Aku dan Mas Kevin duduk di atas kapal pesiar waktu hari mulai sore, menikmati angin yang terus menabrak kami dari arah berlawanan.
"Mas?" Panggilku, lalu menatap wajahnya yang tak henti tersenyum hari ini.
"Iya, sayang?"
"Gak papa." Urungku salah tingkah, lalu memilih untuk bersender pada dadanya.
"Dih, pake acara malu-malu kucing. Udah jadi istri juga.." Ejek Mas Kevin yang membuatku semakin salah tingkah.
"Mau bilang apa sih?" Tanya Mas Kevin gemas, lalu menangkup wajahku kemudian terkekeh.
Cup
Cup"Tadinya mau bilang makasih aja sama kamu." Jawabku terpaksa tapi enggan menatap matanya.
Gimana mau natap matanya kalau dia udah senyam-senyum ngejek?!
"Makasih kenapa?" Tanyanya bingung, namun tidak menghilangkan senyuman menyebalkannya.
"Makasih udah kasih aku kesempatan lagi buat bareng kamu. Harusnya kan kamu bisa sama perempuan lain aja, tapi kamu tetap hubungin aku. Udah lah, pokoknya gitu aja." Jelasku dengan cepat, membuat lelaki di sebelahku butuh waktu sejenak untuk proses kata yang masuk.
"Ha? Kamu kebanyakan minum ya tadi malam?" Tanya Mas Kevin heran, malah meletakkan punggung tangannya di keningku.
"Ah, tau ah mas. Sebel." Ucapku merajuk, lalu melangkah ke bar.
***
Malam itu malam terakhir yang kami habiskan di kapal pesiar yang disewa Mas Kevin. Bulan madu, katanya. Secara Mas Kevin selalu sibuk dan lebih sering di luar negeri bertanding dari pada di rumah.
Aku belum mengantuk, namun lebih memilih bersembunyi di balik selimut sambil menatap laut yang tenang lewat jendela.
Tak lama terasa tangan yang merengkuh pinggangku erat, menarikku hingga bisa merasakan dada bidangnya.
"Kok diem?" Tanya Mas Kevin sambil menenggelamkan kepalanya pada leherku dan sesekali mengecupnya.
"Emang mas berharap aku ngapain? Udah malam, di tengah laut, cuma sama nahkoda dan staf. Ngadi-ngadi sih ngajak ke tengah laut." Omelku yang disambut kekehannya.
"Emang Sinta maunya honey moon di mana?" Tanya Mas Kevin sambil memainkan rambutku.
"Rumah aja. Gak ada bedanya sama di kapal." Jawabku cepat sambil menggerutu.
"Yaudah, kalau Sinta mau nambah honey moonnya nanti mas coba cari waktu lagi. Apapun lah buat kamu, non."
"Eh, nggak gitu ya konteksnya bambang. Kok malah nambah tu lho.." Protesku langsung, membuat Mas Kevin tertawa kecil.
"Mas sayang sama kamu." Ucapnya tiba-tiba, lalu menangkup wajahku dan mengecup bibirku.
"Kalau gak ketemu kamu, kayaknya mas nggak nikah-nikah deh. Makasih udah muncul di waktu yang pas." Tambahnya.
"Apaan sih mas, melankolis dadakan." Ucapku yang tidak ingin ikut-ikut melankolis, karena nanti aku malah menangis.
"Oh iya, Ta..." Mas Kevin menatapku sejenak,
"Nanti kan mas tetap ninggalin kamu, lebih lama di luar rumah dari latihan sampai turnamen. Kamu beneran nggak papa sendirian?" Tanyanya dengan tatapan takut-takut.
"Nggak papa, mas. Aku kan kerja juga, lagian masih bisa aku ikutin kalo mau." Jawabku.
"Kamu mau punya anak kapan?" Tanya Mas Kevin lagi dengan serius.
"Eh? Aku sih terserah, mas. Sedikasihnya aja." Jawabku gugup karena pertanyaan serius Mas Kevin yang selalu mendadak.
"Ayok kita proses order!"
***
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Kevin
Teen FictionDia tetanggaku yang sangat kurindukan. Yang mengajariku bermain bulu tangkis pertama kali dan membuatku lupa dengan rak boneka barbieku, dan menjadi ingatan abadi untukku tentang kasih pertama yang berbeda kurasakan. Tentang Mas Kevin, si pemain gan...