ala boyband Korea bangtan boys, membuat para gadis yang ada di bioskop ini iri dengan ketampanan Dylan, langkah selanjutnya yang ia lakukan adalah menggandeng pemuda itu masuk kedalam bioskop. Membeli satu popcorn dan dua minuman lalu kembali bergandengan tangan memasuki bioskop. Wajah ovel memanas sekarang. Fantasi gilanya kembali muncul.

"Ini akan jadi hari yang sempurna." Ovel berbisik. Ia memeluk erat catatan kecil miliknya itu setelah membacanya berulang kali.

Ovel melirik jam tangannya. Dylan terlambat setengah jam dari janji awal mereka. Ia mendengus pelan, mungkin saja pemuda itu terkena macet diperjalanan, atau bisa saja Dylan terlambat bangun dan sedang bersiap-siap sekarang. ya setidaknya pikiran-pikiran positif seperti itu masih bisa dipikirkan Ovel.

Saat jarum panjang menunjuk ke angka 12, ovel berjalan menjauh dari bioskop. Matanya menerawang jauh, memperhatikan setiap benda yang menarik perhatiannya.

Dylan tidak datang dan ia sudah lelah menunggu. jika menunggu lebih lama lagi, maka ia tidak akan sempat mengerjakan PR-nya. Jadi ia meraih ponselnya, mengirimi pesan pada Dylan kalau ia sudah pulang sekarang dan kembali memasukkan benda persegi itu kedalam tas kecilnya.

Lengkung garis tipis yang tadinya selalu tertarik keatas itupun kini kembai datar. Gadis itu berjalan menunduk, ia sudah menunggu didepan bioskop selama 6 jam. Mencoba menghubungi Dylan berkali-kalipun tidak ada gunanya, pemuda itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya. Bahkan pesan-pesan yang dikirim ovel dari dua hari yang lalu pun tidak dibuka.

"Mungkin dia sibuk. Atau baterai handphone-nya habis. " ia kembali bergumam, memegang erat ponselnya. Gadis itu kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

-Everlyzd-

Unnoticed (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang