Semua tenda sudah berdiri tegak. Api unggun sudah menyala merah. Sebagian orang sibuk lalu lalang menyiapkan makan malam, sebagian lagi hanya duduk-duduk sambil memetik gitar ataupun membentuk kelompok kecil dan bergosip. Ovel masuk ke kumpulan orang yang menyiapkan makan malam. Dylan masuk ke kumpulan orang yang duduk sambil memetik gitar-bersama Miko. Namun Revan sama sekali tidak terlihat batang hidungnya, entah ia pergi ke mana.
Nasi goreng dengan telur ceplok menjadi santapan makan malam mereka hari ini. Dengan tambahan beberapa potong sosis. Semua orang sudah mengantri dengan piring masing-masing. Ovel yang bertugas membagikan makanan dengan seorang lagi dari anggota cheerleader karena memang sedari tadi hanya ia yang terus-terusan berada di dapur perkemahan.
Revan masih tak terlihat, bahkan setelah antrian terakhir menyodorkan piringnya. Apa ini? Apakah Revan marah padanya? Tapi kenapa? Apa karena pernyataannya tadi siang? Ovel masih memikirkan kemungkinan yang terjadi sambil menyuap makanannya. Sepuluh menit kemudian setelah semua orang selesai makan malam, Revan datang. Ovel masih menawari pemuda itu makanan walaupun perasaan canggung tiba-tiba saja menghampirinya. Ia tidak mau bersikap brengsek dengan mengabaikan Revan. Setidaknya Ovel tahu, selama ini Revan selalu menolongnya. Hari pertama Ovel di perkemahan berakhir dengan pernyataan suka Revan dan rasa canggung yang menyelimuti mereka berdua.
Subuhnya Ovel terbangun oleh sirine nyaring pak Rudi yang seolah menusuk telinganya. Lingkaran hitam terlihat jelas di kedua matanya, ia kurang tidur. Rambutnya sudah berminyak dan harus seger di cuci. Ovel keluar dari tenda, merapatkan jaket kebesaran milik Leo. Matahari bahkan belum menampakkan sinarnya, tapi pak Rudi sudah berdiri di tengah api unggun dengan semangat yang membara.
"Pagi semuanya!!!" Riang pak Rudi dengan sebuah toa. Tak ada jawaban, semua orang sibuk mengusap matanya, menguap, meregangkan otot-otot yang kaku akibat tidur di tanah bahkan ada juga yang kembali memejamkan matanya sambil jongkok.
"Anak muda tidak boleh malas. Jawabannya harus lantang. Pagi semuanya!!!" ulang pak Rudi dengan suara yang lebih besar.
"Pagi pak." Suara semua orang terdengar malas. Sekarang masih terlalu pagi untuk beraktivitas. Pak Rudi kemudian menginstruksikan semua orang untuk bersiap jalan pagi menuju bukit belakang perkemahan, tak perlu mandi, cukup mencuci muka dan menggosok gigi saja. Semua orang menurut, melaksanakan perintah pak Rudi segera karena waktu yang diberikan sangat singkat. Lima belas menit kemudian mereka semua sudah berkumpul kembali di dekat api unggun. Tak ada lagi wajah lelah dan mengantuk, digantikan oleh wajah sumringah jalan pagi pertama mereka di perkemahan. Semua orang mulai bergerak saat instruksi diberikan. Ada yang saling mendahului, ada yang berlarian agar menjadi yang pertama sampai dan ada juga yang tidak peduli, Ovel salah satunya. Ia berjalan paling belakang, sendirian.
Subuh sudah mulai agak benderang. Pepohonan di sekitar perkemahan sudah mulai ramai dengan kicau burung. Ovel semakin melambatkan langkahnya. Ia ingin menikmati sejenak ketenangan ini, jadi ia lebih memilih duduk di salah satu batang kayu yang tumbang dan menyenderkan tubuhnya di pohon yang masih berdiri tegak. Headset sudah terpasang di telinga Ovel, mengalunkan nada lembut dari salah satu playlistnya. Gadis itu mulai memejamkan mata, menikmati semilir angin sepoi yang menerpa wajah dinginnya. Untuk sejenak Ovel merasakan ketenangan. Untuk sesaat Ovel merasakan pikiran kacau yang beberapa waktu ini menggerogoti otaknya sirna. Sepertinya Ovel terlelap sekarang.
-Everlyzd-
Revan masih belum sanggup menatap wajah Ovel sejak kemarin siang. Ia merasa pipinya akan selalu bersemu merah untuk saat ini ketika harus bertatapan dengan Ovel. Memikirkan gadis yang menyukai warna biru itu saja sudah membuat jantungnya berdetak kencang, memompa darah dengan cepat menuju wajahnya hingga kini sepertinya sudah semerah tomat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Ficção AdolescenteFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...