"Kita putus saja."
"Baiklah."
Kabar putusnya Ovel dan Dylan menjadi topik hangat di kalangan siswa, apalagi belum genap dua puluh empat jam mereka putus, Dylan sudah menggandeng Vina. Keduanya terlihat mesra, bahkan sangat serasi, berbeda jauh saat Dylan berpacaran dengan Ovel. Tawa lepas Dylan terlihat begitu bahagia. Pemuda itu sekarang secara terang-terangan mengatakan kalau Vina adalah miliknya, kekasihnya, pacarnya. Ovel tersenyum kecut, ternyata ia sangat egois saat meminta Dylan menjadi pacarnya dulu.
"Orang gila pun juga tidak mau jadi pacarnya. Mana ada orang yang mau jadi pacar gadis dingin itu."
Ucapan Dylan seminggu yang lalu masih terngiang di benak Ovel. Benarkah kalau ia sedingin itu? Sampai tidak ada yang mau menjadi kekasihnya.
"manager."
"kenapa?" ucapnya sambil tersenyum, kaku memang, dan juga sedikit menyeramkan dengan lingkaran panda di sekeliling matanya.
"Di-dipanggil pak Rudi."
"Oke." Ovel bangkit, tumben pak Rudi memanggilnya saat jam bebas seperti ini.
"Dia sangat menakutkan. Hampir saja aku berteriak saat dia tersenyum seperti itu. Membuatku merinding saja." Ovel menulikan telinganya. Bahkan sebelum ia berpacaran dengan Dylan pun, sudah sangat banyak orang-orang yang berbicara hal buruk di belakangnya. Jadi hal ini tidak menjadi beban pikiran sedikitpun bagi Ovel. Ia hanya harus kembali ke kebiasaan awalnya, menyumbat kedua telinganya dengan headset agar ia tidak mendengar suara-suara dunia yang sangat membencinya.
Ovel berjalan menuju ruang guru, tempat dimana pak Rudi berada. Disana sudah berdiri Revan yang sepertinya juga tengah menunggu pak Rudi. Lima menit kemudian guru berperawakan kekar itu datang.
"Oh. Sudah datang ya. Gimana? Apa rencana buat liburan kali ini?"
"Maksud bapak?" Ovel menyanggah. Maklum ini kali pertamanya bergabung dalam suatu perkumpulan dan ia tidak terlalu mengerti.
"Kamu belum diberi tahu Revan? Tim basket tiap tahun selalu mengadakan kegiatan untuk mengisi liburan akhir semester. Tahun kemarin pergi ke gunung. Tahun ini mau kemana kapten?"
"Kalau camping bagaimana pak?"
"Camping ya." Pak Rudi nampak berpikir sejenak. Beliau mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, terlihat setuju dengan ide Revan.
"Boleh juga, sudah kamu cari tempat yang bagus?"
"Ranca upas bagaimana pak?"
"oh. Bagus, dua minggu lagi kita pergi. Kalau di kalender itu tanggal...-" Pak Rudi membalikkan kalender yang ada di mejanya.
"Tanggal 12 Juli. Kita menginap di sana seminggu."
Camping selama seminggu di tempat antah berantah yang sama sekali tidak diketahui Ovel sudah membuat kepala gadis itu berdenyut, ditambah lagi ia harus menghabiskan waktu dengan Dylan yang notabenenya adalah mantan pacarnya.
"Maaf pak, sepertinya saya tidak bisa ikut."
Pak Rudi dan Revan lantas menoleh pada Ovel bersamaan, disertai ekspresi bingung keduanya.
"Manager harus ikut lah. Tidak ada alasan untuk tidak ikut."
"Saya benar-benar tidak bisa pak," ucap Ovel meyakinkan pak Rudi. Pak Rudi tetap bersikeras.
Setelah pertemuan tadi, Ovel kembali ke lapangan basket. Di sudut lapangan tak jauh dari tempatnya duduk, Dylan masih bermesraan dengan Vina membuat hati Ovel berdenyut sakit. Ia tidak menikmati classmeeting ini sama sekali. Ovel membenamkan kepalanya di antara kedua sikunya. Air matanya entah kenapa mendadak keluar, Ovel menangis tanpa suara. Tak ada isakan yang terdengar, namun seluruh tubuhnya bergetar. Ia terluka. Jauh dilubuk hatinya ia benar-benar terluka. Rasa sakit yang untuk pertama kalinya ia rasakan dalam hidupnya. Samar-samar Ovel mendengar suara Dylan, gadis itu menatap dari celah lipatan tangannya. Dan benar saja, pemuda yang kemarin masih berstatus sebagai kekasihnya itu kini digandeng oleh Vina beranjak entah menuju ke mana.
Kamu gadis bodoh, Ovel.
Hanya itu kata-kata yang terus diulang Ovel dalam hati. Merutuki dirinya sendiri serta perasaannya yang masih saja menyukai Dylan, walaupun pemuda itu secara terang-terangan menyakitinya seperti itu. Ia harus melupakannya, ia harus mulai melepaskan Dylan pemuda yang bahkan sama sekali tidak menyukainya.
-Everlyzd-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Ficção AdolescenteFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...