Setelah itu hari-hariku diisi dengan bermain bersama Mas Kevin, walaupun tidak setiap hari sih. Rasanya aku memiliki Kakak yang sangat baik, selalu tahu cara menyenangkanku, di saat itu.
Hingga pada waktu itu, Mas Kevin bilang kalau dia mau pergi ke Kudus. Mau seleksi untuk Badminton Djarum, katanya.
"Ta." Aku menoleh, saat itu kalau tidak salah aku sedang bermain pasir di hadapannya dan dia juga banyak diam hari itu.
"Besok aku ke Kudus." Saat itu responku sangat santai, aku bahkan mengira dia akan pulang besoknya atau lusa. Pokoknya aku tidak berpikir kalau dia tidak akan kembali.
"Ngapain?" Tanyaku sambil membentuk namanya dengan pasir. "Mau audisi Djarum." Aku hanya mengangguk-angguk saat itu, lalu melanjutkan bermain dengan anak komplek lainnya.
Besoknya, pagi-pagi sekali aku dibangunkan Ibu, katanya ada yang mau ketemu. Saat itu kulihat Mas Kevin senyum, dan pertemuan terakhir itupun diakhiri sangat singkat.
"Doakan aku lolos." Katanya, lalu pamit juga sama Ibu dan Mbok Din.
Lalu setelah itu, aku tidak pernah bermain lagi dengannya. Aku tidak tahu harus menghubungi dia kemana karena aku tidak punya telepon saat itu.
Dan pada pertengahan tahun 2007, Ibu membawaku pindah ke Kalimantan karena mutasi pekerjaan, dan aku ikut-ikut saja saat itu.
Terkadang, aku bertanya dalam hati mengenai kabarnya dan apa saja yang sudah dia lalui sampai saat ini.
Tapi yasudahlah, mungkin belum rejekiku untuk bertemu dengan dia. Mungkin tahun depan, atau beberapa tahun lagi, pikirku saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kevin
Teen FictionDia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi ingatan abadi untukku tentang kasih pertama yang berbeda kurasakan. Tentang Mas Kevin, si pemain gan...