Mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke perkemahan tanpa ada satupun suara yang keluar. Semuanya sibuk mengalihkan pandang, mencari kesibukan lain agar tak saling bertatapan.
"Tak perlu menjawab sekarang. Aku tau kamu masih belum bisa melupakan Dylan. Tapi kuharap kamu bisa merasakan ketulusanku, Vel. Aku menyukaimu."
Revan terbatuk. Dalam keheningan, bayangan kejadian kemarin kembali berputar di benaknya. "Memalukan," bisik Revan pelan. Pemuda itu memalingkan muka sambil menutupi wajahnya yang sepertinya sudah memerah. Ia memberanikan diri melirik Ovel hingga kedua pasang bola mata itu bertemu, cukup lama.
Kali ini wajah Ovel yang memerah. Iamenatap lurus jalanan di depannya. Tenda-tenda di perkemahan sudah nampak jadi ia memilih berlari kecil setelah terlebih dahulu mengatakan pada Revan -dengan canggung tentunya. Revan mengangguk pelan, mengabaikan fakta kalau Dylan sedari tadi memperhatikan mereka.
Memang benar. Dylan sudah membuat keputusan untuk meninggalkan Ovel demi mendapatkan gadis pujaannya. Tapi kenapa hatinya sakit melihat kedekatan antara Ovel dengan Revan? Bukankah malah bagus gadis itu tidak lagi menempel padanya dan memilih orang lain. Dan anehnya lagi ia membenci kedekatan mereka.
Sekarang jam tujuh lewat lima belas menit dan semua orang sudah kembali ke tenda. Tak ada yang memperhatikan Ovel walaupun gadis itu sudah menghilang hampir selama satu jam dan ia juga tidak peduli. Ia lebih memilih untuk berjalan ke arah dapur, menyiapkan sarapan pagi dengan menu yang sama dengan semalam.
"Mau kubantu?" Ovel menoleh, gadis semalam yang bicara. Ovel mencoba mengingat siapa namanya tapi otaknya terasa buntu. Ia hanya mengangguk sebagai balasannya.
"Aku Lilan. Semalan kita tak sempat saling kenal." Gadis itu menjulurkan tangannya. "Aku harap kita bisa berteman." Kemudian tersenyum ramah. Ovel mencoba untuk tidak mempercayai senyuman itu tapi ia masih menerima jabatan tangan Lilan.
"Aku Ovel."
Kedua gadis itu mulai menyibukkan diri mempersiapkan sarapan, mulai dari memotong bawang, kemudian beberapa topping seperti bakso dan sosis. Beberapa menit kemudian dua orang lagi datang membantu. Ada sedikit rasa iri yang terselip di hati Ovel saat melihat Lilan dan kedua temannya itu saling melempar canda saat tiba-tiba salah satu gadis memulai pembicaraan dengannya.
"Omong-omong ini ya Ovel yang mantan pacarnya Dylan itu." Ovel menoleh saat ia yakin namanya disebut.
"Dulu, aku memang dekat dengan Dylan. Tapi sekarang sudah tidak lagi." Balasnya kembali dengan ekspresi biasa saja.
"Tapi sekarang kamu dekat dengan Revan, kan? Apa ada sesuatu di antara kalian berdua?" dengan cepat Ovel menggeleng. "Kami tidak ada hubungan apapun," Ucapnya kemudian. Ovel paham gelagat ini, sama seperti saat Vina bertanya padanya dulu. Salah satu di antara kedua teman Lilan ini pasti menaruh hati pada Revan.
"Bukannya tak ada. Tapi hanya menunggu waktu yang tepat saja." Revan yang menimpali. Sedari tadi pemuda itu ternyata mendengarkan. Kedua gadis ini kemudian berdecak kesal, lalu pergi begitu saja meninggalkan pekerjaan mereka. Lilan menyikut Ovel pelan, tertawa seperti tengah meledek teman dekatnya.
"Aku lebih mendukung hubunganmu dengan Revan dibandingkan dengan Dylan dulu. Dia pemuda yang baik." Revan menggaruk tengkuknya, tersipu.
"Aku masih akan terus menunggu, Vel. Sampai kapanpun."
-Everlyzd-
Tak ada kegiatan berarti pada hari kedua Ovel di perkemahan. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk kembali tidur walaupun matahari sudah berada di atas ubun-ubun. Ovel juga memilih untuk bermalas-malasan sekarang. Tubuhnya terasa sedikit penat setelah pagi ini kembali bekerja untuk menyiapkan sarapan. Ia memilih untuk duduk di depan tenda, dengan sebuah novel di tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/166618517-288-k924840.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...