Unnoticed - 02

923 249 240
                                    

Dylan membuka matanya saat perkataan Miko berakhir. Ia mendesah pasrah, tadi malam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena perasaan campur aduknya itu menjadi tambah parah. Ia merasa seperti diteror sekarang. ovel mengiriminya pesan teks terus menerus dan sekarang Miko tak hentin-hentinya berbicara mengenai gadis itu.

"Namanya Lovelia Anastasia" Miko kembali bersuara

"Dia itu cueknya minta ampun, sepertinya tidak terlalu peduli dengan lingkungannya. Dia gadis paling dingin yang pernah aku temui, bahkan dulu dia pernah tidak mau menyapaku hanya karena aku tidak sengaja menumpahkan air hingga membasahi bukunya"

Dylan hanya ber'oh' ria ketika penjelasan panjang Miko kembali berakhir. Ia terlalu malas menanggapinya. Ia tidak mengenal gadis itu sama sekali bahkan di tahun kedua SMA nya. Kemarin mungkin saja pertemuan pertama mereka, terjadi begitu cepat dan tidak menimbulkan kesan yang menyenangkan bagi Dylan.

kepalanya berdenyut dari kemarin, saat memikirkan kejadian sore itu. Ia kemudian mengambil minuman lalu meneguknya. Diujung sana, Miko menatap seseorang yang tidak asing. Berdiri didepan ibu-ibu penjaga kantin terlihat memesan sesuatu. Tak lama kemudian gadis itu tersenyum lebar menerima pesanannya dan mulai berjalan.

"Dylan. Istrimu datang" Dylan tersedak -menyemburkan es teh yang tadi sedang diminumnya. Ia memukul dadanya kasar karena mungkin beberapa cairan itu sudah masuk dan bersarang diparu-parunya.

"Istriku? Maksudmu?" Tanyanya setelah terbatuk sebentar, menatap Miko dengan pandangan heran. Miko mulai memonyongkan bibirnya, menunjuk seseorang yang sudah berjalan menuju bangku kantin dengan semangkuk mie di tangan.
Mata pemuda itu sedikit membulat. Ini bukanlah saat yang tepat baginya untuk bertemu Ovel. Ia tidak ingin menemuinya sekarang.

"Ck...Aduuh." ucapnya langsung menatap kepada Miko, yang ditatap malah tertawa kecil karena Ovel kini sudah mengambil posisi duduk di samping Dylan -setelah mengucapkan 'hai' pada Miko. Menyantap mie instan dengan asap mengepul itu, sepertinya ia memang sudah kelaparan.

"Ooh. Kau di sini." Dylan mulai berucap, disambut dengan anggukan kepala oleh Ovel yang masih fokus pada makanannya. Pemuda tiang itu mendadak kikuk, ia tidak tahu lagi apa yang harus dikatakannya pada Ovel. Gadis itu masih terus menyantap mie rebusnya.

"Tadi miko sempat bercerita sedikit mengenaimu. Dulu kau dan miko pernah sekelas ya Abel?"

"Ovel." sela gadis itu datar, masih dengan kepala yang menatap mangkuk mie. Dylan tersenyum canggung.

"Ah.. maaf. Kukira namamu Abel." ucapnya kemudian. Ovel mengangguk, sebagai jawaban atas pertanyaan pertama Dylan kepadanya barusan.
Dylan bukannya tidak suka dengan Ovel. Tapi perlu dikatakannya sekali lagi, ia sama sekali tidak mengenalnya gadis itu dan tiba-tiba saja mengatakan dengan perasaan tak berdosa kalau ia adalah kekasihnya. Selama 17 tahun kehidupannya, Dylan baru pertama kali mengalami hal ini.

Dalam keheningan, keduanya tidak bersuara sama sekali. Bunyi sruput mie Ovel serta suara ludah yang ditelan menjadi musik latar keheningan mereka saat ini. Ovel tidak menyukai ini, jadi ia memilih untuk mulai buka suara setelah berdehem sebentar, memecah keheningan.

"Besok kau ada acara?" Dylan kembali terbatuk. Kali ini bukan lagi es teh yang disemburkannya, melainkan mie instannya.

"A-apa?" Dylan terbata, mengelap bibirnya kasar. Ia menatap Ovel dengan tatapan bodoh.

"Acara? besok." gadis itu menanggapinya enteng, kembali ia menyuap makanannya.

"Jika tidak kau bisa mengajakku ke bioskop besok, kencan pertama kita." lanjutnya lagi.

Dylan mengangkat alisnya, ia bingung. Jika boleh jujur, Ovel bukanlah 'pacar' pertama Dylan. Pemuda itu sudah belasan kali pacaran, mulai dari yang bertahan selama sebulan, bahkan ada yang cuman seminggu saja. Bahkan tidak ada keraguan dalam hatinya ketika ia mengajak seorang gadis untuk mulai berkencan dengannya.

Ia sudah memacari gadis cantik dikelas satu yang dikatakan cantik oleh semua orang itu, bahkan kakak kelas tiga yang cantik-cantik pun sudah dipacarinya. Tapi jika harus berhadapan dengan seorang Lovelia Anastasia yang terkenal cuek itu, ia tidak bisa melakukan apapun, bahkan dalam situsasi seperti saat ini.

"Kau bisa kan?" Ovel kembali menegaskan, dan bodohnya lagi, kenapa ia malah mengangguk, meng'iya'kan ajakan Ovel walaupun hati kecilnya menjerit histeris untuk menolaknya. Ia juga ada kencan dengan Alvina Kumala besok dan ia malah menerima ajakan dari Ovel.

Gadis itu mulai beranjak -setelah mengosongkan mangkuk mie miliknya.

"Kencan pertama kita." ucapnya lagi lalu mulai berjalan menjauh dari meja Dylan.

-Everlyzd-

Unnoticed (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang