15. Ibadah Berdua dan Hari Terakhir

1.8K 155 7
                                    

Hari ini Sabtu malam dan seharian kuhabiskan di kamar kos. Membersihkan apa yang bisa dibersihkan dan mengorganisir barang-barang seperti biasa, lalu menonton drama Korea. Beberapa hari terakhir kuhabiskan dengan Mas Kevin, kecuali hari ini. Katanya ada acara sama teman-temannya, dan aku juga tidak menuntut dia untuk selalu bersamaku sih.

Omong-omong, aku sedang menonton Whats Wrong with Secretary Kim dan tertunda ditengah-tengah karena si Ciumbrella menelepon.

"Iya mas?"
"Lagi apa non? Kenapa belum tidur?"
"Nonton drama! Coba Mas Kevin tonton nih."
"Lah, gak ah."
"Nyesel lho nanti. Ada apa telpon, mas?"
"Butuh alasan ya nelpon kamu?"
"Eng.. Ya, gitulah mas."
"Yaudah, alasannya saya mau tau kabarmu."
"Baik, Mas Keviiinnn."
"Gak macem-macem kan sehari ini ga ketemu?"
"Gak lah, kan aku anak baik."
"Bobo yuk, Ta. Udah jam setengah sebelas. Besok pagi-pagi saya jemput."
"Iya mas."
"Dandan yang cantik tapi ga berlebihan. Pake dress warna putih."
"He? Pake dress?"
"Kalo gak ada, kita beli aja dulu."
"Gausah! Ada kok, mas."
"Oke non."
"Mas.."
"Iya, Sinta?"
"Jangan lupa cuci muka, sikat gigi dan cuci kaki sama tangan."
"Iya, bosku. Laksanakan."
"Selamat malam, Mas Kevin."
"Tidur yang nyenyak, Cinta."

***

Aku buru-buru mandi dan bersiap. Aku bahkan bingung mau kemana, padahal ini hari Minggu dan disuruh dandan. Apa dia butuh teman untuk menghadiri acara? Tapi, kan, temannya banyak. Lagian, acara apa jam segini? Aku bersiap-siap sambil bertanya-tanya dalam hati, sampai akhirnya selesai bertepatan dengan Mas Kevin bilang kalau dia di depan.

Saat kubuka pintu, terlihat Mas Kevin juga memakai baju hem putih dengan celana panjang berwarna krem, tidak lupa dengan pantofel nya yang mungkin harganya tiga kali lipat kosku.

"Selamat pagi, non." Kata Mas Kevin sambil memasangkan sabuk pengamanku. Rasanya seperti terbiasa dipasangkan Mas Kevin begini, terimakasih semesta dan pencipta.

"Iya, mas. Kita kemana?" Mas Kevin hanya tersenyum tapi artinya seperti,'coba tebak ayo kemana.' Aku diam sebentar dan memanyunkan bibirku ke arahnya, diikuti tawanya yang membuatku terkekeh.

"Mas, bentar!" Kataku sebelum Mas Kevin memindahkan persneling. "Kenapa, cinta?" Mas Kevin menoleh, ekspresinya seperti gemas. Aku mengeluarkan teleponku yang sudah dalam fitur kamera untuk selfie dan terkekeh. Mas Kevin langsung mendekat, lalu tersenyum di kamera. Lalu foto kedua, dia menyandarkan kepalanya di pundakku sambil tersenyum hangat. Astaga, aku mau gemetar. Sesudah itu, kami langsung jalan ke tujuan yang Mas Kevin belum bilang.

Aku hanya main Instagram di jalan, sesekali membaca berita di Line Today, sampai akhirnya aku sadar mobil masuk halaman suatu gedung.

Katedral Santa Maria. Astaga, pantas saja Mas Kevin menyuruhku bersiap dan memakai dress yang senada dengan pakaiannya. Maafkan kelambatan berpikirku yaTuhan.

Tapi, aku masih deg-degan. Ibadah bareng Mas Kevin dan seperti sudah direncanakan dengan baik, aku salah tingkah sekali.

Memasuki gedung, aku dan Mas Kevin pasrah saja duduk di mana, asal bisa ikut misa. Ternyata dapat di tengah-tengah. Selama misa berlangsung, terasa sangat khusyuk sampai aku dan Mas Kevin tidak ada menoleh sama sekali. Sampai akhirnya sang Pastor memimpin untuk salam damai, aku terkejut sekali.

Mas Kevin mencium pipiku dengan lembut setelah salam, aku malu sekali. Buru-buru kusalami umat yang lain tanpa melihatnya. Dia menyebalkan! Suka sekali membuatku salah tingkah.

***

Selesai keluar dari gedung, aku baru memperhatikan ada usaha dana yang menjual beberapa makanan ringan. Tanpa ba-bi-bu, aku langsung menggandeng Mas Kevin untuk jajan. Gorengan, jus, lauk untuk makan berat, kuborong saja hitung-hitung bantu usaha dana Gereja. Sempat terjadi perdebatan antara aku dan Mas Kevin karena aku mau membayar sendiri, dia tidak setuju.

Tapi, aku langsung cerewet di depannya, jadi dia kalah debat denganku. Hehehe.

Lalu kami menyadari kalau posisi mobil masih terjebak dan tidak bisa bergerak kemana-mana. Jadi kami memutuskan diam di mobil sambil memakan jajanan tadi daripada tidak ada kerjaan.

