Acara penutupan perkemahan ini di mulai pukul 8 malam-setelah sholat isya tentunya. Semua siswa diharuskan untuk makan malam terlebih dahulu, setelah itu akan diadakan acara selingan seperti bermusik ataupun games kecil-kecilan yang tentu saja akan dipandu oleh pak Rudi. Sekitar jam setengah sepuluh api unggun akan dinyalakan dengan semua orang akan melingkari si jago merah tersebut seperti sekarang.
Sudah lewat sepuluh menit sejak api unggun dinyalakan. Semua orang tampaknya sangat menikmati acara malam ini, terlebih lagi saat nanti jurit malam diadakan. Ovel cukup bernapas lega mengingat ia tidak harus berjalan sendirian nanti di tengah hutan. Ia akan memasuki hutan dengan dua orang lainnya. Saling berpegangan tangan dan saling menguatkan di saat nanti ada hal-hal menakutkan yang mucul. Walaupun semua itu adalah ulah beberapa orang anggota tim basket dan cheerleader, tapi tetap saja menakutkan. Ia tidak ingin tertinggal sendirian. Ovel sudah berencana akan memegangi tangan Lilan dan juga ujung jaket Miko. Sebuah rencana bagus yang terpikirkan gadis enam belas tahun tersebut.
Jantung Ovel tak henti-hentinya menggebu saat tahu jurit malam akan di buka lima menit lagi. Pak Rudi sudah mengambil tempat dihadapan semua orang yang kini tengah berbaris. Memberikan instruksi mendetail mengenai rute serta checkpoint.
Ada 2 checkpoint yang harus di lalui. Checkpoint pertama harus memecahkan sandi morse. Dan untuk checkpoint kedua adalah menjawab lima buah soal yang berkaitan dengan indonesia. Ovel cukup percaya diri untuk melalui keduanya.
Tim pertama sudah masuk ke dalam hutan sesuai dengan instruksi pak Rudi, dua orang perempuan dan satu lelaki. Di ujung jalan sana tepat sebelum persimpangan menuju checkpoint 1 Ovel sudah bisa melihat bayangan putih-putih samar yang berdiri di antara pepohonan, bersembunyi. Benar saja, saat ketiganya berada tepat di persimpangan itu, sebuah teriakan melengking langsung menggema di hutan, membuat orang-orang tawa mereka yang ada di perkemahan pecah. Dan teriakan itu terus menerus terdengan selang beberapa menit mereka memasuki hutan.
"Apa kau cukup berani untuk masuk ke sana sendirian?" Ovel menggeleng keras. "Makanya nanti aku akan memegangi tanganmu dan juga Miko," ucap Ovel pada Lilan. "Biar kalian berdua tidak meninggalkanku sendirian." Sambungnya lagi. Lilan terkikik geli, begitu juga Miko yang menyunggingkan sebuah senyuman.
"Eh. Tapi, apa kalian melihat Revan? Sejak makan malam tadi aku sudah tidak melihatnya lagi."
"Revan ada di checkpoint dua. Dia yang nantinya akan memberikan pertanyaan kuis. Kenapa? Kamu kangen Revan?"
"K-kangen apanya? Aku hanya bertanya."
"Ya sudah. Aku kan juga Cuma menjawabnya saja. Lagi pula wajahmu tidak harus memerah seperti itu juga."
Ovel merotasikan bola matanya kemudian ia mundur selangkah ke belakang, mengipasi wajahnya yang memanas. Setidaknya sekarang ia sudah yakin kalau ia benar-benar menyukai Revan.
Teriakan lengking kembali terdengar bersamaan dengan suara tangis. Tim pertama sudah kembali dari hutan dan mereka tampak putus asa. Kedua gadis itu menangis menandakan kalau 'hantu' yang akan menakuti mereka di dalam hutan sangatlah menakutkan. Ovel menggigit bibir bawahnya. Ia mengekori Lilan dan Miko masuk ke dalam hutan setelah instruksi dari pak Rudi.
"Jalannya pelan-pelan saja ya." Pinta Ovel pada Lilan. Gadis itu memegang erat tangan Lilan. Sesekali pandangannya bergerak liar, mencari sosok putih-putih yang tadi sempat dilihatnya.
Sebuah lompatan ke arah jalan setapak yang saat ini mereka lalui membuat Ovel berteriak cukup keras. Ini putih-putih yang di carinya tadi. Sesosok manusia yang terbungkus kain serta riasan tebal di seluruh wajahnya. Gadis itu melepaskan pegangan tangannya dari Lilan, kemudian berbalik hendak kembali ke perkemahan. Di sini terlalu menyeramkan, walaupun faktanya Ovel tahu bahwa yang terbungkus dengan kain putih itu hanyalah manusia biasa seperti dirinya. Dengan memberanikan diri, Ovel kembali berjalan lurus ke depan, menuju checkpoint satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unnoticed (COMPLETE)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca yaa Lovelia Anastasia. Si wajah datar tanpa ekspresi tiba-tiba saja 'nembak' seorang cowok yang ditemuinya didepan sebuah cafe hanya karena saran dari kakaknya Dylan Dirgantara namanya. Bukan Dylan yang selama ini kalian ke...