Setelah itu, notifikasi teleponku langsung berbunyi dengan beruntun. Yah, gak selebay itu juga sih.
Belum sempat menjawab line dari teman-temanku, Ibu sudah menelpon duluan.
"Halo?"
"Ciyeeee, buwangga lho aku ada mukamu di Instagram Kevin Sanjaya. Pantes gak ada kabarnya, asyik berkencan ternyata. Doa orangtua tuh selalu didengar ya, Ta."
"Apaan lah, bu. Emang Ibu habis doa apa?"
"Bermohon supaya anak Ibu yang jomblo dua puluh satu tahun bisa ditengok sama Kevin Sanjaya."
"Ih, untung terkabul."
"Sikat terus, jangan sampai lolos. Dah ya, kalo ada apa-apa bilang sama Ibu. Ibu mau nonton serial Baper Aa Utap dulu."
"Terserah Ibu, terseraaaah."Lalu ada beberapa chat dari teman kuliahku. Tara, Sera, Kia, dan Brian yang paling dominan.
Omong-omong, kalau ingat, Brian adalah orang yang dimaksud Ibuku waktu kami mengobrol di telepon waktu itu, karena Brian menyukaiku.
Dia sudah menyatakannya, jadi aku tidak kepedean.
Dia anak Fakultas Teknik dan berada di Departemen Teknik Sipil di kampus yang sama sepertiku. Kami hanya bertemu saat ospek padahal, dan setelah itu aku tidak pernah bertemu dengan intens karena aku di Salemba dan dia di Depok. Kalau tidak salah, Brian mengambil peminatan struktur.
Kenapa aku tidak ingin mencoba dengan Brian saja? Karena aku percaya Tuhan kasih kesempatan untukku bertemu Mas Kevin, itu saja sih.
Dan, ya, semuanya bertanya kenapa bisa dan apa hubunganku dengan Mas Kevin.
Belum sempat aku membalas celotehan teman-temanku, Mas Kevin sudah menelpon duluan. Omong-omong, namanya sudah kuganti menjadi 'Ciumbrella'.
"Iya, mas?"
"Kok belum tidur?"
"Aku ditelponin Ibu tadi, terus masih bersihin muka ini."
"Oh, ya? Apa kata Ibu?"
"Katanya bangga ada mukaku di Instagramnya Mas Kevin, terus udah aja sih."
"Salam ya buat Ibu. Bilangin, nanti Kevin upload banyak deh foto bareng Sinta."
"Ahaha, yaudah mas nanti disampaikan."
"Saya gak bisa tidur, Ta."
"Eh? Kenapa mas?"
"Gak tau. Mau ngomong sama kamu aja jadinya."
"Hehe, iya mas. Aku temenin."
"..."
"..."
"Ta.."
"Iya, mas?"
"Makasih sudah jadi perempuan yang baik hati. Saya udah ngantuk, kamu gimana?"
"He.. Iya mas. Yaudah, aku tidur juga mas."
"Bareng ya.. Selamat tidur, selamat malam Sinta."
"Iya mas. Selamat tidur, selamat malam Mas Kevin."
"Tidur nyenyak, ta.."Lalu telepon terputus begitu saja. Semakin kesini, aku hanya ingin mengikuti alur saja. Aku selalu salah tingkah, aku takut semua perkataan dan perlakuanku padanya malah membuat dia risih.
Tapi, Tuhan, sekali lagi aku berterima kasih karena sudah berikan kesempatan untuk diucapkan selamat malam dari cinta pertamaku.
***
Pagi ini aku mencuci pakaian kotor yang sudah menumpuk. Biasa, kalau tidak menumpuk, tidak akan kucuci. Lalu lanjut membersihkan kamar mandi dan merapikan seisi kamarku, agar terlihat lebih wajar untuk menjadi tempat tinggal. Tidak lupa langsung mandi karena sebuah kenikmatan mandi dalam keadaan gerah.
Krucuk krucuk
Aku mengelus perutku, saat ini pukul 11 dan aku belum makan. Wajar saja aku lapar setelah melakukan kegiatan tadi. Saat ingin memencet aplikasi ojek online, sudah ada notifikasi dari Ciumbrella seperti ini:
Ciumbrella
TaaaaaaCiumbrella
LapaaarrrCiumbrella
Makan yuukAku tersenyum, lagi-lagi timing yang pas. Lalu kujawab begini:
Sinta
SamaaaaSinta
Ayoook mauuuLalu setelah itu Mas Kevin gercep meneleponku.
"Iya, mas.."
"Mau makan dimana Ta?"
"Terserah, kan mas yang ajak."
"Gak mau terserah."
"Ih, kok gitu?"
"Terserah nya perempuan berbahaya. Bisa-bisa kita makan jam 9 malam nanti kalo jawabannya terserah."
"Hehe, gimana kalo makan pecel mas?"
"Aduh, ayok. Makin laper rasanya. Cepet keluar ya Ta."
"Ha? Mas dimana?"
"Depan kosanmu."
"He?! Bentar, mas!"Telepon kututup sepihak, kuintip dari jendela dan benar ada mobil Mas Kevin disana. Aku langsung mengganti pakaian dan memoles liptint pada bibirku, mengambil tas dan buru-buru mengunci pintu.
"Mas sejak kapan?!" Tanyaku heboh. "Baru aja, dua puluh menit." Katanya sambil memperhatikanku. "Kok gak langsung ngomong, sih?" Mas Kevin tersenyum tanpa menatapku, lalu menjawab,"Mau menikmati kamu dari jauh dulu, kan tadi nyuci terus jemur pakaian. Kelihatan kok." Aku terdiam sebentar, lalu tidak bisa menahan senyumku.
"Ah.." Gumamku sambil memalingkan wajahku. Omong-omong, aku berusaha keras saat ini agar anggota tubuhku tidak melakukan banyak gerak refleks yang menyita perhatian (baca: salah tingkah.)
"Gausah malu-malu, jadi makin imut tau." Katanya sambil mengelus puncak kepalaku.
Astaga Tuhan, aku ambyar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kevin
Teen FictionDia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi ingatan abadi untukku tentang kasih pertama yang berbeda kurasakan. Tentang Mas Kevin, si pemain gan...