"Ta, liat sini." Kata Mas Kevin, lalu dia mengajakku selfie. Aku tersenyum sebahagianya menghadap kamera, sementara Mas Kevin seperti kemarin-kemarin saja senyum datar.

"Besok saya pergi lama, Ta." Kata Mas Kevin di sela-sela aku menikmati gorengan. Aku menatapnya, belum berbicara sedikitpun.

"Saya dari minggu lalu rasanya ngebet banget mau ketemu kamu terus. Berdoa biar semuanya berjalan lancar. Ternyata kamu juga mau mau aja. Saya baru balik Oktober nanti, Ta." Katanya lagi, dengan tatapan seperti,'Ayok, ngomong, jangan diem natap terus.'

"Buat aku, mas bukan orang jahat. Mas juga bikin aku seneng dalam waktu seminggu." Kataku sambil menepuk-nepuk tangannya. "Hati-hati, mas. Jaga kesehatan. Jangan mikir jelek, semangat terus." Tambahku. Mas Kevin tersenyum, lalu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Saya ajak kamu misa hari ini, ya karena dari kemarin saya berdoa aja biar dilancarin jalan sama kamu. Terus dikasih lancar-lancar, yaudah bawa kamu sekalian berdoa sama-sama." Katanya, lalu mengambil satu pisang goreng. Aku tersenyum balik, dia baik sekali.

***

"Mas, rumah siapa ini?" Mas Kevin memarkirkan mobil di suatu rumah, termasuk mewah, sih. Aku bingung, biasanya dia di pelatnas saja, apa ini rumah pribadinya?

"Rumah Koh Sinyo, Ta." Kata Mas Kevin sambil melepas sabuk pengamanku. "Lho? Kok?" Tumben sekali Mas Kevin mengajakku kesini, mana aku juga tidak kenal Koh Sinyo seperti Mas Rian.

"Ta.. Makanan yang kamu bawa dari Gereja tadi haram. Kita makan bareng mereka aja." Aku terkekeh, baru teringat tadi yang kubeli apa saja. "Lagian, biar kamu kenal sama Ci Agnes. Nanti ada temen nunggu Bang Toyib masing-masing." Tambahnya, lalu keluar mobil.

Aku hanya membuntuti Mas Kevin, sambil melihat eksterior dan taman sekitar rumah. Cantik sekali! Untuk ukuran pasangan suami isteri baru, mereka akan kelelahan membersihkan rumah ini jika tidak ada yang membantu.

"Koh Sinyoritaaaa." Kata Mas Kevin sambil menggedor-gedor pintu, seperti rumahnya sendiri. Sampai ada yang membuka, perempuan dengan rambut sebahu dengan pakaian rumah.

"Eh, Kevin! Pasti ini si Sinta." Aku mengulurkan tanganku, tanda ingin bersalaman dan diapun mengulurkan tangannya. "Agnes." Katanya, lalu tersenyum.

"Oi! Masuk sini!" Terdengar suara Marcus, atau yang biasa dipanggil Koh Sinyo yang perlahan menampakan diri. Diikuti dengan Ci Agnes yang mempersilahkan kami masuk, jadi aku membuntuti Mas Kevin saja.

Setelah itu hanya perbincangan tentang persiapan Mas Kevin dan Koh Sinyo besok, lalu obrolanku dengan Ci Agnes seputar sekolah dan apa yang biasa dia lakukan saat Koh Sinyo pergi. Sambil makan makanan dari Gereja tadi, tentu saja.

***

"Ta, jam lima nih. Ayok pulang." Kata Mas Kevin sambil menepuk pundakku. Agak sedih sih harus pulang, tapi Mas Kevin juga butuh persiapan. Aku langsung pamit saja sama Koh Sinyo dan Ci Agnes, mereka sudah pantas sekali jadi Bapak dan Ibu.

"Mas, ke pelatnas aja mau gak?" Mas Kevin langsung menoleh padaku, dahinya berkerut karena dia bingung. "Aku mau bantu kamu siap-siap. Nanti aku pulang sendiri aja, gausah anter. Biar kamu bisa istirahat." Jelasku.

"Pulang sendiri apaan, kamu tuh pergi sama saya ya berarti pulangnya harus sama saya." Katanya tidak setuju sambil memasangkan sabuk pengamanku. "Tapi, kan, maksud aku biar kamu gak capek gitu mas. Yaudah, aku langsung ke kos aja." Kataku sedikit menunduk dan main telepon karena bete.

"Saya gak pernah ngeluh capek sama sekali kalo sama kamu." Katanya lagi, lalu menjalankan mobil.

***

"Dadah, Ta." Kata Mas Kevin waktu aku melepaskan sabuk pengamanku. "Sampai ketemu bulan Oktober." Tambahnya dengan senyum agak tidak ikhlas.

Aku menatapnya dulu, lalu menepuk-nepuk tangannya.

"Mas Kevin nanti sehat-sehat. Semangat terus, jangan lupa berdoa." Kataku. "Iya, Cinta. Doain saya, lumayan kalo kamu bisa bangga sama saya nanti." Jawabnya sambil memegang tanganku yang tadi menepuk-nepuk.

"Balik aja, mas. Kamu belum beres siap-siap juga." Kataku sambil bersiap untuk turun mobil. Tapi tanganku ditarik Mas Kevin, belum sempat aku menoleh atau berbicara, dia langsung memelukku.

"Saya pasti balik ke kamu lagi, Ta.."

Mas KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang