14. Bahagia

1.7K 158 5
                                    

"Ta, liat sini. Senyum." Aku menengok dan tersenyum, mengikuti instruksi Mas Kevin. Ternyata dia bersiap-siap mengambil fotoku, lalu mengelus kepalaku setelahnya.

Saat ini kami terjebak macet karena ada mobil kecelakaan di depan, kata waze sih. Makanya Mas Kevin bisa main telepon dan menengok ke arahku.

"Ta." Panggil Mas Kevin lagi. Aku menoleh, dan dia seperti biasa bersandar di headrest jok. "Iya, mas?" Kataku, mengikuti posisinya. Bertatap-tatapan seperti film India.

"Pernah risih gak sama perlakuan saya?" Katanya tiba-tiba. Aku menatapnya dulu, mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan.

Tapi aku malah tersenyum karena salah tingkah mengingat yang sudah dia lakukan. Dia senyum juga akhirnya, lalu tertawa kecil.

"Murah senyum sekali, Agatha Sinta.." Katanya sambil menjalankan mobil, lalu menarik rem tangan lagi karena, yah, kami stuck.

"Gak ada kok mas. Aku seneng-seneng aja." Kataku sambil menepuk-nepuk tangan Mas Kevin. Dia tersenyum, mengelus kepalaku juga. Aku senang sekali rasanya kalau situasi seperti ini. Baru kali ini aku bersyukur karena terjebak macet.

Aku jadi teringat, buru-buru kuambil teleponku dan memencet fitur kamera. Aku jadi ingin mengabadikan momen ini, kalau bisa sebanyak-banyaknya. "Mas, selfieeee...." Kataku sambil memposisikan telepon dengan benar. Mas Kevin mendekat, memberikan senyumnya yang sangat manis. Foto-foto itu segera kukirim ke Ibu, lalu kubuka lagi aplikasi Instagram dan kufoto Mas Kevin. Brightnessnya kuturunkan sih agar tidak terlihat jelas itu siapa, lalu kuunggah di Snapgram.

For the first time, I thank God for stuck in traffic.

***

Selepas kami bebas dari macet, Mas Kevin membelokan mobil ke restoran cepat saji dan memilih jalur drive thru. Aku jadi ingin makan lagi karena kepalaku pusing, lumayan juga makan micin. Hehehe.

"Ta, cariin kartu mekdi di dompet, dong." Kata Mas Kevin sambil memberikan dompetnya padaku. "Mau apa?" Katanya lagi.

"Nasi sama ayam." Kataku sambil mencari kartu yang dimaksud. Setelah dapat, aku memberikan kartu itu kepada Mas Kevin dan terfokus pada foto di dalam dompet.

Ada fotonya saat kecil dan lucu sekali, sampai aku tersenyum sendiri melihatnya. "Fotoin aja kalo mau." Kata Mas Kevin yang entah sejak kapan memperhatikanku. Rasanya tadi dia sibuk memesan makan dan menyetir ke blok pengambilan makanan.

"Hehe." Aku terkekeh dan segera menjepret fotonya di dompet. Diam-diam kujadikan lockscreen telepon, semoga dia tidak tahu.

***

Saat ini kami berada di parkiran restoran cepat saji, dan memakan pesanan di dalam mobil, seperti saat itu.

"Laper banget, Ta?" Kata Mas Kevin memperhatikanku makan. Sepertinya aku terlihat rakus karena cepat-cepat, kepalaku sudah seperti ditekan-tekan banyak orang.

"Laper banget sih nggak, mas. Cuma pusing banget, jadi harus makan nasi." Kataku sambil menyuap makanan. Astaga, lucu sekali saat ini. Makan berdua, di dalam mobil, berhadapan disertai dengan bau makanan yang semerbak di dalam mobil.

"Tadinya sengaja sih ambil jalan itu, biar kejebak macet berdua sama kamu. Ternyata kamunya udah pusing, maaf ya." Kata Mas Kevin disela makannya. Aku jadi teringat dia beberapa kali minta maaf padahal aku tidak keberatan sama sekali.

Aku tersenyum malu mendengar rencananya, lalu memiringkan kepalaku sebentar. Menunjukan kalau aku senang barusan, hehehe.

"Makasih, mas." Dia bingung, tatapannya seolah bertanya,'apanya yang makasih?' jadi aku buru-buru bersuara lagi. "Buat usahain segitunya cuma buat aku." Mas Kevin langsung tersenyum dan mengangguk-angguk.

Selesai makan, Mas Kevin langsung mengendarai mobil. Suasana hening, diiringi lagu Love of My Life dari Queen yang mengisi mobil ini. Aku memandang jalanan yang padat, sesekali mengecek teleponku.

"Ta." Aku menoleh, Mas Kevin masih fokus memandang ke depan. "Iya, mas?" Kataku tetap memperhatikannya. "Gapapa, mau panggil namamu aja." Katanya tersenyum, sambil menatap jalan di depan.

"Hehe, Mas Keviiiiinn." Kataku mendekat. Mas Kevin menoleh sebentar, lalu menepuk pelan pipiku. Astaga, aku mau meledak saja!

***

"Ta.. Sampe" Aku merasakan ada tangan yang mengelus pelan kepalaku, dan suara yang memanggilku berkali-kali. Lalu aku sadar, aku tertidur. Aku terkejut dan langsung membuka mata lebar-lebar. Mas Kevin tersenyum, tetap mengelus pelan kepalaku.

"Gapapa, ini saya. Udah sampe non.." Katanya sambil menggerakan dagu, seakan menunjuk. Aku menoleh, ternyata sudah di depan kosku. Aku terdiam sebentar karena malu, kenapa harus tertidur tadi dan artinya Mas Kevin melihatku dengan wajah tidak wajar.

"Gamau turun non? Mau ikut ke pelatnas lagi ya?" Kata Mas Kevin dengan nada agak mengejekku. Aku memanyunkan bibirku sambil menepuk-nepuk tangannya, lalu membereskan barangku.

Mas Kevin tiba-tiba merapikan rambutku dan menepuk-nepuk pelan pipiku,"Mau, kok. Aku kangen gulingku." Jawabku dengan nada agak sok biar dia tidak mengejekku lagi, tapi dia malah tertawa. "Sana, nanti saya bawa beneran ke pelatnas." Kata Mas Kevin lagi.

Aku buru-buru keluar mobil, lalu berdiri di pinggir jalan seperti biasa menunggu Mas Kevin pergi. Terlihat jendela mobil sebelah penumpang terbuka, lalu Mas Kevin menengok dan bersuara,"Ta, sun jauh!" Dan, seperti biasa, aku malu. Jadi aku hanya melambaikan tangan.

***

Selesai mandi, aku melihat teleponku. Yah, ada notifikasi sukur, gak ada juga yasudah.

Lalu aku yang seharusnya melakukan perawatan wajah malam jadi terhenti karena sibuk buka Instagram. Omong-omong, aku percaya aku tidak sendiri dalam hal ini.

Lalu ada Snapgram Mas Kevin yang sudah kupastikan itu aku. Fotoku tertidur tadi, untung menghadap ke sisi yang lain. Tapi aku fokus ke caption yang diketik Mas Kevin, katanya:

of all these friends and lovers, there is no one compares with you.

Aduh, aku ambyar.

Mas KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang